"Irish!" Alex berteriak dari ruang tengah.
"Iyaaa ...," sahut Irish dari kamar. "Ada apa kak?" Irish menghampiri Alex.
"Ini ...." Alex menyodorkan sepaket bunga pada Irish.
"Bunga lagi?" Irish menerima sodoran paket bunga dari kakaknya.
-'From your Secret Admirer. Bagaimana bunganya? Cantik 'kan? Secantik orang yang menerima dan membaca surat ini'-
Kira-kira begitulah isi surat yang terselip di buket bunga untuk Irish. Beberapa hari ini Irish selalu mendapat kiriman bunga mawar pink kesukaannya dengan isi surat yang sama seperti surat tadi. Irish sendiri heran, kenapa orang ini tahu bunga kesukaannya.
"Dari siapa?" tanya Alex terlihat penasaran pada kejadian akhir-akhir ini.
Hallo readersku, jangan lupa baca dan dukung "2.59" dan "Brittleness"
"Kau yakin tidak apa-apa Ay?" tanya Irish mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu. "Aku tidak apa-apa kok. Kau pulanglah dulu!" Ayana tersenyum. "Tapi kau terlihat sangat pucat!" "Aku hanya kecapean saja. Kau pulang saja dulu!" "Baiklah kalau kau memaksa, tapi kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya, Ay." "Iya ... jangan khawatirkan aku, segeralah ke rumah sakit." Ayana mendorong Irish masuk ke taksi. Ayana berjalan pelan menyusuri trotoar. Keringat dingin mulai mengucur, kepalanya terasa berat, pandangannya mulai terasa kabur. BRUUKKK .... Seketika orang-orang berkerumun mendekati Ayana yang tiba-tiba pingsan. Alex keluar dari loby hotel, pandangannya tertuju pada kerumunan orang-orang. "Ada apa itu pak Bernard? Kenapa ramai sekali?" tanya Alex. "Ada seorang gadis pingsan tuan muda," jawab pak Bernard. "Gadis?" Alex mengerutkan keningnya dan berjalan mendekati kerumunan orang-ora
"Hallo ... Ayana, bagaimana kabarmu?" sapa Irish merangkul Ay yang berjalan menuju lift. "Hallo juga Irish. Aku sudah agak lebih baik kok, kau sendiri bagaimana?" Ay mengedipkan matanya. "Aku? Kau lihat sendiri," ujar Irish tertawa. Kedua gadis itu masuk ke lift bersama. Namun, sebuah tangan menahan pintu lift yang hampir tertutup. Benjamin masuk ke dalam lift. "Selamat pagi, Pak!" Keduanya membungkuk hormat. Lift naik menuju lantai tiga. _________ Jam kantor telah berakhir, Ayana langsung pulang, tapi Irish tertahan di kantor karena bos besarnya memberinya banyak tugas. "Apa-apaan ini! Kenapa hanya aku saja yang harus lembur. Balas dendamkah dia?" Gerutuk Hyena. Drrttt .... Drrttt .... Sebuah panggilan masuk dari kakakn
Episode sebelumnya, Irish dan Benjamin terjebak di kantor karena terjadi pemadaman listrik. Tiga puluh menit kemudian. Pak Adrima langsung menuju ruang kantor di mana Ben sedang menunggunya di sana. "Kenapa tuan muda tidak bilang kalau malam ini akan lembur, jadi saya bisa meminta pemadaman listrik di undur dulu," ujar Adrima. Namun, Benjamin hanya cengar-cengir menanggapinya hal itu. "Jangan terlalu sering menjahili gadis ini, tuan muda. Kasihan dia," imbuh pak Adrima menatap Irish yang sedang tidur. "Ah tidak ... tidak ... bukan seperti itu," uhar Ben mengelak. "Lebih baik kita pulang saja. Mumpung belum terlalu malam. Bangunkah saja gadis itu," usul pak Adrima, sekretaris andalan keluarga Van Dee Han. "Biar dia kugendon
"Apa? Gregory berhenti kerja?" Irish terkejut mendengar berita itu dan tampak tak percaya. Ini pasti ulah Benjamin van Dee Han!' batin Irish. "Apa benar dia yang selalu mengirim bunga mawar merah muda itu?" Mira bertanya pada Irish dan sama sekali tidak percaya kalau Gregory yang pendiam bisa senekad itu. "Aku tadi masih melihat Gregory ada di koridor kantor," Samantha berjalan mendekati Irish. Semua pegawai kantor pagi itu membicarakan Gregory. Irish hanya terdiam menatap tempat duduk yang berada paling pojok, tempat di mana biasanya Gregory bekerja, kemudian pandangannya beralih ke arah ruangan di depannya. Bergegaslah dia menuju ruangan itu. Tanpa mengetuk pintu, Irish langsung masuk begitu saja. Sementara itu Benjamin terus menatap sebuah amplop yang tergeletak dimejanya, jari jemarinya mengetuk-ngetuk di atas meja secara bergantian. Seseorang masuk tanpa mengetuk pin
HAPPY READING Pagi itu Alex tampak sudah rapi, dia mengenakan kemeja putih dan celana jeans biru. Sangat cocok dengan wajahnya yang maskulin. "Mau pergi ke mana, kak?" Irish yang heran melihat kakaknya begitu rapi dan wangi diminggu pagi. Weekend yang biasanya dia dan Alex habiskan di rumah dengan bercanda bersama. "Oh ... Irish, kakak akan keluar sebentar." Alex mengedipkan mata kanannya. "Aih ... ganjen!" celetuk Irish. "Ternyata kakak ku ini bisa ganjen juga." "Ha ha ha ha ...." Alex hanya tertawa mendengarnya. "Kaakk!" panggil Irish manja. "Emmm ...." jawab Alex singkat. "Apakah kak Alex mau pergi berkencan?" tebak Irish, karena dia jarang sekali melihat kakaknya serapi itu dan dengan mimik muka senyam-senyum sendiri. Alex diam menoleh ke arah Irish dan berkali-kali mengedipkan k
HAPPY READING Flashback 2 minggu yang lalu.... "Ben, ada apa?" tanya Duncan memperhatikan Benjamin yang sedari tadi pandangannya menatap lurus ke depan. "Ben, kenapa kau terus menatap hotel di depan sana?" Mike ikut bertanya. "Ah, tidak ada. Hmm ... Mike, hotel apa itu?" tanya Ben. "Hotel itu adalah hotel paling bagus di Leiden. Kenapa kau tanya seperti itu, Ben?" Mike penasaran. "Hotel itu biasa digunakan untuk acara meeting, pertemuan penting para penjabat, bahkan hotel itu punya ruangan khusus untuk acara resepsi pernikahan." Duncan berjalan membawa minuman. "Apa kau mau memesan tempat di hotel itu, Ben?" Mike menoleh ke arah Ben. "Ah tidak, aku hanya bertanya saja." Ben menggaruk-
Malam semakin larut. Alex mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hatinya benar-benar sedang bahagia. Senyumnya terpancar di sudut bibirnya ditambah lagi dengan lesung pipi yang semakin membuatnya terlihat sangat manis. Mendadak Alex dikejutkan dengan sebuah mobil silver metalik yang menghadang laju mobilnya. Alex keluar dari mobil, begitupun juga seorang pemuda keluar dari dalam mobil berwarna silver metalik itu. Tanpa pikir panjang pemuda itu langsung mengarahkan kepalan tangannya ke wajah Alexander. "Apa-apaan ini. Siapa kau? Kenapa tiba-tiba kau memukulku?" Alex tersungkur ke belakang, dia memegangi bibirnya yang sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah. "Pukulan itu pantas untuk laki-laki yang suka mempermainkan hati wanita!" ucap pemuda itu. "Apa maksud
Ayana memapah Alexander masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu membaringkannya di sofa. Lalu dia mengambil kotak P3K. Ayana mengobati luka memar pada muka Alexander."Kau mengenalnya?" Alex meringis menahan nyeri."Dia—putra tunggal pemilik perusahaan tempatku dan Irish kerja," jawab Ayana."Apa? Dia—" Alex terdiam dan akhirnya dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Kenapa kau tersenyum?" tanya Ayana Heran."Aku rasa dia menyukai adikku dan dia tidak mengetahui jika aku ini adalah kakaknya. Mungkin dia cemburu," sahut Alexander."Dia memang menyukai Irish, tapi Irish tidak pernah menanggapinya," jelas Ayana. Alexander memahaminya.