Share

Kemewahan

Pagi-pagi sekali Adeline sudah berada di balkon dengan segelas air hangat yang berada di tangannya. Saat dia ingin menatap ke bawah, ternyata matanya menemukan sesuatu. Di bawah sana, ada mobil mewah milik Kendrick. Tidak menunggu waktu lama, Kendrick segera keluar dari mobil tersebut.

Sambil mengangguk mantap, akhirnya Adeline masuk ke dalam kamarnya. Bersiap sebentar lalu turun ke bawah untuk menyambut kedatangan Kendrick.

Adeline boneka Kendrick. Dia harus menuruti semua yang Kendrick katakan. Dia tidak boleh membuat Kendrick marah.

Langkah kaki Adeline melambat ketika melihat pria berbadan besar dengan jas yang membalut tubuh, masuk ke dalam mansion. Manik biru itu menyapu semua kondisi mansion, lalu akhirnya jatuh ke manik cokelat Adeline.

Adeline masih merasakan yang sama. Ia merasakan sesak ketika melihat manik biru itu. Menelan saliva lalu melanjutkan langkahnya.

Sejujurnya, ia masih merasakan sakit hati ketika malam itu, malam dimana Adeline menelepon Kendrick. Bahkan setelah itu, pria itu tidak pernah mengunjunginya lagi. Dia seakan ditelan bumi.

Kendrick diam di tempat dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana blazer. Maniknya terus mengamati kondisi Adeline dari atas sampai bawah. Seperti biasa, Adeline hanya memakai kaos putih dan celana pendek di atas lutut.

Walaupun umurnya yang sudah menginjak 25 tahun, tetapi tidak membuat Adeline mengganti gaya pakaiannya. Lagi pula, Adeline berpikir kalau untuk apa dia menutupi badannya? Kendrick sudah melihatnya semuanya bukan?

"Kenapa datang cepat?" tanya Adeline lembut. Bibir kissable itu tertarik, membentuk senyum manis, rahangnya sedikit terangkat karena senyuman itu. Kemudian Adeline mengutuk kalimat yang keluar dari bibirnya. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu. Datang cepat? Padahal Kendrick sudah tidak menginjakkan kaki di rumah ini berhari-hari.

"Memangnya kenapa? Apa tidak boleh?" tanya Kendrick dengan alis yang mengangkat satu. Ditariknya pinggang Adeline, hingga bagian bawah mereka menyatu. Dia mengerang lemah ketika benda kenyal itu mengenai dadanya. "Kau harusnya tahu kenapa aku datang ke sini," sambungnya dengan nada serak penuh nafsu.

Kendrick berencana menghabiskan waktunya bersama Adeline. Pekerjaannya telah selesai. Xavier yang punya kegiatan sekolah di luar kota, dan Nadine yang bersama dengan Katrin pergi jalan-jalan. Jadi tidak ada yang bisa Kendrick lakukan selain berurusan dengan wanita yang dia simpan di mansion mewah.

Adeline mangangguk. Ia mengalungkan tangannya di leher Kendrick. "Karena tubuhku," terang Adeline pelan.

Untuk apa mempertahankan harga dirinya di depan pria tampan ini? Harga diri Adeline sudah hancur. Jadi lebih baik dia melanjutkannya, melatih dirinya seperti wanita penggoda.

Kendrick mengerling nakal. Jari dingin itu bergerak, menyentuh halus bibir Adeline. Tak tahan, hingga akhirnya ia menempelkan bibir merah sedikit gelap itu ke sana. "Kau benar," serak Kendrick.

Hati Adeline sakit seperti ada benda tajam yang menggores. Mimpi apa dia semalam hingga menjadi seorang Adeline seperti ini? Bagaimana keadaan orang tuanya yang melihat Adeline dari atas sana?

"Tapi apakah kamu pernah memikirkan bagaimana kondisi keluargamu?" Keberanian Adeline kali ini cukup diacungi jempol. Dia menggigit bibirnya, ketika tangan Kendrick meremas bagian pinggang berbentuk curve, membuat rasa sakit timbul di sekitarnya.

"Jangan pernah pikirkan mereka, karena kau tidak layak," tandas Kendrick. Tatapannya berubah, menjadi tajam, serasa ingin menguliti kulit Adeline. "Cukup lakukan saja tugasmu. Layani aku, buat aku puas. Hanya itu. Tidak lebih. Dan kau akan dapat kemewahan dari hasil kerja kerasmu," lanjutnya.

Didorongnya dengan halus badan Adeline, sehingga tubuh mereka berjarak. Sebelum melangkah pergi, Kendrick melirik Adeline dari ujung matanya. "Jangan pernah menaruh rasa padaku," tegas Kendrick membuat senyum kecut hadir di wajah manis Adeline.

"Bisakah aku tidak punya rasa padamu?" tanya Adeline dalam hati. Melihat wajah Kendrick saja berhasil mengaktifkan jantungnya berkali-kali lipat. Sampai-sampai setiap kalimat yang keluar dari bibirnya tidak pernah sesuai, dan itu karena pesona Kendrick.

***

Bola mata Kendrick berputar, mengamati ruangan besar yang menjadi kamar Adeline. Tidak ada yang berubah sama sekali sejak awal. Benda-benda mati itu juga masih sama posisinya, tapi semuanya lebih terlihat terawat dan juga bersih.

Kamar Adeline adalah kamar utama di mansion mewah ini, sekaligus menjadi kamar Kendrick kalau ia menginap di sini.

Berjalan, membuat sepatu seharga mobil mewah itu berbunyi, masuk ke dalam sebuah ruangan yang menjadi walk-in closet. Hawa dingin seperti menyambut kedatangan Kendrick, menusuk kulitnya. Tatapannya lurus ke depan, mengamati setumpuk pakaian yang dilipat, pakaian Adeline.

"Apa-apaan ini?" tanya Kendrick dengan tatapan kesalnya. Ruangan yang bisa dikatakan lebih besar dari area ruang makan itu hanya terisi setumpuk pakaian. Tidak ada yang menghiasi lemari-lemari yang sudah dirancang sedemikian rupa. Semuanya kosong.

Segera diambilnya ponsel dari saku blazer, menekan kontak Denio, lalu menempelkannya ke telinga.

"Halo, Tuan," sahut Denio dari seberang.

***

Adeline malah asyik duduk di ruang tamu, dengan tatapan yang menuju ke arah depan. Ia tidak berniat untuk mendapatkan Kendrick di kamarnya.

Adeline berpikir, selagi Kendrick tidak memanggilnya maka tidak akan ada kegiatan di ranjang.

Pikirannya terbang, melayang-layang, berusaha mencari satu masalah untuk dijadikannya sebagai pokok lamunannya. Akan tetapi, suara orang banyak membuat jiwanya tertarik hingga kesadarannya terkumpul.

Dia sontak bangkit, berjalan ke arah orang-orang yang memakai seragam sama. Di belakang mereka terdapat banyak luggage Trolley yang berisi banyak pakaian terbungkus plastik, digantung menggunakan bantuan hanger.

"Kalian siapa?" tanya Adeline. Dari penampilan, Adeline tahu ini bukanlah orang-orang yang bekerja di mansion mewah ini.

Seorang pria tersenyum sopan sambil membungkukkan badan. "Selamat sore, Nyonya. Kami datang kesini atas perintah Tuan Kendrick. Kami membawakan pakaian-pakaian yang Tuan Kendrick minta," jelas pria itu sopan.  Adeline kembalj menatap ke belakang, ke arah luggage trolley.

Disana terdapat pakaian wanita, ada gaun, kaos, alas kaki, bahkan tas yang bermerk. Sekitar ada 15 luggage trolley yang membuat Adeline menatap ngeri. Tidak mungkin Kendrick memakai pakaian seperti itu.

"Tapi—"

"Bawa masuk ke atas," potong Kendrick yang berjalan menuruni tangga. "Kalian bisa pakai lift yang ada di sana," tunjuknya dengan dagu dan tatapan datar.

Bola mata Adeline membulat. Lift? Dia baru tahu kalau mansion mewah ini ternyata memiliki lift. Ternyata Adeline belum menjelajah semua yang ada di mansion mewah ini.

"Baik, Tuan. Kami permisi," sahut pria itu, diikuti dengan beberapa pelayan, lalu mereka berjalan, meninggalkan Kendrick dan juga Adeline.

"I—itu untuk siapa?" tanya Adeline, mendongak, pasalnya tinggi mereka punya selisih jauh. Dia menelan salivanya dalam karena melihat penampilan Kendrick yang cukup seksi.

Jasnya sudah tersingkir, menyisakan kemeja putih dengan kancing atas yang terbuka, menampakkan dadanya yang berbentuk dan ada bulu-bulu indah disana. Tak lupa dengan lengannya yang digulung, menampilkan pembuluh darahnya yang sangat menonjol.

"Kenapa? Kau mau main sekarang, heh?" tanya Kendrick dengan smirknya. Ia tahu maksud tatapan Adeline. Seperti orang kelaparan.

"T—tidak. Aku hanya bertanya." Dia membuang wajahnya yang memerah.

Kendrick menghela nafasnya. "Aku meminta mereka menyusun walk-in closet untukmu. Aku tidak mau kau terlihat seperti seorang yang kesusahan. Kau simpananku dan kau harus tahu bagaimana caranya berdandan, mengatur gaya pakaian, dan juga membiasakan hidup mewah," jelas Kendrick.

Kendrick tidak pelit. Dia akan memberikan apa yang Adeline katakan. Uang, kegiatan di ranjang, apapun, kecuali cinta. Karena Kendrick menganggap Adeline hanyalah teman untuk di ranjang.

Adeline menggeleng, menolak pemberian Kendrick dengan polos. "Tapi aku tidak mau. Aku sudah nyaman dengan pakaian seperti ini. Lagi pula tidak ada yang salah dengan pakaianku, dan juga kau saja bisa tergoda dengan pakaian—"

Kalimat Adeline menggantung dengan bibirnya yang terbuka. Ia baru menyadari kalimat yang keluar dari mulutnya. Percayalah, ini langsung saja terlintas begitu saja.

"Ya, kau benar," tandas Kendrick. Dia menarik pinggang itu dengan sekali hentakan, memberikan elusan di sana, lalu pindah, meremas bokong Adeline sambil menggigit bibirnya sensual. "Aku memang tergoda. Tapi aku yakin kalau aku akan lebih tergoda jika kau menggunakan pakaian yang kubeli. Jika kau tidak memakai semua yang ada disana, maka itu berarti kau menghina seseorang Kendrick Malik," jelas Kendrick.

Adeline menahan tangan Kendrick sekuat tenaganya. Dia memberanikan diri untuk menarik pandangan ke wajah Kendrick. Wajah dengan rahang tegas, dan bulu-bulu halus yang menutup area pipi tirusnya. Kendrick memang terlihat seperti om-om kaya di novel yang Adeline baca.

"Tapi aku hanya butuh uang untuk melunasi hutang-hutangku. Kau sudah berjanji waktu itu," jelas Adeline dengan mata bulatnya, membuat Kendrick tidak tahan ingin menerkam Adeline.

Baru kali ini Adeline meminta haknya. Bukan tanpa sebab, dia hanya ingin hutang-hutan tersebut lunas.

Suara Adeline lembut, membuat Kendrick sangat betah jika suara itu masuk ke indra pendengarannya. Kendrick merasa nyaman,kadang juga dia tersenyum tipis ketika mendengar nada imut Adeline. Semua nada yang Adeline tanpa dibuat-buat, Kendrick tahu dengan jelas. Tidak seperti wanita di kantornya, menggunakan suara yang dilembutkan jika ingin berbicara dengannya.

"Aku akan memberikanmu cek tiap bulan untuk melunasi hutangmu. Semakin kau bersikap manis dan mau melayaniku, maka akan semakin cepat hutangmu terlunaskan. Itukan yang kau mau?" tanya Kendrick dengan alis yang terangkat satu.

"Iya," sahut Adeline.

Keputusan Adeline sudah bulat. Dia akan menjadi boneka atau sugar baby atau bahkan wanita simpanan Kendrick, terserah kalian mau sebut apa. Dia tidak akan melawan. Adeline hanya ingin bebas dari bayang-bayang keluarga pamannya yang begitu jahat.

Harga diri? Sudahlah. Adeline tidak terlalu memikirkan itu lagi. Apalagi perkataan Freya kemarin lalu, membuat Adeline punya cara berpikir yang baru.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
samoyedphakphum
Melawan dikit lah adelineee
goodnovel comment avatar
Nietha
ck kirain bakal yg rada2 dark gitu ceritanya, malah Adeline pasrah... haduuh jdi bosan...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status