Share

My Boss Behavior
My Boss Behavior
Penulis: Aloegreen

1. Skenario Pertunangan Zara

"Zara, aku ingin membatalkan pertunangan kita!" ujar Ryo menggema di tengah gedung.

"Apa maksudmu?" tanya Zara terguncang. 

Kemeriahan pesta berubah menjadi sorotan media. Zara Azuri Frazanista dicampakkan di depan publik oleh Ryo Akarey, tunangannya sendiri. 

"Maaf, tapi Forin lah yang akan menjadi pendamping hidupku selamanya. Kau bebas pergi kemanapun kau mau sekarang," ucapnya seolah menjadi bintang panggung. 

Bagai dihantam batu keras, mata Zara membulat sempurna. Sungguh tidak terduga. Ini kabar paling buruk di hidupnya secara tiba-tiba.

Kamera pewarta selalu memotret dalam setiap detiknya.

"Kau memang gadis tercantik yang pernah kulihat, tapi kau penuh siasat nan licik! Aku tidak akan membiarkan Ryo jatuh ke tanganmu lagi!" cibir Forin seraya memegang lengan Ryo erat. 

Gelap sudah tatapan Zara pada mereka. Dia geram sampai mengepalkan tangan. 

Gaun merah berpadu pita bunga hitam yang dia pakai sangat kontras dengan rambut bergelombangnya yang terurai sepinggang.

Seluruh perhatian tertuju padanya. Namun, bukannya marah, Zara justru menatap Ryo lugu.

"Kau membuangku demi wanita ini? Kurasa kau telah disihir olehnya," ucapnya menekan suara sambil mengerjap polos.

Tangan Ryo terkepal, "Intinya pertunangan kita berakhir di sini. Kita sudah tidak ada hubungan lagi."

Zara tercengang. Lalu, tersenyum dan menumpuk tangannya dalam genggaman.

Sosok wanita anggun kini ada pada dirinya. 

Ryo terkesiap. 

"Sepertinya aku memang tidak pantas untuk Tuan Muda sempurna sepertimu. Kalau begitu, aku doakan agar kau dan Nona Forin bahagia. Aku akan senang bisa melihat senyummu selamanya, Ryo." 

Huru-hara terjadi. Gadis itu menunduk penuh hormat bersedia menelan malu mentah-mentah. 

Tidak merasa sedih karena terbuang. Aksi Zara hanya untuk mempertahankan harga dirinya. Dia gadis yang kuat.

Lain dengan Ryo yang panik saat semua orang membela Zara dan menggosipkan dirinya. Lalu, Zara pergi meninggalkan gedung pesta. 

"Hah! Leganya! Di dalam sana penuh orang-orang membosankan! Menyesakkan! Sayangnya, aku tidak punya tempat tinggal sekarang." bergumam sembari merenggangkan otot-otot tangannya. 

Dia berhenti di depan gerbang. Senyumnya memudar menjadi wajah lesu. 

Pernyataan Ryo memberi dampak yang menyakitkan. Dia langsung mendapat pesan kecaman dari orang tuanya.

"Ayah dan ibu mengusirku karena aku tidak jadi menikah dengan keluarga kaya." 

Kepalanya sedikit tertunduk. Kemudian, mendongak tegas penuh semangat. 

"Aku tidak bisa tinggal diam. Aku tidak selemah itu sampai mengalah pada Ryo. Intinya sekarang harus bisa bertahan hidup dulu. Bagaimana caraku mendapat rumah dan uang dalam waktu semalam?" pikirnya bingung. 

Tiba-tiba angin berhembus kencang.

Menerbangkan dedaunan yang berjatuhan di sekitar trotoar. Zara menutupi wajahnya dengan lengan. 

"Sial! Di saat begini justru angin mentertawakanku." matanya menyipit. 

Pandangannya mengarah ke mana dedaunan itu pergi. Lantas terbelalak dengan apa yang dia lihat. Sebuah tiang listrik yang terdapat sebuah tempelan kertas.

"Selebaran apa itu?" 

Mendekati tiang tersebut dan mengambil kertasnya. Keningnya pun berkerut.

"Kontes kecantikan di pusat kota dengan hadiah fantastis menanti. Sebuah kunci apartemen dengan sejumlah uang tunai?! Wah, takdir macam apa ini?! Kebetulan sekali!" pekiknya setelah membaca perlahan. 

Senyum antusias Zara pun terbit. Dia memegang kertas itu erat-erat. 

"Baiklah! Kalau begitu ayo pergi ke pusat kota! Kita kalahkan seluruh gadis cantik di Jakarta, haha!" serunya ceria. 

Menggunakan taksi, dia berhasil tiba di pusat kota dengan gaun yang sama. Keramaian di mana-mana. 

Semua berpakaian mewah. Zara sempat terpesona dan kini dia menjadi salah satu kontestan. 

"Wah, megahnya!" gumamnya mengedarkan pandangan ke segala arah. 

Dia berdiri di depan panggung.

Dikelilingi warna-warni cahaya gemerlapan membuat matanya melebar indah. Kepercayaan dirinya mulai membuncah.

"Baiklah, para hadirin sekalian! Kita langsung saja memasuki ronde pertama!" seru sang pembawa acara menggema ke segala sudut panggung. 

Seluruh peserta berbaris di panggung, begitu juga Zara. Riuh tepuk tangan menyambut. 

Tiba-tiba semua lampu padam. Semua orang panik. Zara mengedarkan pandangan ke sekeliling yang teramat gelap. 

"Astaga! Kenapa bisa mati lampu? Apa ada kesalahan teknis?"

Saat panggung terguncang akan aksi padamnya listrik, sebuah lampu besar dari atas panggung mendadak menyala dan jatuh di posisi Zara yang ada di tengah-tengah peserta. 

Sontak seluruh perhatian tertuju pada Zara. 

"Eh?!" pekik Zara jauh lebih terkejut.

"A-apa ini? Kenapa aku disorot? Apa aku melakukan kesalahan?" teriaknya panik. 

Mencoba menghindar, tetapi percuma. Cahaya itu selalu mengikutinya sampai-sampai peserta lain menepi darinya. Kerusuhan pun kembali terjadi. 

'Sial! Lagi-lagi aku menjadi bahan sorotan. Hei, setidaknya jangan permalukan aku lebih dari tadi. Apa panitianya tidak tau kalau aku baru saja putus dengan tunanganku?' batin Zara sebal. 

Namun, microfon pembawa acara kembali menyala dan dia berdeham menginterupsi seluruh perhatian, termasuk Zara. 

"Ehm! Mohon perhatian semuanya. Pemenang dari kontes kecantikan malam ini sudah ditetapkan oleh perintis acara dan tanpa menunggu hingga tibanya penghujung acara, mari kita sambut pemenangnya! Inilah dia, gadis tercantik dengan keanggunan dan karakteristik luar biasa di malam penuh gemerlap bintang hari ini, Zara Azuri Frazanista!" 

Sorak sorai memenuhi seisi panggung seolah kebingungan yang melanda hilang tanpa jejak.

Seruan sang pembawa acara menghebohkan pusat kota. 

"Eh?!!!" teriak Zara heboh. 

Dia mematung, melotot, dan berkedip-kedip mencerna segalanya. 

"Tu-tunggu! Apa maksudnya semua ini? Kenapa namaku dipanggil? Kenapa aku dinobatkan menjadi pemenang utama? Ki-kita bahkan belum memasuki ronde pertama!" bingung menoleh ke segala arah. 

Namun, tak mengelak jika ada sedikit rasa berbunga-bunga bahkan pipinya bersemu. 

'Mendadak aku jadi pemenangnya? Aku? Ah, ayolah, jangan bercanda! Aku tidak secantik itu sampai menang dengan mudah, haha, tapi aku suka. Sayangnya ini terlalu mengganjal,' pikir Zara.

Kemudian, seseorang muncul dari pintu panggung di belakang kontestan yang terbuka.

Seketika jeritan kagum menggema jauh lebih parah dari saat Zara terpilih menjadi kandidat paling cantik. 

"Eh? Eh? Apa lagi sekarang? Seseorang tolong beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi!" jerit Zara frustasi sembari mendongak kesal menatap lampu besar. 

"Biar kujelaskan," ujar seseorang dengan tenang di belakang Zara. 

"Ahaha, terima kasih banyak!"

Gadis itu refleks menoleh ke belakang tersenyum manis, berpikir akhirnya ada malaikat baik hati bersuara merdu yang datang membantu. 

Menyadari bahwa itu suara laki-laki, Zara terkejut mundur satu langkah. 

"Hah?! Siapa kau?" 

Tatapannya beradu dengan orang itu. Panik dalam diri Zara berubah redup. Zara mulai terhanyut dalam mata tajam dengan netra hitam pekat yang disinari sorotan lampu. 

Hanya melihatnya saja Zara mendadak tenang. Sosok itu mampu menghipnotis apapun di sekitarnya hanya dengan kemunculan dirinya.

Zara tersadar. Dia menggeleng membuang ekspresi diamnya yang bodoh. 

"Si-siapa kau?!" 

Ingat jika dipermainkan sekarang sehingga tidak segan-segan menunjuk orang itu yang dipenuhi kharisma dan aura orang kaya yang mendominasi. 

'Siapa laki-laki tampan ini?! Sialan! Aku ... jantungku sesak,' kata Zara jujur dalam hati.

Aroma parfum kuat yang melumuri jas hitam pria itu sangat memabukkan, membuat Zara ingin bersin.

Tiba-tiba orang itu mendekatkan kepalanya.

Menilik visual Zara dari ujung rambut hingga ujung kaki membuat Zara memundurkan kepalanya seraya mengetatkan gigi.

'Apa yang dia lakukan?! Kenapa melihatku seperti ini?!' batinnya menjerit.

Zara mati gaya sampai orang itu kembali ke posisi normal.

"Gadis yang aneh," ujar orang itu datar.

Sontak Zara terbelalak. 

"Apa kau bilang? Aku aneh?!" heran sekaligus tidak terima. 

"Alexa!" panggil orang itu memudarkan kefokusan Zara.

"Saya, Tuan!" tiba-tiba muncul seorang wanita dari samping pembawa acara.

"Astaga, siapa lagi sekarang?!" Zara menoleh ke sumber suara dan syok.

Berparas laki-laki dengan rambut panjang berponi lurus diikat seperti ekor kuda dan membawa tablet berwarna hitam.

Mulut Zara tak berhenti terbuka kala gadis itu berjalan tegas ke arahnya dan akhirnya mereka saling berhadapan. 

"Aku memilihnya." ujar laki-laki itu singkat. 

Kemudian, berbalik badan menghilang di balik pintu panggung yang tertutup. 

"Hah?!" sudut mata Zara berkedut terlalu heran.

'Tunggu sebentar, ini bukan kontes namanya. Ini tidak seperti yang ada di poster. Apa jangan-jangan penipuan?!' pikirnya sangat curiga.

"Silahkan ikut denganku, Nona Zara." ujar perempuan yang dipanggil Alexa itu.

Begitu sopannya sampai rela membungkukkan badan. Zara tersentak dalam diam.

"Apa? Aaa, tidak, tidak! Kenapa juga aku harus ikut denganmu? Siapa kalian? Acara ini penipuan atau jebakan untuk ... aaaa, jangan tarik aku! Lepaskan aku! Seseorang, tolong aku! Pak Pembawa Acara, tolong siarkan kalau aku bukan pemenangnya. Aku tidak lagi berharap menang!"  

Gadis itu berteriak sebab Alexa menarik tangannya paksa hingga akhirnya Zara menghilang dari kontes kecantikan selamanya. 

"Begitulah kisah kontestan yang terpilih malam ini! Baiklah, mari kita lanjutkan kontes kecantikan yang sesungguhnya! Inilah para kontestan yang tersisa di panggung besar pusat kota ...," seperti itulah pembawa acara menyiarkan kembali acara tersebut dengan meriah. 

Tentu saja tepuk tangan orang-orang menjadi musik utama. Zara masih bisa mendengarnya samar-samar sebelum dipaksa masuk ke mobil mewah. 

Dia syok berat. Lagi dan lagi Zara merasa dibuang seolah tidak diinginkan berpartisipasi dalam acara. 

"Hiyaaaa! Keluarkan aku dari sini! Kalian mau menculikku, benar, 'kan? Itu tidak ada gunanya karena aku sendirian sekarang. Beberapa jam yang lalu aku diputuskan tunanganku dan aku yakin beritanya sudah menyebar. Jika tidak percaya lihat saja di surat kabar. Jadi, percuma jika ingin minta tebusan. Aku hanya mau merubah nasib yang ...," protesan Zara dipotong Alexa dengan tenang yang duduk di samping kursi kemudi.

"Zara Azuri Frazanista, putri tunggal manajer perusahaan dari tunanganmu yang bernama Ryo Akarey selaku pewaris perusahaan konstruksi yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Berusia dua puluh lima tahun, terkenal licik dan cerdas, selalu bertindak menggunakan akal sehat, dan tidak memiliki tujuan hidup. Kelebihan utama adalah cantik. Beberapa jam yang lalu kehilangan harga diri di depan media karena dicampakkan akibat kehadiran model cantik bernama Forin Sazuma Nafari sebagai pengganti. Aku mengetahui semuanya," sela Alexa tanpa menoleh. 

Wanita berwajah dingin itu memandang lurus ke depan.

Sungguh Zara dibuat gila. Pikirnya bagaimana bisa seorang perempuan bicara sedatar itu seperti robot? 

Syok karena Alexa mengetahui identidasnya dengan detail. Zara tidak mengenalnya, jadi dari mana Alexa mendapatkan informasinya?

"Kenapa kau tau diriku sebanyak itu? Apa kau stalker? Sejak kapan kau mengetahuinya?" pekik Zara hampir memukul sandaran kursi Alexa karena terlalu penasaran.

'Ck, tidak perlu sekejam itu untuk menyanjung penghinaanku, Nona. Aku cukup baik tidak menampar Ryo tadi dan aku sudah memiliki tujuan hidup sekarang,' kesalnya menyambung dalam hati. 

"Izinkan aku memperkenalkan diri. Aku Alexandra Johanna, asisten sekaligus tangan kanan Tuan Reon Varezan Dailendra, CEO perusahaan parfum terbesar di negeri ini. Dia yang membuat kontes kecantikan ini dan secara langsung memilihmu menjadi pemenangnya. Aku ada di mana pun beliau berada. Selamat datang, ke dunia Raja Iblis yang pangsa pasarnya mencapai tingkat internasional!" 

Zara mematung sekarang. 

"Ha?" 

Respon yang keluar begitu saja. Dia tidak paham dengan apa yang Alexa katakan. Apapun itu, ini sudah di luar nalar. 

Bukannya mendapat kehidupan baru, justru tersesat dalam permainan yang penuh drama. Ditambah munculnya kata Raja Iblis membuat otaknya kosong seketika. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status