Share

My Boss Is My Obsessed
My Boss Is My Obsessed
Author: Queen Natha

CEO Muda

“Perkenalkan saya Adelia Cantara Hermawan, CEO TopFood Indonesia,” Wanita yang berdiri di tengah panggung itu berdiri dengan rasa percaya diri, di umurnya yang ke 32 tahun dia mampu memimpin perusahaan startup makanan yang berkembang pesat setelah tiga tahun dia memimpin.

   Tepuk tangan memenuhi ruangan ballroom hotel bintang lima itu, acara perkenalan resmi dan pengukuhan Adelia sebagai CEO yang ditunjuk langsung oleh pengusaha kaya raya Gito Hermawan yang tak lain adalah kakeknya.

   Adelia yang di gadang-gadang sebagai penerus Go Top Ltd adalah wanita yang nyaris tak pernah ada berita skandal negatif tentangnya, kehidupannya sebagai cucu dari konglomerat tak luput dari kejaran media, segala yang dilakukannya selalu masuk berita nomor satu, baju yang dipakainya selalu ditiru anak-anak muda, setiap yang dimakannya selalu menjadi viral dimana-mana, namun dibalik itu semua Adelia tidak pernah menggubris media sedikitpun, wajahnya selalu ketus dibalik kaca mata hitamnya.

   “Selamat atas pengukuhanmu,” kata Paman Adelia setelah acara pengukuhan selesai, dia adalah CEO Top Mall salah satu perusahaan dibawah kendali Go Top Ltd juga, dia anak kedua dari Gito Hermawan, adik dari ayah Adelia.

  “Terima kasih paman, mohon bimbingannya,” jawab Adelia singkat sambil menyambut uluran tangan pamannya sambil tersenyum tipis.

  “Aku tidak tahu apa yang dipikirkan kakek sampai memberikan TopFood padamu,” celetuk wanita yang berdiri di belakang pamannya, wajahnya terlihat sinis saat berhadapan dengan Adelia.

  “Itu karena aku lebih hebat darimu,” jawab Adelia sambil berjalan meninggalkan mereka.

  “Dasar anak yatim piatu tak tahu diri,” gumam wanita itu yang tak lain adalah sepupu Adelia, putri bungsu Andrew Hermawan, pamannya.

  “Kau lebih hebat darinya, sayang, hanya saja kakek tidak sadar itu,” kata wanita separuh baya yang berdiri disamping Andrew, dia adalah istrinya Helen.

  Adelia berjalan keliling ruangan mencari kakeknya, dia tidak suka berada di tengah-tengah pesta sendirian, bahkan para asisten pribadinya tidak menampakan diri saat ini.

  “Dimana mereka semua,” kata Adelia dalam hati sambil terus berjalan sambil memegang minuman yang tidak pernah dia minum dari tadi.

  Adelia terpaksa memasang wajah tersenyum kepada orang-orang di ruangan itu, pengukuhannya sebagai CEO dalam umur yang sangat muda menjadikan dia sasaran empuk para senior diperusahaan kakeknya, yang mayoritas mendukung pamannya sebagai penerus kakek.

   Adelia paham, semua orang disini hanya memakai topeng saja, demi mendapatkan koneksi dan mengamankan jabatan mereka masing-masing.

   “Nona, anda dipanggil Presdir di ruangan sebelah,” tiba-tiba suara berat laki-laki yang berpakaian serba hitam membuatnya terkejut.

  “Syukurlah akhirnya kalian bekerja, aku hampir sesak napas di lautan orang-orang bermuka dua ini,” kata Adelia sambil memberikan gelas yang sedari tadi tipegangnya kepada pria yang disebut sebagai ajudan kakeknya.

   Adelia berjalan keluar ruangan ballroom menuju ruangan VIP di sampingnya, dua ajudan berdiri di samping pintu, dan dua orang lagi yang sangat dia kenal berdiri juga di depan pintu menunggunya.

  “Ku cari-cari ternyata kalian disini,” kata Adelia kepada dua orang asisten pribadinya.

  “Maaf nona, tadi kami di panggil presdir, dan belum sempat memberitahukannya kepada anda,” kata salah satu asisten pribadinya yang bernama Arisa, sambil membukakan pintu untuknya.

  “Beliau sudah menunggu anda di dalam,” kata Arisa mempersilahkan Adelia masuk.

  Arisa adalah asisten pribadi Adelia yang dipilih langsung oleh kakeknya, dia bertugas mengurus semua keperluan Adelia dalam pekerjaan dan sehari-harinya, dia juga yang mengurus media saat berita negatif tentang Adelia akan muncul, dia asisten pribadi yang sangat diandalkan, namun Adelia merasa Arisa hanya sebagai pengawal kakek untuk memata-matainya, meskipun Arisa sudah berbuat banyak untuknya sampai saat ini.

  “Mana kopiku?” tanya Adelia pada asisten pribadi keduanya, asisten kedua ini seorang laki-laki, Adelia merekrutnya hanya untuk membuat Arisa merasa tidak terlalu dipentingkan, tapi Adelia tahu, bahwa hanya dengan Arisa sendiri, semua masalah sudah pasti beres.

   “Maaf nona, saya tidak sempat membelikannya,” jawab asisten kedua ini yang bernama Deva yang baru empat bulan bekerja dengan Adelia

  “Jadi?” tanya Adelia ketus sambil menatap tajam ke arah Deva.

  “Sudahlah, untuk apa kau meributkan kopi dengannya, dia bukannya tidak mau membelikannya, kakek yang menyuruhnya untuk segera datang setelah acara pengukuhanmu selesai,” kata kakeknya dari dalam ruangan.

  Seketika Adelia melunak, entah kenapa rasa intimidasi Adelia hanya keluar saat dia melihat asisten keduanya itu, dia merasa Deva adalah sasaran empuk untuk membuat perasaannya membaik, ada yang Adelia tidak suka dari diri Devan namun dia juga tidak tahu yang mana.

  Adelia masuk ke dalam ruangan, dia melihat kakeknya duduk di sofa besar dan tersenyum kepada Adelia.

  “Aku tidak tahu kau sudah sedewasa itu Adelia,” kata kakeknya.

  “Sepertnya baru kemarin aku memelukmu saat pemakaman ayah dan ibumu,” kata kakeknya lagi.

  Adelia yang kini duduk di hadapan kekeknya merasa aneh, “Kenapa kakek tiba-tiba membicarakan hal itu,” kata Adelia dalam hati.

  “Kata pengawalmu, ada yang ingin kakek bicarakan kepadaku,” kata Adelia berusaha membuat kakeknya tidak terlalu jauh membicarakan kenangan yang tak ingin diingat Adelia.

   “Ha ha ha, kalu kau ketus terus seperti itu, siapa yang mau menjadi suamimu,” jawab kakeknya sambil tertawa.

  “Aku tidak butuh suami, aku sudah mempunyaimu kakek,” jawab Adelia dengan santai.

   Selama ini Adelia hanya percaya pada kakeknya, saat ayah dan ibunya meninggal akrena kecelakaan lalu lintas, hanya kakeknya yang menyayanginya sampai saat ini.

  “Kakek tidak akan ada terus disampingmu, kau wanita cerdas pasti memahami itu,” jawab kakeknya kali ini dengan wajah sedikit serius.

  “Sebenarnya apa yang ingin kakek bicarakan kepadaku?” tanya Adelia yang mulai merasa ada yang aneh dengan kakeknya.

  “Apakah kakek sudah melakukan pemeriksaan kesehatan rutin?ada yang tidak bereskah?” tanya Adelia pada sekretaris kakeknya yang berdiri di samping kekeknya.

  “Kau jangan terlalu keras pada Albert, lagipula dia sekretarisku, kau tidak berhak mengomelinya,” jawab kakeknya, yang hanya di respon senyum oleh Albert.

  Adelia melipat tangannya, “Kakek tahu kan aku tidak punya waktu banyak, aku harus ke kantor, ada produk yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini,” kata Adelia.

  “Baiklah, dengarkan kakek baik-baik,” jawab kakeknya, Adelia berusaha membuat wajah khawatirnya tidak terlihat, dia merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh kakeknya, tidak biasanya dia mengajak pembicaraan seserius ini berdua dengannya.

  “Sebentar lagi kekek akan mundur sebagai presdir, manajemen Go Top Ltd akan kakek serahkan semuanya padamu Adelia,” kata kakeknya dengan wajah serius, Adelia tidak pernah melihat kakeknya seperti itu, satu-satunya kakek terlihat seperti itu adalah saat rapat dengan petinggi manajemen perusahaan.

  “Memang kakek mau kemana?” tanya Adelia mencoba tetap tenang.

  “Aku tidak akan kemana-mana, sepertinya waktuku sudah dekat hehehe,” jawab kakeknya sambil terkekeh.

  “Aku tidak sedang bercanda kek,” jawab Adelia yang mulai khawatir dengan pembicaraan ini.

  “Kakek juga tidak bercanda, tapi sebelum kau mengambil alih Go Top Ltd, ada yang harus kau lakukan dahulu,” kata kakeknya lagi.

  “Aku tidak tertarik menjadi presdir,” kata Adelia lalu buru-buru berdiri, berniat mninggalkan kakeknya.

  “Kalau bukan kau, kepada siapa lagi aku harus menyerahkan Go Top?” kata kakeknya membuat Adelia mengurungkan niatnya untuk pergi.

  “Tidak ada yang pantas menjadi presdir selain kamu Adelia,” kata kakeknya lagi,kali ini terdengar seperti memohon.

  “Tapi bila kau tidak sanggup menjalankannya, kau boleh lempar Go Top ke siapa saja,” kata kakeknya lagi.

  Adelia masih diam, dia tidak tahu kenapa kakeknya membahas hal ini saat dia baru saja menjadi CEO TopFood.

  “Lalu apa syaratnya bila aku menjadi presdir?” tanya Adelia yang berbalik menghadap kakeknya lagi.

  Kakeknya hanya menatap Adelia dengan dalam lalu tersenyum, “Kau akan tahu nanti, aku sudah mempersiapkannya dengan pengacara,” kata kakeknya sambil berdiri.

  “Kembalilah ke acara, kau bintang utamanya, jangan terlalu lama meninggalkan para tamu,” kata kakeknya sambil pergi meninggalkan Adelia.

  “Tunggu, kenapa kakek senang sekali membuatku penasaran,” kata Adelia mencoba menyusul kakeknya, namun kakeknya hanya menatapnya dengan tatapan teduh seperti seorang kakek pada cucunya, tangan kakeknya tiba-tiba mengelus kepala Adelia.

  “Kau sangat mirip sekali dengan ayahmu Adelia,” kata kakeknya lalu pergi meninggalkan Adelia, seakan dia akan pergi selamanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status