Drrrttt... drrrttt... drrrttt... ponsel Lukas bergetar.
Lukas sedang berada di dapur, Christian melihat ada telepon masuk di ponsel ayahnya. Christian pun setengah berteriak. “Ayah. Sepertinya ada telepon masuk,” teriaknya.
Lukas bertanya seraya berjalan menghampiri Christian. “Siapa?”
Christian melihat nama yang tertera di layar ponsel adalah Jay. “Dari tuan Jay ayah,” ucapnya.
Lukas segera menjawab teleponnya. Dan terdengarlah suara yang begitu panik, suaranya bergetar kala bicara.
PRANG...
Gelas minuman di tangan Lukas pun terjatuh kala mendengar apa yang di katakan oleh Jay di telepon. Tubuhnya lemas seakan kehilangan keseimbangan.
Clarisa yang melihat kejadian itu secara langsung segera menghampiri Lukas dan bertanya. “Apa yang terjadi? Mengapa wajahmu begitu pucat?” ucapnya.
Lukas menutup teleponnya. Dia segera meminta seseorang untuk menyiapkan jet pribadi agar bisa segera terbang ke Kanada.
Dia mengalihk
Satu hari telah berlalu. Di rumah sakit semua orang bergantian menjaga Conan. Ada yang pulang dan ada juga yang datang. Lukas yang terbang dari Shanghai pun tiba siang ini. Tanpa pergi ke hotel dia segera datang ke rumah sakit. Setelah di jemput oleh Raymond. “Apakah kau ingin ke hotel terlebih dulu?” Tanya Raymond. “Tidak perlu, kita langsung ke rumah sakit saja. Bawalah istri dan putraku ke hotel,” pinta Lukas. Clarisa bereaksi dan berkata. “Aku tidak ingin ke hotel. Aku ingin segera bertemu dengan Conan,” ucapnya. Raymond bertanya. “Lalu bagaimana? Apakah langsung ke hotel saja?” ucapnya. “Lukas terdiam sejenak, dia pun berkata. “Kita ke rumah sakit saja.” Mobil pun melaju pesat membelah jalanan kota Quebec, Kanada. Di rumah sakit Gerald sedang menunggu di dalam ruang Perawatan Intensif. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Conan akan tersadar. “Bangunlah. Ayah dan ibumu sedang dalam perjalanan ke sini
Di bawah langit-langit rumah yang telah tua Mariam Song meratapi nasibnya. “Ah. Kenapa hidupku jadi seperti ini?” “Apakah aku harus menguras uang simpananku agar bisa mengeluarkan putriku Yunita?” “Jika aku tidak mengeluarkan semua uangku, bagaimana aku bisa melanjutkan hidupku?” “Mengapa urusan hidupku semakin pelik?” Batinnya berkata. Mariam memejamkan matanya, telinganya sudah tidak tahan dengan lingkungan sekitar rumahnya yang berisik. “Aaahhhss. Mengapa berisik sekali. Rasanya aku ingin pindah dari sini,” umpatnya. Mariam menatap suaminya Lou Shen. Setengah berteriak dia berkata. “Mengapa kau diam saja seperti ini?” umpatnya. Lou Shen sedikit kesal mendengar perkataan istrinya itu. Dengan napas berat dia membalas perkataan istrinya. “Lalu kau ingin aku seperti apa?” “Aku bahkan masih di kejar-kejar rentenir. Jika saja kau mengurus putrimu yang dengan baik, nasib kita tidak akan seperti ini!” Dengan ma
Dini hari yang dingin itu turun hujan begitu deras, Clarisa terbangun kala mendengar suara derasnya hujan turun. Clarisa beranjak dari ranjangnya, saat dia berjalan keluar ruangan, dia menatap Lukas yang tertidur di sofa. Lukas terlihat berantakan namun ketampanannya tidak memudar sama sekali. Di tatapnya lagi kedua putranya yang masih terlelap di ranjang yang sama. Di satu sisi lainnya ada Jay beserta Gerald yang tertidur di bawah. Clarisa menghela napasnya. Tersenyum lembut kala mengingat semua orang sangat peduli dengan putranya. Clarisa menatap langit yang masih gelap di depan jendela dengan kaca yang besar sehingga bisa melihat sebagian besar langit, serta pemandangan lainnya. Clarisa memejamkan matanya. Merasakan lembutnya angin dingin yang terasa saat membuka kaca jendelanya sedikit. Rasanya cukup tenang dan menyegarkan baginya. Namun sedetik kemudian dia dibuat kaget oleh kehadiran Lukas yang tiba-tiba saja berada di belakangny
Gerald dan Jay kembali ke kamar. Untuk memberikan makanan pada Lukas.“Presdir ini makanannya,” ucap Jay. Seraya menyerahkan 6 kotak makanan serta buah. Dan juga jus kesukaan Conan serta Christian.Lukas menganggukkan kepalanya.“Kami akan makan di luar,” ucap Jay.Clarisa yang merasa tidak nyaman pun berkata. “Makanlah di sini bersama kami,” lagi pula ruangannya cukup besar,” pinta Clarisa.Gerald tersenyum, dia berkata. “Tidak perlu. Kami akan pergi makan di luar saja. Kalian makanlah,” ucapnya.Clarisa tidak tahu harus bicara apa lagi? Mengingat dirinya tidak begitu akrab dengan sahabat Lukas. Walaupun mereka terlihat baik. Namun tetap saja ada kesenjangan di antara mereka.“Jika kau butuh sesuatu, mungkin kami berada di taman rumah sakit,” ucap Gerald.Lukas mengisyaratkan mereka untuk segera pergi dengan mengerakkan tangannya.&ldq
Di kamar pasien. Conan, serta Christian telah bangun. Mereka makan bersama-sama. Conan hanya bisa makan di ranjangnya.“Setelah makan sebaiknya kau kembali ke hotel bersama dengan Jay,” ucap Lukas.“Tapi aku ingin menunggu di sini,” ucap Clarisa.“Lihatlah Christian dia pasti ingin kenyamanan. Pulanglah dan tidurlah yang nyaman di hotel.”“Conan sudah lebih baik, tidak perlu cemas. Aku yang akan menjaganya di sini. Kau kembalilah ke hotel,” pinta Lukas.Clarisa menundukkan kepalanya sebenarnya dia ingin lebih lama menemani Conan. Namun dia juga tidak berani menentang Lukas.“Yang lainnya akan datang ke sini, dan menjaga Conan bersamaku,” pintanya.Clarisa hanya bisa menuruti perintah Lukas. Dengan enggan dia pamit pada Conan yang sedang tertidur. Di tatapnya wajah putranya dengan lembut. Di kecupnya kening Conan. “Bersikap baiklah. Ibu akan segera kembali ke sini,
Hari telah menjelang sore. Kala Clarisa terbangun. Dia mulai berjalan menyusuri kamar hotel. Dia duduk di sofa ruang tamu. Menatap pemandangan yang sangat indah dari balik jendela besar yang berada di ruang tamu.Pemandangan yang indah itu terlihat begitu jelas dari sana. Clarisa sedikit merenung sedetik kemudian perut nya berbunyi karena lapar.Clarisa mengetuk pintu kamar.Tok... tok... tok... sayang apakah kau sudah bangun. Berulang kali Clarisa mencoba memanggilnya namun tidak ada jawaban.Dia segera mendorong pintu kamar. Dan mendapati Christian yang tidak ada di kamarnya.“Christian... Christian...” panggil Clarisa. Dia sedikit panik, hingga menggedor pintu kamar Jay.Jay yang terbangun karena sebuah keributan. “Ada apa Nyonya?” ucap Jay. Seraya mengucek matanya yang masih kantuk.“Christian tidak ada di kamarnya, bagaimana ini?” ucap Clarisa yang sedikit cemas.Jay terkejut. “APA
Di penjara Yunita cukup tertekan. Teman satu selnya bahkan berani memukuli wajah cantiknya. Setiap malam dia pasti merasa kesakitan karena ditindas. Dia begitu tersiksa, bagaikan ingin mati hari itu juga. “Aaahhh,” teriak Yunita. “Hei nona cantik, di sini penjara.” “Kau teriak sekeras apa pun tidak akan ada yang menolongmu,” ucap seorang tahanan. “Ku dengar kau menyinggung tuan muda Lukas Jiang, hingga kau berakhir di sini.” “Sungguh kau sangat sial, jika berurusan dengannya. Kau tidak akan keluar dengan cepat dari sini.” “Kau pasti sangat menyesal, karena perbuatanmu.” Yunita berkata. “Ini semua karena wanita itu. Jika saja dia tidak kembali ke sini, aku tidak akan mengalami hal seperti ini,” umpatnya. “Dan sekarang kau harus bertugas membersihkan ruangan, mencuci, dan juga membersihkan toilet,” ucap sang tahanan yang telah lebih lama berada di penjara. “Apa!” Yunita terperanjat kala harus melakukan semua tugas
Yunita di bawa kembali ke dalam sel. Dia di lemparkan begitu saja oleh petugas sipir, dia masih meringkuk kala yang berkuasa di sel itu menghampirinya. “Hei. Bangun... cepat bangun...” perintahnya. Seraya menggoyang-goyangkan tubuh Yunita dengan kakinya. Yunita tetap saja tidak bergeming. Hingga akhirnya teman satu selnya memukulinya tanpa ampun. Namun Yunita tak bergerak maupun melawan. Pikirannya masih melayang kala Marco telah menceraikannya. Perlahan air matanya kembali menetes, seraya merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bahkan sipir penjara pun tidak melihat keributan yang sedang terjadi dalam selnya. Teman satu selnya menarik tubuhnya. “Hei bangunlah. Kau harus menyelesaikan pekerjaanmu,” ucap seorang wanita yang lebih muda. Yunita menatap nanar kedua wanita yang sedang menindasnya, dia sedikit menyunggingkan senyuman sinis. “Ah. Tidak bisakah kalian memberiku sedikit waktu. Hatiku bahkan masih terluka,” ucapnya. Yunita