It was tougher than she ever thought, it was more difficult than she ever imagined. All she wanted to do was to play with their hearts, but she is left with no choice than to choose one of them. She wasn't expecting such to happen, because she's just a young adult who was forced to find her mate. She did it with fear, with fear of being kicked out of the pack, playing with the hearts of three Lycans. It was dangerous, cause she had to risk a lot of things, and a lot of people. But had the picked one of them, the dearest and loving to her. Her dearest Lycan.
더 보기“Berapa tarif kamu semalam?”
Aku terkekeh mendengar pertanyaan klasik yang tidak perlu kujawab. Jelas-jelas di awal dia sudah tahu hargaku. Kenapa masih pura-pura bertanya?
“Berapa, ya? Yang pasti, tidak sebanyak uang yang diberikan pada istri-istri mereka,” jawabku manja, menampilkan senyum terbaik untuk menyenangkannya. Sudah menjadi keharusan bagi wanita penggoda sepertiku untuk membuat klien bahagia.
Sayangnya, klien kali ini sedikit berbeda. Dia orang yang pernah menghancurkan hidupku. Orang yang sudah merenggut kesucianku, juga orang yang menjadi penyebab hancurnya pernikahanku dengan adiknya, dua minggu sebelum ijab kabul berlangsung.
“Kenapa tanya? Kamu mau bayar aku berapa?” Kukedipkan sebelah mata, mendekat ke arahnya dan meletakkan tangan di salah satu bahunya. Aroma parfum yang kupakai pastilah sampai di hidung mancungnya.
“Berapa yang harus kubayar supaya kamu bebas dari tempat prostisusi ini?”
Tawaku mengudara.
“Aku udah bebas, kok. Kamu lihat, tangan atau kakiku nggak ada yang ikat, kan?”
“Bukan itu. Kamu berhenti dari pekerjaan ini. Kita nikah.”
“Nikah?”
Tawaku lebih keras dari sebelumnya, memenuhi ruangan dengan cahaya temaram dan lilin-lilin aroma terapi yang berjajar di lantai. Kulihat rahangnya mengerat, dengan jari-jari yang tergenggam rapat. Jelas dia berusaha meredam gemuruh di dalam dadanya, juga keinginan liar sebagai seorang pria dewasa yang tengah digoda wanita dengan gaun terbuka.
Aku tahu, aku berhasil menggodanya, terlihat dari jakun yang naik turun dengan cepat. Bahkan, suaranya ikut tercekat. Cukup mengasyikkan menyiksa pria yang paling kubenci di dunia.
“Sayang, aku dibayar buat menuhin kebutuhan biologis kamu, bukan buat ngobrol hal-hal bulshit soal pernikahan. Urusan rumah tangga atau semacamnya, it's not our business. Kalau kamu mau nikah, cari gadis baik-baik di luar sana. Bukan aku.”
“Sera, ini serius. Semua kesalahanku di masa lalu—”
“Stop it!” Aku semakin mendekat ke arahnya, menempelkan jari telunjuk tepat di bibirnya. “Kamu nggak harus jelasin apa pun, karena aku nggak mau dengar itu. Masa lalu udah berlalu. Buat apa dibahas lagi? Nggak ada gunanya. Buang-buang waktu aja.”
“Ra!”
Kali ini aku harus membekap mulutnya, mencegah kalimat lain terlontar dari sana. Meski hatiku jijik luar biasa bersentuhan dengannya, tapi aku masih bisa berpura-pura sebagai wanita manja di hadapan klienku ini.
“Baby, you want me or not?” tanyaku dengan tatapan menggoda, menjatuhkan harga diriku sendiri sebagai seorang wanita demi pekerjaan yang banyak dipandang rendah oleh orang-orang di luar sana.
Kulihat wajahnya memerah, entah menahan marah atau menyembunyikan gairah. Dengan cepat dia merogoh saku celana, mengambil sepuluh lembar uang ratusan ribu dan meletakkannya di meja dengan kasar.
Debam pintu menjadi tanda perpisahan kami malam ini. Dia pergi begitu saja, tak peduli aku belum memberikan layanan khusus padanya. Sama seperti sebelumnya, dia memintaku berhenti dari pekerjaan hina ini dan menjadi istrinya.
Sayangnya, itu hal yang mustahil. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan semuanya? Luka yang membuatku terjebak dalam lingkaran setan ini.
Ingatanku kembali pada memori buruk malam itu. Dialah penyebab kehancuran hidupku. Pria asing kedua yang kupercaya, ternyata memiliki siasat busuk di dalam hatinya.
“Ra, Dika minta aku antar kamu buat fitting gaun pengantin,” ucap iblis berwujud manusia yang menghampiri saat aku keluar dari toko bunga tempatku bekerja. Langit senja membiaskan cahaya oranye di angkasa. Satu keindahan yang paling kusuka.
“Fitting gaun pengantin? Kan harusnya besok, Mas. Bukan hari ini.”
“Nggak tahu. Kamu lihat sendiri chat-nya.”
Meski awalnya ragu, aku meraih ponsel itu. Memang benar ada pesan yang memintanya mengantarku ke butik langganan keluarga mereka.
“Masih nggak percaya?”
“Bukan gitu, Mas. Soalnya—”
“Kamu telepon Dika atau Mama. Tanya mereka, aku bohong atau nggak.”
“Maaf. Aku ... aku percaya, kok.”
Entah bodoh atau terdorong rasa tidak enak semata, aku menurut saja, masuk ke dalam mobilnya tanpa bertanya apa-apa. Sepanjang perjalanan, aku bahkan tidak berani buka suara. Hanya sesekali memandang keluar jendela, juga jam tangan yang melingkar di lengan kiriku. Pria itu memang beberapa kali mengantar-jemputku saat Dika sedang sibuk dengan urusannya.
Langit semakin gelap saat aku menyadari kalau jalan yang kami lalui semakin sepi. Aku belum pernah melewatinya.
“Mas Rian, ini kita nyasarkah, Mas?”
Aku memberanikan diri bertanya saat kulihat titik GPS di ponsel justru semakin jauh dari tujuan kami. Rasa gugup melanda, membuat rasa takut memenuhi dada.
Pria itu tetap bungkam, bahkan menambah kecepatan mobil yang membuatku mencengkeram hand grip di atas pintu. Dia seolah ingin menerbangkan mobilnya.
"Mas, berhenti! Aku mau turun!" ucapku dengan suara gemetar. Namun, hanya deru kendaraan yang terdengar. Tetap tak ada jawaban.
“Mas, ini kita mau ke mana?"
"Senang-senang," jawabnya singkat. Kulihat senyum miring di bibirnya, bersama cengkeraman tangan yang semakin erat menggenggam kemudi.
“Kamu jangan gila! Istighfar, Mas. Aku calon adik ipar kamu.”
“Justru karena itu kamu, Ra. Kamu yang paling tepat kujadikan senjata."
Kali ini tawanya membahana, membuatku semakin yakin kalau ada yang tidak beres dengan isi kepalanya.
“Mas, kita pulang sekarang!”
Namun, mobil itu tetap melaju, tidak peduli dengan protesku. Berbagai doa kulantunkan dalam dada, berharap tidak akan ada hal-hal tak terduga nantinya.
Sayang sekali, yang terjadi justru sebaliknya. Dia membawaku ke sebuah vila yang gelap gulita. Decit rem terdengar memekakkan telinga, bersama kendaraan roda empat yang terhenti seketika. Sosok pria 178 cm itu keluar dari mobil, membanting pintunya sekuat tenaga.
Ini satu-satunya kesempatanku melarikan diri. Aku segera mengambil langkah seribu, berusaha menjauhi pria yang kini melangkah memutari bagian depan mobil jeep-nya.
“Mau lari ke mana kamu?”
Dia menangkap tanganku, membuat langkahku terhenti seketika. Dia menyeretku untuk mengikutinya.
Aku terus meronta, berteriak sambil memukuli punggungnya. Namun, kedua telinganya tak lagi berfungsi. Dia dibutakan oleh kemarahan yang tidak kuketahui sebabnya.
Entah setan apa yang telah merasukinya. Dia mengangkat tubuhku seperti karung beras dan membawaku masuk ke salah satu kamar. Dengan kasar, menghempas tubuhku begitu saja. Di tengah hujan lebat yang mengguyur vila, dia melecehkan harga diriku, mengambil mahkota paling berharga, yang ku jaga untuk suamiku nantinya. Dia menikmati sesuatu yang bukan haknya dengan wajah tanpa dosa, bahkan tertawa bangga.
Aku menangis tergugu mengingat kejadian menyesakkan itu. Dia sumber malapetaka yang sudah melemparkanku ke dalam jurang nestapa, memberiku status gadis terhina dan terusir dari keluarga.
Sekuat apa pun berpura-pura tegar, aku lunglai juga. Kakiku melemah, tidak bisa menahan bobot tubuhku sendiri. Bulir-bulir air mata menetes tanpa diminta. Dadaku terasa sesak. Rasanya, aku ingin amnesia. Melupakan semuanya.
Luka ini Adrian Mahendra Hutama penyebabnya. Sembuhkah jika aku menikam jantungnya?
"Where are you going to?"He asked.I remain silent for a while, trying to think of a lie to tell him."I forget some of my stuff, so I want to pick them up."I lied.He remained silent for a while. He looks at me from head to toe and chuckles."Liar. You are dressed differently, and it means you are trying to sneak out."He said.I gulped"No, I'm not.""Stop lying to me Cassy. We both know you are trying to sneak out."He said.I sighed."Okay... Fine. I'm trying to sneak out, but you have to do me a favor by not telling Ryan."I replied.He smiled"I don't do favors like that without getting something in return."He said, and walked closer to me.He touches my hair, and then I knew what he wanted. I removed his hands."I'm in a relationship with Ryan and I don't want to screw it."I said."You can be with the both of us."He replied.He tried touching my waist, but I removed his hands angrily."I can't be with you and be with your friend. It isn't right and we both know it."I said."I'm not l
My mother saw me. She didn't say a word, neither did she wave. She faced my father and kept walking to a place I have no clue of. The way she looked at me wasn't the way she always does. Maybe she is truly disapointed in me like she said earlier.I sighed. Maybe I'm at fault. I should have just apologized about it. Though I love doing things on my own. I want to be an independent young lady,, but I still think I need my mother.I turned to Ryan who had been saying things I haven't been listening to."Do you think I'm wrong?"I asked."No, you are not. You are always right."He replied."I mean, my parents. Do you think I did too much, by saying I should be treated like an adult?"I asked."No, you didn't. You are eighteen, and you shouldn't be treated like a child anymore. I know you don't like the party because of the people that were invited, and I know how that feels. So you did the right thing, and not the wrong."He replied.We kept on walking and were having a good conversation.Ry
"Dead?, Are you sure of what you are saying?"Darren's brother asked."Yes, I am Sir. It happened right in front of your brother."The guard replied.With the way I'm seeing things, I don't think I'll be able to stay in the palace tonight. The king is dead and there's going to be chaos everywhere when the news spread out of the palace.Darren and his brother will be more focused on the death of their father and I'll be forgotten."You must tell anyone else about it."Darren's brother said to the guard.He turned to me"I don't think you can stay here, Darren won't allow you."He said."Can I see him at least?"I asked."I'm sure you are not deaf. My father is dead, and there's no way you can stay here."He yelled, sighed, and walked away.I guess I'm the fool now. I made my parents annoyed and now they kicked me out of the house. I thought of staying in the palace, but then the king decided to die.Death comes at any time, I know that. But why should he die when I need the help of his son?
Where should I start? I don't know how to explain or describe how I feel right now when I'm being caught having sex with a guy. The ground should open and swallow me, cause this is bad."Who is he, and why are you on top of him?"My mother questioned."Is obvious mom, she's having s*x with him," Greg said."Go to your room Greg, I'm going to handle it."My mother replied."Okay," Greg muttered and left."What are you still there? Get the hell out of my house."My mother yelled at Ryan, who stood up immediately, he wore his clothes and went out of my room.Now, I'm left with her, and I need to explain myself."Before you talk, I want you to know it's not what you think, "I said."Then what should think? Isn't it obvious that you were having sex with a guy I have never met in my life?"My mother yelled."He is... I mean was my friend" I said."That's no excuse, Cassy. Everyone is down there dancing and partying cause it's your birthday. Because of you, I invited Cassy and all you can do is
"What's wrong with you?"My mother asked."Nothing... Absolutely nothing" I lied through my teeth."You are lying, I know you are."She said and pushed me aside."See I told you it's nothing," I said."Fine."She turned to Patty"Thank you for coming, I hope to see you another day."She turned back to me"You should see her off.""I will. Let's go, Patty."I said, holding Patty's hands and as we were about to walk out, I turned back and saw my mother still standing."You are not allowed to be in my room. I'm not going to allow you to spy on me."I said."There's something you are hiding from me, I can feel it. When I came ln you moved to your bed and blocked me from seeing it."She replied."Even if I am hiding something from you, which I'm not, you still can stay here whileisegoingo goes e,"I said.I frowned at her, she sighed and said"Fine, I'm going to leave.""You need to be ahead of us, we will walk behind you, "I replied."No. I'm your mother, and I can do whatever I want."She said."I
"Why my room?"I asked."I thought that's where you will be."He replied."Okay, I'm here, what is it?"I asked."You left and we didn't finish our conversation."He replied."Conversation?, We didn't start any conversation," I said."I know, just kidding. We need to talk."He replied."We can talk here, "I said."Privately" He replied."Wait, so you want me and you to talk In my room?"I asked."Ye,s" He replied.Is this dude okay?, Or maybe he is? He wants us to have a conversation in my room. If it's going to benefit him, it's going to also benefit me.Patty said I'm going to be the one to get heartbroken if I play with the hearts of three of them. But I think she's wrong. Two of them are going to be hurt when I pick the one that I truly love."Let's go," I said.We walked to my room, I opened the door while he trailed behind me. I close the door, and we both sat on my bed."So what do you want to talk about?"I asked."I want to firstly apologize for not speaking to you when I found o
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
댓글