Share

4. Apartemen

Aris menjambak rambutnya karena kesal. Sudah berjam-jam dia duduk di kursi kebesarannya sambil menatap layar komputer yang menampilkan laporan pendapatan perusahaan. Tapi tidak sedetikpun otaknya berhenti memikirkan percintaan panasnya bersama Elsha seminggu yang lalu.

Sial.

Pengaruh Elsha masih sebesar itu terhadap dirinya. Sejak dulu, Aris selalu bergantung kepada Elsha. Hanya wanita itu tempat Aris berkeluh kesah dari permasalahan keluarganya. Saat Aris terpuruk, Elsha-lah yang menghibur dan membuatnya bangkit. Lalu, saat cinta sedang mekarnya di antara mereka, Elsha menghilang tak tahu ke mana.

Terakhir mereka bertemu kala itu saat Aris mengajaknya untuk ikut bersamanya ke luar negeri di mana Aris akan kuliah. Tentu saja saat itu Elsha menolak. Ada Sashi yang harus dia jaga. Karena tidak ingin egois, Aris meminta Elsha untuk menunggunya. Tapi wanita itu malah menghilang.

Aris menjalani hari-hari berat tanpa Elsha. Pria itu sempat alpa studi karena tidak ada gairah untuk melanjutkan kuliahnya saat tahu kalau Elsha tidak bisa dia temukan. Entah bersembunyi di mana wanita itu.

Hingga akhirnya Aris memantapkan niat untuk segera menyelesaikan studinya, lalu pulang ke tanah air untuk mencari keberadaan Elsha, kemudian mengikat kekasihnya itu dalam ikatan pernikahan.

Sayangnya, rencana selalu tidak sesuai dengan harapan. Donita yang kala itu sangat keras kepala dan sulit dibantah sudah menyiapkan segala yang terbaik versinya untuk Aris.

Awalnya Arjun yang akan dijodohkan, tapi pria itu menolak dengan alasan tidak berminat pada lawan jenis. Donita jelas marah besar dan mengusir Arjun dari rumah. Sehingga pelampiasan Donita teralihkan kepada Aris. Anak keduanya.

"Woi!"

Aris tersentak dari lamunan masalalu dan mendongak menatap sahabatnya yang kini sudah duduk di sofa ruang kerja Aris.

"Gak kerja lo?" tanya Aris sambil bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sofa yang berhadapan dengan Dio.

"Habis rapat deket sini. Jadi sekalian aja gue main ke sini." Dio menatap Aris yang tampak kurang bersemangat. Kantung mata sahabatnya itu tercetak jelas. Apa Aris tidak tidur?

"Lo lagi banyak kerjaan nih?" Dio bertanya sedikit heran.

Aris menggeleng dan memijit pelipisnya. Aris pusing karena bayangan tubuh Elsha yang memabukkan itu menari-nari di benak kotornya. "Lo tahu apa yang terjadi saat kalian menjebak gue di kelab malam itu?"

Dio menahan napas. Sial. Dia kira selama seminggu ini Aris tidak membahasnya karena pria itu sudah melupakan kejadian itu. Rupanya....

"Gue ketemu sama Elsha."

Dio mengerjap. Dia sudah tahu. Lalu?

"Gue masih sangat menginginkan dia, Yo. Gue gak mau kehilangan dia lagi. Gue harus apa?"

Dio tahu perasan Aris. Dio tahu sebesar apa cinta Aris untuk wanita bernama Elsha tersebut. Oleh sebab itu, Dio setuju saat Arkan mengusulkan ide gila seminggu yang lalu.

"Ris, gue mau jujur sama lo, tapi lo jangan marah."

Aris yang tersandar tak berdaya di sofa menatap malas pada Dio. "Kita kenal berapa jam, sih?" tanyanya sarkas.

Dio terkekeh mendengar pertanyaan sinis dari sahabatnya itu. "Sebenarnya, kita bertiga udah tahu kalo Elsha ada di sana. Dan kita yang rencanain itu semua."

Aris langsung menegakkan punggungnya. Matanya mengerjap dan menatap serius pada Dio. "Maksud lo apa?"

Dio memulai ceritanya dan itu sukses membuat Aris melemparkan bantal sofa bertubi-tubi ke wajah sahabat brengseknya itu. "Sialan! Kalian bener-bener sialan! Sumpah, gue kayak orang tolol yang gak tahu apa-apa!"

Dio meringis dan tersenyum lebar saat Aris terbaring pasrah di atas sofa.

"Jadi Elsha baru kerja malam itu?"

Dio mengangguk. "Awalnya sepupu Arkan nawarin tuh cewek buat gue. Lo tahu lah, gue gak bisa sembarangan tidur sama cewek. Jadi gue minta fotonya dulu. Jujur, gue sama Arkan syok pas sepupunya ngasih foto Elsha. Kita masih inget jelas pacar lo pas SMA itu." Ya, Aris dan ketiga sahabatnya memang berteman baik sejak lama. Sejak SMP hingga sekarang.

"Dan gue yang pertama?"

Dio mengangguk lagi.

"Bangsat!"

Dio mengerjap karena terkejut saat Aris mengumpat kuat sambil menjerit dan menjambak rambutnya.

"Lo..., sehat, Ris?"

***

Awalnya, Elsha mengira tidak akan bertemu lagi dengan si mantan pacar setelah menghabiskan malam panas waktu itu. Sudah seminggu juga berlalu, dan selama seminggu itu Aris rutin ke sini, ke tempatnya bekerja. Kadang Elsha bingung, apa Aris selalu seperti ini? Bermalam di kelab dan bermain dengan para jalang?

Memikirkan hal tersebut entah mengapa membuat Elsha kesal. Ada perasaan tidak suka dan tidak rela saat membayangkan kalau pria itu meyentuh banyak wanita dan memasuki banyak liang. Ya, walaupun seminggu ini selalu Elsha yang melayaninya. Entah kebetulan atau tidak.

Elsha menghela napas sambil mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kelab malam. Penuh. Semuanya berpasangan dan saling bercumbu.

"Gak kerja?" tanya seorang bartender yang seminggu ini selalu mencoba mendekati Elsha. Elsha yang memang duduk sendirian di sana lantas menggeleng.

"Gue cuma kerja kalau bos manggil doang."

“Tamu VVIP, hm?” tanyanya lagi. Elsha mengangkat bahu acuh. Dia tidak berminat membagi cerita ranjangnya pada siapa pun.

Bartender tersebut hanya menatapnya sambil tersenyum. Elsha tahu arti tatapan dan senyuman itu. Tapi Elsha pura-pura tidak menangkap kode yang pria itu berikan. Elsha belum siap terlibat dengan pria lagi. Selain Aris, tentu saja.

"El, gak ada pelanggan malam ini buat lo. Jadi, lo bisa pulang lebih awal."

Elsha mengangguk, lalu beranjak dari duduknya setelah berpamitan kepada bosnya. Tapi ada satu hal yang mengganjal dihatinya. Elsha berbalik dan kembali mendekati sang bos untuk bertanya.

"Anne?"

Wanita yang dipanggil Anne itu menatap Elsha dengan pandangan bertanya. "Kenapa?”

Elsha yang kembali ragu segera menggeleng, lalu tersenyum lebar dan berlalu dari sana membuat Anne mengernyit bingung.

"Dan aku bisa tidur nyenyak malam ini," desah Elsha saat berjalan ke ruangan ganti untuk mengambil tasnya. Elsha segera pulang dan saat tiba di rumah, ia menemukan adiknya masih terjaga sambil menonton televisi di ruang tamu.

"Kenapa belum tidur, Dek?"

Sashi yang fokus pada tayangan di televisi seketika menjerit membuat Elsha ikutan menjerit.

"Apa, sih?!" kesal Elsha.

Sashi mengusap dadanya yang berdebar hebat. "Kakak pulang gak bilang-bilang. Aku kaget!"

Elsha memutar bola mata dan menjentik kening Sashi membuat gadis itu mengaduh. "Sok-sok an banget kamu tuh nonton horor. Udah tahu sendirian di rumah. Kalau Kakak gak pulang cepat, gimana? Berani sendirian?"

Sashi menyengir, lalu meraih remot untuk mematikan televisi. "Cuma itu yang ada. Yang lainnya acara dangdut sama drama alay. Males."

Elsha menghela napas dan geleng-geleng kepala.

"Tidur, besok kamu ada jadwal kuliah loh," ujar Elsha sambil mencium kening Sashi sebelum wanita itu beranjak untuk masuk ke dalam kamarnya.

Elsha meletakkan tas di atas sofa single di kamarnya, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuhnya sangat kontras dengan aroma rokok dan alkohol. Meskipun Elsha tidak menyentuh dua benda itu, tetap saja berada di satu ruangan pengap dengan orang-orang seperti itu meninggalkan bekas bau di tubuh dan pakaiannya.

Hanya dua puluh menit Elsha membersihkan diri sebelum berbaring dan mendesah lega karena akhirnya setelah seminggu menjadi budak seks Aris, Elsha bisa tidur nyenyak tanpa kelelahan karena ditunggangi.

"Siapa, sih, ya Allah...." Elsha mengerang kesal saat ponselnya berdering, lalu seketika matanya mengerjap bingung menatap nama yang tertera di sana.

Aris menelponnya. Ada apa?

"Halo?"

"El,"

Kening Elsha mengernyit bingung. Ini Aris, kan? Kenapa suaranya jadi aneh begitu?

"Halo? Mas?"

"El, kamu bisa ke sini?"

Elsha mendengar suara batuk di seberang sana. Sial. Apa Aris tengah sakit sekarang? Oleh karena itu pria tersebut absen datang ke kelab malam ini?

"Kamu di mana?"

"Apartemen."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status