Share

My Headmaster is My Husband
My Headmaster is My Husband
Penulis: Eternalbee

BAB 1. They Are

Gistara Alivia Singgih, gadis bermata monolid itu tengah asik memperhatikan mahasiswa-mahasiwa bermain di kolam ikan -yang biasa disebut embung oleh anak-anak di kampusnya- yang berada di dekat gedung fakultas pendidikan. Seorang pria dilempar kedalam kolam dengan digendong oleh beberapa temannya, ia tebak pria itu sedang ulang tahun jadi teman-temannya memberikan surprise kepadanya dengan melemparkannya kedalam kolam ikan yang besar itu.

Gistara tersenyum senang dan haru karena akhirnya dia akan wisuda dan berhasil selesai menempuh pendidikan sarjananya. Banyak rintangan yang harus dia hadapi sampai dia bisa di titik ini, mulai pergi dari desa ke kota ini dengan tekad yang kuat, bekerja part-time karena harus membiyayai sekolah dan kuliahnya. Dia juga bersyukur berkat otak cerdasnya yang diwarisi oleh kedua orangtuanya dia bisa mendapatkan beasiswa sejak sekolah menengah atas sampai kuliah.

Bukan dari keluarga miskin. Ayah gadis itu adalah seorang guru honorer, dan ibunya adalah seorang penjual sembako di rumahnya, karena memiliki adik yang masih kecil gadis itu memutuskan untuk pergi ke kota setelah sekolah menengah pertamanya selesai.

Dering ponselnya membuyarkan lamunan gadis itu, nama 'dedek' tertera di layar ponselnya.

'Hallo'

"Teteh dimana?"

'Teteh masih di kampus, Adek udah nyampe?"

"Udah Teh."

'Oke, Teteh pulang sekarang. Kuncinya ditempat biasa ya.'

"Oke, hati-hati Teh."

Gistara bergegas pergi dari embung, mengambil motor maticnya yang terparkir diparkiran embung. Dia hampir lupa kalau adik dan kedua orangtuanya itu akan mengunjunginya, lebih tepatnya mengantar adiknya test di sekolahan dimana dia dulu bersekolah, Bimantaras' School.

Senyumnya berkembang ketika melihat kedua orang tua dan adiknya sedang duduk di sofa yang berada di ruang TV. Sudah dua bulan dia tidak pulang kampung karena kesibukannya mengurus skripsinya yang hampir selesai, dan minggu lalu dia berhasil menyelesaikan skripsinya.

Gistara berjalan menuju bundanya, memeluknya dengan erat. "I miss you so much Bun," bisiknya lirih. Entah mengapa air matanya menggenang dipelupuk matanya.

"Miss you too Nak." Wanita paruh baya itu membalas pelukan anak gadisnya dengan erat.

"Teteh gak kangen sama Ayah?" Tanya pria paruh baya yang duduk disamping bundanya itu.

"Kangen lah Yah," rajuk gadis itu melepas pelukan bundanya, berpindah haluan memeluk ayahnya.

"Anak gadis Ayah sudah besar." Pria paruh baya itu mengecup puncak kepala anak gadisnya.

"Aku pengen juga dipeluk Yah," rajuk Gian bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri kedua orang tua dan tetehnya.

"Sini Ayah peluk semua."

Keempat manusia berbeda generasi itu berpelukan dengan perasaan haru dan bahagia.

***

Gistara berjalan dengan hati-hati menuruni tangga, kedua orang tua dan adiknya berencana mengecek lokasi untuk test besok. Tadi pagi Gistara harus berangkat lebih dulu karena dia yang merupakan salah satu panitia penerima siswa baru ditugaskan untuk mengecek segala keperluan untuk besok. Dan beberapa menit yang lalu adiknya mengirim pesan kalau mereka sudah sampai di lokasi tersebut.

Gistara tersenyum cerah melihat kedua orang tua dan adiknya sedang duduk di kursi dekat post satpam, ayahnya sedang bercengkrama dengan Pak Supri, satpam di Bimantaras' School.

"Pagi Neng Gita," sapa Pak Supri dengan senyum khas pria paruh baya.

"Pagi menjelang siang Pak," kekeh Gistara dengan eyes smilenya yang selalu nampak ketika tersenyum.

"Neng Gita mirip banget ya sama adiknya, kaya pinang dibelah dua," komentar Pak Supri menepuk pundak Gian yang sedang duduk didekatnya.

"Satu produk Pak," cengir Gistara, membuat keempat orang itu tertawa.

Setelah sedikit mengobrol dengan pak Supri keempat orang itu izin undur diri untuk berkeliling sekolah itu. Gistara menggandeng kedua orang tuanya, sedangkan Gian berjalan dibelakang menikmati bangunan yang megah itu.

"Ayah sama Bunda besok harus ngisi questioner bersama wali siswa yang lain dilantai dua, dan adek besok langsung masuk keruangan," tutur Allisya semangat dengan masih menggandeng tangan kedua orang tuanya.

Bimantaras' School merupakan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan menengah atas swasta terbaik di Jawa yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Dibangun pada tahun 2005 oleh mendiang Antares Bimantara. Bukan hanya SD, SMP dan SMA, keluarga Bimantara berencana membangun TK, rencananya setelah pembangunan gedung SD selesai.

Antares Bimantara dalah salah satu orang yang berpengaruh dalam kesuksesan seorang Gistara, beliau membantu gadis itu ketika dulu dia membutuhkan pekerjaan. Dengan otak cerdas yang dimiliki Gistara, Pak Antares memberikan pekerjaan sebagai guru privat disalah satu tempat privat milik temannya, privat khusus anak SD yang bayarannya lumayan untuk seorang siswa menengah atas, tapi tidak lama setelah itu Pak Antares memaksa Gistara untuk pindah dari pekerjaan itu dan memberikan pekerjaan lagi sebagai seorang penjaga toko bunga milik sahabat istrinya, bukan hanya itu Pak Antares selalu mendaftarkan Gistara ketika ada lomba biologi antar sekolah dan olimpiade. Dan ketika dia memasuki jenjang kuliah, beliau memberi kepercayaan kepada Gistara untuk mengajar kelas sepuluh mata pelajaran biologi.

Setelah berjalan menyusuri sekolah memberi tahu sedikit sejarah tentang sekolahan itu, Gistara pamit kepada ketiganya karena masih ada beberapa ruang yang harus dia cek. Gadis itu berjalan menuju lantai dua, tempat dimana para wali siswa akan melakukan questioner.

"Guru junior seharusnya tidak ada hak untuk mengajak wali siswa berkeliling sekolah."

Gistara tersentak kaget dengan ucapan pria berwajah dingin itu. Sejak kapan pria itu berada di ruangan ini. Kenapa tiba-tiba pria itu ada dilingkungan sekolah dan berbicara yang tidak masuk akal dan lagi kapan dia mengajak wali siswa berkeliling sekolah. Dasar pria aneh rutuknya.

"Pak Sagara? Sejak kapan bapak disana?" Alih-alih menjawab ucapan pria itu, Gistara justru memberikan pertanyaan yang membuat pria itu jengkel, Sagara Kin Bimantara, anak kedua pemilik sekolah Bimantaras' School.

"Basa-basi yang memuakkan," cibir pria itu menatap Gistara tajam.

Gistara tersenyum miris mendengar balasan pria dingin yang sialnya tampan itu. Kalau bukan anak pemilik sekolah dimana dia mencari sesuap nasi, sudah daritadi Gistara pergi meninggalkan pria menyebalkan itu.

"Bapak ada keperluan apa kemari?" tanya Gistara dengan senyum tipisnya, mencoba bertanya lagi, siapa tahu kali ini dijawab. Ya walaupun kemungkinannya kecil.

"Sekolahan ini milik saya kalau kamu lupa, jadi terserah saya mau ngapain disini."

Gistara merutuki pertanyaan bodohnya itu. Menggigit bibir bawahnya mencoba menghilangkan rasa gugupnya itu. Bodoh seharusnya tadi jangan nanya itu rutuknya dalam hati.

Sagara berjalan mendekati Gistara dengan mata tajam yang menyorot tepat di mata monolid itu. Sedangkan Gistara gelagapan ditatap dengan begitu tajam oleh pria dingin itu, mencubit kedua tangannya yang saling bertautan.

Gistara menahan nafasnya ketika tubuh jangkung itu menunduk, jarak tinggi mereka cukup jauh, Gistara bahkan hanya sampai pundaknya saja meskipun gadis itu sudah menggunakan high heels. Dengan jarak sedekat ini Gistara dapat mencium parfume mahal yang dipakai pria itu.

"Dasar gadis menyebalkan," bisiknya tajam kemudian pergi meninggalkan Gistara dengan wajah merah padam, malu bercampur kesal dan bingung. Apa yang di maksud pria dingin itu.

"Dasar pria aneh," rutuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status