Share

4. Terbongkar Rahasia

Tianyu kesakitan. Ia di hukum oleh Meng karena mencoba menolongnya hingga membuat ia terluka kemarin. Meng menghidupkan bola api di tubuh Tianyu agar bereaksi, ia kesal lelaki itu sungguh ceroboh.

Tianyu memohon kepada Meng untuk berhenti menyiksanya.

"Ampun, nona... Tolong hentikan sakitnya!!" Pinta Tianyu sambil mengerang kesakitan.

Meng terus menyiksanya, ia menatap wajah Tianyu yang tengah menahan sakit. Meng merasa iba, kemudian ia berhenti.

"Ini hukuman karena kau terlalu mengambil resiko untuk menolongku," ucap Meng sembari memelototinya.

Tianyu menggeleng, ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Wajah Tianyu tampak pucat, ia jatuh terduduk di lantai.

"Aku memaafkanmu kali ini. Lain kali jika kau membuat dirimu terancam, hukumanmu lebih berat dari ini!!" Meng meninggalkan Tianyu sendirian.

Tianyu hanya menatap kepergian Meng, ia tidak bisa melawan kekejaman yang Meng lakukan. Tianyu bingung dengan sikap Meng, kenapa ia marah saat dirinya berusaha menolong Meng, padahal niatnya baik dan kenapa ia harus di siksa.

***

Meng kembali menyusuri danau bersama beberapa pengawal dan pelayan setianya. Dia sangat senang menghabiskan waktu untuk menenangkan diri di tepi danau.

Tianyu meniupkan seruling bambu untuk Meng. Dia sangat mahir memainkan serulingnya. Meng sangat senang mendengar alunan suara suling yang di mainkan Tianyu. Alunan musiknya yang tenang membuat Meng tertidur pulas di tepi danau.

Tiba-tiba segerombolan prajurit tanah datang mengepung mereka. Prajurit tanah berhasil menemukan keberadaan Meng dan Tianyu. Mereka berniat menangkap dan membawa Meng, tetapi para pengawal Meng memasang badan untuk melindunginya.

Sempat terjadi perdebatan antara mereka, Meng memarahi prajurit tanah dan memperkenalkan siapa dirinya sebenarnya.

Tianyu kesal melihat Meng terlalu meladeni mereka, ia menarik tangan Meng untuk segera pergi dari tempat itu. Akhirnya pengawal Meng yang menghadapi prajurit tanah.

"Kenapa kau menghentikanku untuk memberi pelajaran pada mereka?" tanya Meng heran saat Tianyu menarik lengannya untuk pergi.

"Memberi pelajaran dengan mengomeli mereka?" jawab Tianyu lantang.

Meng terdiam. Ia tidak menjawab perkataan dari Tianyu.

"Kau kularikan karena bisa saja mereka menangkapmu! Jangan terlalu banyak bicara,nona!" Tianyu mengomeli Meng.

Meng terheran melihat Tianyu memarahinya. Baru kali ini ia melihat Tianyu banyak bicara.

"Kau!!" Meng menunjuk muka Tianyu tanda memperingatkan, tetapi ia tidak melanjutkan perkataannya.

"Aku tidak ingin kau kembali di paksa untuk menikah," lanjut Tianyu lagi kali ini dengan nada pelan.

Meng menatap dalam wajah Tianyu, ia terharu dengan perhatian yang di berikan pria dingin itu.

"Kenapa kau begitu perhatian kepadaku? Kau ingin aku mencabut bola api dari tubuhmu, kan? Tidak akan!" Meng menjawab dengan sedikit salah tingkah.

Tianyu hanya menggeleng, dia membalas tatapan Meng.

"Lalu?" Meng semakin salah tingkah saat Tianyu menatap matanya.

"Aku hanya menjelaskan yang aku tahu, nona," Tianyu kembali menjawab datar.

"Sudahlah, lebih baik kau bersiap-siap untuk ikut aku ke kerajaan air!" Meng kemudian pergi meninggalkan Tianyu.

***

Meng pergi ke kerajaan negeri air. Tianyu awalnya menolak, tetapi Meng terus memaksa hingga akhirnya ia bersedia untuk ikut.

"Kenapa kau menolak ajakanku kali ini? Biasanya kau selalu setia," tanya Meng penasaran.

"Aku hanya tidak enak badan, nona. Reaksi bola api kemarin masih terasa sepertinya," ucap Tianyu memberi alasan.

Meng tidak begitu menghiraukan, ia terus berjalan.

"Kali ini kau tidak membawa pengawal kerajaan?" Tianyu mencoba bertanya kepada Meng.

"Aku hanya melakukan perjalanan santai, aku masih ingin memantau seperti apa kerajaan air."

"Kau tidak pernah singgah ke kerajaan air?"

Meng menggeleng, ia tidak pernah ke kerajaan air karena letaknya yang lumayan jauh.

"Aku sering ke kerajaan elemen lain selama ayahku memerintahkan berburu kitab Lin, biasanya aku hanya menghabiskan waktuku di tepi danau."

"Kenapa kau suka sekali istirahat di tepi danau?"

"Aku hanya mengulang kenangan saat ibuku masih hidup, aku dan ibuku sering main di danau itu." wajah Meng seketika berubah saat ia berusaha menjelaskannya kepada Tianyu.

Tianyu barulah mengerti, ia tidak menyangka wanita yang biasanya bersikap kejam dan penuh amarah ini juga memiliki sisi lemah.

Sepanjang perjalanan mereka berbincang. Hal yang sangat di impikan oleh Meng sejak dulu yaitu memiliki teman bicara, sekarang Meng telah mendapatkannya.

Meng merasa Tianyu sangat perhatian padanya, ia mulai luluh. Selama perjalanan ia terus memikirkan tentang Tianyu. Meng berinisiatif untuk mencabut bola api dari tubuh Tianyu. Perasaan Meng pada Tianyu mulai tumbuh sepertinya.

"Berhenti!" Perintah Meng tiba-tiba saat dalam perjalanan.

"Ada apa?"

Tanpa basa-basi Meng menarik pinggang Tianyu agar lebih dekat dengannya.

Meng mengeluarkan cakranya hingga membuat mulut Tianyu terbuka, bola api keluar dari tubuh Tianyu.

"Kau sudah bebas sekarang."

"Kenapa kau mengambilnya, nona?" Tianyu terlihat tidak percaya.

"Ini karena kau sudah bersikap baik padaku." Meng membuang mukanya, ia kembali melanjutkan perjalanan.

Tianyu mengikutinya dari belakang, "Terimakasih, nona," ucap Tianyu lagi.

Meng pura-pura tidak mendengar, kemudian ia tersenyum kecil sambil tetap fokus melihat ke depan.

***

Sebelum masuk ke istana, Tianyu memberi pesan kepada Meng untuk menggunakan cara yang baik, tidak dengan cara beringas dan membuat kegaduhan tentunya. Awalnya Meng menolak, kemudian ia menuruti perkataan dari Tianyu.

Meng langsung naik ke istana untuk menghadap Dewi air. Ia mengajak Tianyu untuk ikut, tetapi Tianyu menolak dan lebih memilih menunggunya di sekitar istana.

Meng memerintahkan Tianyu untuk tidak kemana-mana. Ia kemudian masuk sendirian ke dalam istana.

Dewi air menolak permintaan Meng mentah-mentah. Cara Meng yang kasar dan sombong tentu tidak membuahkan hasil. Terlebih Dewi air lebih dekat dengan kerajaan es, tentunya dia lebih memihak pada negeri es.

Saat Meng turun untuk mengadukan hal itu pada Tianyu, dia melihat anak Dewi air juga ikut menghampiri Tianyu.

Meng heran, anak Dewi air yang bernama putri Fan Wei ada keperluan apa mendekati pelayan setianya itu.

Dia semakin heran ketika Fan Wei memanggil Tianyu dengan nama yang berbeda.

"Pangeran Liu!! Kenapa tidak bilang bahwa kau kemari?" teriak Fan Wei lebih dulu menghampiri Tianyu.

Meng sedikit menjauh, "Pangeran Liu?" tanyanya heran dalam hati.

Tianyu belum menyadari keberadaan Meng. Jarak mereka yang sedikit jauh tidak menyadarkan Tianyu bahwa Meng ada di hadapannya.

"Aku singgah sebentar, lagi pula aku belum sempat untuk menjumpaimu."

Meng sedikit menguping. Ia terkejut saat Tianyu menjawab pertanyaan Fan Wei tanpa menyanggah sedikitpun.

"Apa dia..." Meng bertanya-tanya siapa Tianyu sebenarnya. Kenapa Tianyu di panggil sebagai pangeran Liu. Namanya seperti tidak asing di telinga Meng.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status