Share

Bab 11 - How You?

Julian sama sekali tidak dapat memejam matanya, dia hanya bermodalkan nekat untuk datang ke pernikahan mantan kekasihnya tanpa memikirkan kesiapan apa yang akan dia lakukan ketika dia berada di acara tersebut, dia juga tidak terlalu menyukai suasana pernikahan yang menurutnya begitu membosankan jika berlama-lama berada disana.

Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, seharusnya masih ada beberapa jam lagi sebelum dirinya melihat upacara pernikahan itu, tapi rasanya seperti dirinya-lah yang akan berdiri di depan altar, perasaan gugup bercampur khawatir menyelimuti pikirannya, tidak henti-hentinya langkah pria itu berjalan tak tentu arah.

"Akh!!! Menyebalkan!! Mereka yang ingin menikah kenapa harus diriku yang dibuat rumit!!" ucapnya, tak tahu ucapan itu tersampaikan untuk siapa.

"ayolah Jul!! Kau hanya perlu memberikan selamat lalu setelah itu pergi, tidak sulit bukan?"

Haruskah sekarang dia menyesali pilihannya? 

Hanya menghadiri sebuah pernikahan dirinya begitu bereaksi berlebihan melebihi mereka yang akan menikah, padahal dia hanya satu dari ratusan undangan yang juga menghadiri pernikahan, hanya perlu bersikap normal seperti mereka lagipula mantan kekasihnya tidak terlalu mementingkan kehadirannya disana. 

Daripada pusing memikirkan hal yang tidak jelas bukankah lebih baik Julian seharusnya menyiapkan dirinya?

Setelah puas memperdebatkan antara memikirkan hati dan penampilan, Julian memutuskan untuk mengeluarkan semua barang di dalam kopernya, sesampainya di hotel pria itu tidak sempat membukanya karena tiba-tiba saja temannya meminta Julian untuk menemuinya.

Dan baru sekaranglah Julian bisa melihat pemandangan pulau Jeju dari lantai lima belas, jika dilihat dari jam sekarang pulau itu masih terlihat sejuk dan masih belum terlihat matahari akan segera terbit.

"What??" Julian sedikit terkejut melihat isi kopernya yang begitu banyak sekali barang-barang yang tidak pernah diperintahkan oleh Yuri, dia bahkan menemukan sekotak kondom dan beberapa barang yang tidak diketahui namanya. 

Didalam ada sepucuk surat yang mungkin ditulis oleh Yuri.

'aku sudah menyiapkan kado, untuk mantan kekasihmu,tolong jangan di buka itu!!! Dan aku juga menyelipkan alat yang bagus disana, semoga saja berguna' - sekretaris Yuri.

"Sial!!!" dengan kesal Julian mengambil kotak itu, lalu melemparkannya ke dalam tempat sampah bersama surat yang Yuri, dia hanya melakukan perjalanan selama dua hari tapi sikap Yuri yang meyakini Han akan menebar benih sembarangan. 

'kau pikir diriku tidak bisa mengendalikan diri apa?'

"Seperti dari awal pilihanku memang selalu salah."

Julian memutuskan untuk membersihkan diri setelah memutuskan untuk memakai jas hitam dan kemeja putih dengan dasi kupu-kupu sebagai pelengkapnya, acara pernikahan memang akan berlangsung pukul sembilan pagi tapi tidak ada salahnya jika dia menyiapkannya bukan?

Setelah menghabiskan waktu empat puluh lima menit di dalam bathroom yang segala kemewahan di dalamnya membuat Julian sedikit bermalas-malasan di dalamnya, di kamar hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggang, membiarkan dada bidang dan perut kotaknya terekspos begitu saja.

Pria itu kini sedang menikmati makanan yang diantar oleh pesanan layanan kamar, dia meneguk wine sedikit demi sedikit meresapi rasa anggur yang begitu manis dan pahit secara bergantian, sebenarnya sangat tidak baik ketika perut kosong diisi dengan minum dengan kadar alkohol tinggi tapi siapa yang bisa melarangnya disini?

Dia berjalan kearah kaca besar di berikan pandangan langsung oleh indahnya pulau yang masih sepi dari para pengunjung, sambil menggenggam wine di tangannya tatapan tertuju pada gadis memakai gaun putih dengan bagian punggung perlihatkan sedang duduk di pesisir pantai. 

Dengan bantuan angin laut membuat rambutnya sedikit berterbangan tak tentu arah, tatapan gadis itu hanya tertuju pada matahari yang sebentar lagi akan menampakkan dirinya, entah kenapa Julian ingin sekali melihat wajah tapi tidak terlalu penasaran.

Bisa jadi wanita itu hanya sedang menunggu matahari atau menghilangkan rasa sedih karena berpisah dengan kekasihnya.

*********

Jam sudah menunjukan pukul 8.45 pagi 

Semua para hadirin yang datang sudah duduk dibangku untuk para undangan, tidak banyak yang hadir karena pernikahan dilaksanakan bukan pada hari libur.

Dengan jas hitam dan putih, Julian masuk kedalam ruangan pengantin wanita, dia ingin melihat Mira lebih jelas sebelum melihat wanita itu pergi ke altar.

Dia melihat Mira yang sedang mengarah ke cermin, betapa cantik dirinya dipoles oleh makeup dan memakai gaun pengantin itu, semakin membuat Julian ragu untuk kembali melangkah mendekati Mira yang sendirian disana. Tapi Julian tidak bisa menghindari pertemuan ini dan seharusnya dia melakukan itu untuk segera mengakhirinya semua dan meyakini itu jika semua sudah berlalu.

Julian tersenyum saat tanpa sengaja ketika tatapan bertemu dengan Mira melalui cermin, dia sedikit salah tingkah saat Mira juga membalas senyumannya.

Mira sedikit merubah posisi untuk bisa melihat sosok kekasih yang telah mengajarkan banyak hal padanya walau kisah mereka tidak bisa berakhir bersama. 

"kamu datang?"

Julian mengangguk, dia sedikit menjaga jarak dengan Yeri sampai lima langkah, Julian tahu jika dia harus menjaga jarak pada seseorang yang akan menikah apalagi wanita itu masih berbeda didalam hati sampai saat ini. 

"aku hanya ingin mengucapkan selamat untuk pernikahanmu, tidak ada hal spesial yang bisa aku berikan, tapi aku selalu berharap semoga kehidupan selalu bahagia dengannya, aku ingin mengucapkan salam perpisahan untuk cintaku dan melepaskannya sekarang."

Untuk sejenak Julian mengambil nafas "Mita, tolong jangan pernah kembali padaku, kau tahu jelas bagaimana perasaanku padamu, aku tidak ingin terikat dalam jurangnya kehancuran, aku punya hak untuk bahagia sama seperti dirimu, jadi mari kita akhiri semua ini dan lupakan segalanya apapun yang pernah terjadi."

"Julian, aku tahu kau terluka karena ku memutuskan meninggalkanmu saat kita akan melaksanakan pertunangan kita, tapi itu bukan keinginanku melainkan ayahmu yang selalu membuatku takut untuk dekat denganmu, jika aku bisa memilih aku ingin selalu bersamamu Julian, tapi aku salah nyatanya kisah ini tidak akan pernah terjadi dan aku senang bisa melupakan dirimu sampai akhirnya aku menjatuhkan hatiku pada seseorang setelah banyak sekali luka yang terukir." ucap Mira, dia menghapus air mata yang sebentar lagi akan mengalir. 

"Baiklah, ini memang salahku terlalu mencintaimu hingga aku terluka karena cintaiku sendiri, aku rasa mereka semua sudah menunggumu, pergilah." 

Tak lama para pengiring pengantin memasuki ruangan tersebut, mereka memasangkan kain untuk menutupi wajah Mira dan berikan seikat bunga mawar padanya, secara perlahan mereka meninggalkan ruangan itu dan membawa Mira pergi.

'aku mencintaimu'

Upacara berjalan dengan baik seperti cuaca hari ini, Julian melewati semua proses itu dari kejauhan dengan perasaan bercampur menjadi satu, ada rasa lega tapi diliputi dengan kesedihan, begitu menyedihkan melihat orang yang dia cintai mengikrarkan janjinya dengan pria lain dan memutuskan untuk menghabiskan hidupnya bersamanya. 

Julian hanya duduk di ujung kursi setelah pesta dimulai, dia juga hanya minum dari para pelayan yang memberikannya, tak ada minat untuk bergabung di sana apalagi berbincang dengan Mira dan sang suami yang begitu bahagia.

Hingga sampai sesi dimana pengantin meninggalkan tempat dan waktunya untuk menentukan apakah bunga itu akan dilempar atau diberikan kepada seseorang yang beruntung. 

Julian tak beranjak dari sana sedikit-pun.

Tapi siapa menyangka jika Mira akan menghampirinya dan memberikan buket bunga miliknya pada Julian, saat para undangan bersuara sedih karena tidak ada sesi saling merepotkan buket bunganya.

"Untukmu, aku harap kamu tidak takut untuk melangkah ke pernikahan dan aku harap kamu bisa jatuh cinta dan bahagia Julian." ucap Mira, dia benar-benar memiliki niat untuk memberikan bunga itu pada Julian jauh dari sebelum mereka bertemu tadi.

"Terimakasih Mira."

Mira tersenyum, dia menerima uluran tangan sang suami itu segera membawanya masuk kedalam mobil yang sudah disiapkan.

'benarkah itu akan terjadi?'

Sore harinya, setelah menyaksikan banyak sekali moment tentang masa lalu, Julian memilih untuk mencurahkan semua perasaan dan memutuskan untuk berdiri di antara bebatuan yang cukup tinggi, sehingga jika dia melihat ke arah bawah Han bisa melihat betapa dalam dan tingginya.

"I Hate my life!!!"

"Aku ingin bebas!!!"

"Kenapa ibu selalu berbohong!!"

Julian mencurahkan semua perasaannya dengan berteriak di atas tebing.

"Paman!!"

Julian sedikit terkejut ketika seseorang memanggilnya dengan sebutan seperti itu, dengan sedikit kesal pria itu berbalik dan menatap wanita yang memanggilnya 'Paman'

"Akh!!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status