Beberapa hari begitu saja, Liera kembali pada aktivitas sebelumnya yang dimana dia masih menjadi gadis yang belum menyelesaikan sekolahnya, kembali kepada dirinya yang akan bertemu dengan teman sebayanya setelah menghabiskan libur musim panas.
Dengan tas ransel berwarna biru, dirinya melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah setelah memberikan salam perpisahan dengan sang ibu, bukan suatu hal yang baru bagi Liera jika setiap hari, ibu akan mengantar-jemput dirinya dari sejak Liera mengenal sekolah sampai
sekarang.Di sekolah umum yang sekarang Liera tempu pendidikannya, tidak banyak dari mereka yang memperdulikan dirinya tapi tak banyak juga ingin berteman dengannya, Liera sangat populer dalam segala kalangan disekolah ini, banyak sekali kakak kelas dan adik kelas sering kali mendekati dirinya namun tidak ada satupun yang bisa memikat hati.
Lisa sangat pintar dalam urusan menolak pria.
Disekolah ini tak ada yang bisa membully dirinya, tapi bukan berarti tidak ada yang membenci diri, bukan?
Dengan sedikit takut Liera melangkah masuk kedalam kelasnya setelah melewati beberapa orang yang terus menatapnya tanpa arti, Liera bisa tahu jika tatapan itu bukan sekedar tatapan biasa, melainkan tatapan tidak suka dan membencinya.
"Liera!"
Kita melupakan dimana Liera memiliki sahabat yang selalu ada untuknya, dia adalah Asyla. Sahabat satu-satu yang mengerti keadaan Liera. Gadis itu tidak seperti Liera yang sifatnya seperti anak kecil, tapi sebaliknya dia gadis yang sangat baik dan mampu menjaga Liera dari orang-orang yang iri dengan paras kecantikannya.
"Hai!! Asyla"
Asyla berjalan mendekati Liera dan memberikan tatapan sinis pada murid lain yang tidak suka pada sahabatnya. Dia merangkul Liera untuk segera duduk di bangku mereka yang kebetulan mereka satu meja.
"Liera kapan kau akan berubah?"
Liera yang baru saja ingin mengeluarkan bekal dan buku pelajaran sedikit menoleh ke arah Asyla,
"berubah? Aku harus berubah seperti apa? superman? Berbie? Aku tidak mengerti Asyla?"
Asyla memutar bola matanya dengan malas, dia menjitak kepala Liera dengan kesal.
"Ahk!! Asyla sakit, kamu ini kenapa? Selama liburan aku tidak pernah melakukan hal yang salah, kenapa setelah bertemu kamu memukulku?"
"Liera kau ini bodoh atau sok polos? Oh aku lupa kau anak Mommy!"
"Liera bukan bodoh! Jika bukan Ibu yang melahirkan-ku siapa yang akan menjadi ibu Liera? Asyla aneh!"
"aku menyesal berteman denganmu!" ucap Asyla, dia lupa jika temannya ini tidak mengerti ucapan trading terbaru di kalangan siswa SMA lainnya.
"Asyla, kamu marah padaku?"
"tidak Liera, mari kita lupakan pembahasan sebelumnya. Bagaimana dengan liburanmu?"
Liera mengeluarkan sebuah kotak yang memang sengaja dia bawa untuk diberikan pada sahabat yang sangat menyukai jika diberi sebuah hadiah.
"ini untuk-mu, aku membelinya saat berlibur kemari kesebuah pulau bersama Ibu dan kakakku." ucapnya, Liera memberikan kotak itu, dan senang melihat reaksi temannya begitu terkejut dan senang.
"Really? Thank you dear, Tunggu--? Kakak? Kamu tidak pernah bercerita jika kamu punya seorang kakak?"
"maaf Asyla, Liera benar-benar lupa karena Kakak Keida jarang berada dirumah."
"Oke baiklah, kita bisa membahasnya nanti lagi."
Sesuai dengan dugaan Asyla sebelumnya jika tak lama lagi guru datang dan segera membuat semua murid berlarian untuk kembali kepada meja masing-masing walau dengan
tergesa-gesa karena terkejut.**********"Kau terlihat kurang sehat." tanya Yuri, dia meletakkan tangannya di kening, di pipi dan leher Juliam seperti memeriksa kondisi anaknya jika sedang sakit atau menunjukan gejala demam.Tentu saja Julian segera menyingkirkan tangan itu.
"aku bukan anak Kecil, aku baik-baik saja, kau bisa kembali keruanganmu" ucap Julian, sudah beberapa hari ini kondisi dirinya memang tidak stabil terkadang dia akan merasa sangat lelah dan terkadang dia baik-baik saja, dia tidak tahu karena Julian malas sekali untuk memeriksakan kondisi tubuhnya.
Padahal dirinya hanya perlu menelpon dokter tapi rasanya sangat berat untuk melakukannya.
"Jul, kau ini sakit. Lihatlah wajahmu begitu pucat dan kau terus berkeringat dingin, apa terjadi sesuatu di sana?"
"Tidak, hanya kejadian kecil saja."
yuri melipat kedua tangannya, dia memperhatikan tingkah Julian yang sedikit terlihat jika dirinya sedang menahan rasa sakitnya.
"Baiklah, jika butuh sesuatu katakanlah."
Julian mengangguk, dia mengangkat tangannya sebagai tanda jika Yuri harus segera meninggalkan ruangan itu.
Tak lama kemudian barulah suara pintu ruangannya tertutup rapat, Julian menghela nafas panjang dan memutuskan membaringkan tubuhnya di sofa besar, dia tahu jika dirinya memang sakit karena setelah kejadian itu Julian tak langsung membersihkan diri atau setidaknya meminum obat sampai akhirnya memberikan efek yang tidak baik pada tubuhnya.
Hari ini Dirinya juga cenderung lebih tidak fokus bekerja dan terkadang Julian tidak nafsu makan, pria itu bahkan bisa tidak makan apapun selama dua hari.
Baru saja akan memejamkan matanya, ponselnya berdering dengan nada yang sudah Julian hafal jika itu panggilan dari sang ayah. Dengan malas, pria itu menempelkan ponselnya di telinganya.
"Ya, Ayah?"
'aku tidak mau datang ke acara makan malam itu ayah, kenapa kau terus menyeretku untuk
bertemu mereka?'Sebenarnya dari sebelum Julian pergi ke pernikahan hari itu dari jauh dari sebelumnya sang ayah sudah memberitahu Julian jika keluarganya akan berkunjung ke acara makan malam yang diadakan oleh calon istri--?
Calon istri sejak kapan dirinya menganggap serius pernikahan itu?
"Ayah! Bisakah kamu beri aku waktu untuk diriku sendiri? Aku bahkan selalu menuruti apa keinginanmu sejak dulu bahkan saat aku duduk di bangku Kuliah, aku membiarkan cita-citaku hancur agar tetap bisa menjalankan Group JS. dan kini aku bahkan tidak bisa bebas menemui temanku, kamu terus menekanku untuk menikah."
Julian menghela nafas sejenak, dia cari teringat betapa kerasnya ayahnya memperlakukan dirinya di masa lalu, menekan dirinya untuk mengambil jurusan yang sangat tidak dia sukai lalu dipaksa mengurus perusahaan dan kehilangan kehidupan remaja sampai tidak terasa
usia sudah melewati waktu kebebasannya."Ayah. maaf aku masih memiliki rapat penting, aku akan menutup panggilan ini."
Dia melemparkan ponselnya begitu saja, rasanya kepalanya begitu pusing dan tubuhnya yang terasa panas. Dan benar saja saat Julian ingin kembali melangkah ke meja kerjanya,
tubuh jatuh begitu saja."Tuan, anda memiliki ta--" Yuri berlarian saat baru saja membuka pintu ruangan Julian, dia terkejut melihat Julian yang sudah tergeletak dilantai dengan wajah pucat.
"Julian!" ucap Yuri, dia berusaha membangunkan pria itu dengan menepuk punggungnya berulang kali.
"Jul!!? Bangunlah"
Yuri mengeluarkan ponselnya dari jas yang dia kenakan, dia menghubungi suaminya yang kebetulan seorang dokter.
Beberapa jam kemudian ….
Di Sebuah ruangan yang terletak tersembunyi di ruangan milik Julian, bukan hal yang luar biasa jika didalam ruangan kantornya terdapat ruangan yang mirip seperti apartemen, pria itu sengaja membuat ruangan disana, hanya demi menghindari pertengkaran yang sering terjadi antara dirinya dan sang Ayah.
Pria membuka kedua matanya saat merasa tubuh lebih baik, dia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, Han tidak tahu jika jatuh kelautan bisa berefek ke tubuhnya dan bahkan membuat dirinya menjadi demam.
Yuri kembali keruangan itu sambil membawa nampan di tangannya, dia berjalan mendekati Julian dengan wajah kesal.
"Dari awal aku sudah mengatakan untuk beristirahat! Lihatlah akibatnya, kau demam tinggi." ucapnya, dia meletakkan nampan dihadapan Julian.
"Makanlah, kau harus mengisi energimu dan untuk pekerjaan aku sudah mengubahkan dihari lain, jadi Julian adikku istirahatlah dengan baik." ucap Yuri lagi. Dia meninggalkan ruangan begitu saja.
"terimakasih, kamu bisa pulang lebih awal hari ini."
"aku tahu, pastikan untuk menghabiskannya."
Julian mengangguk lemas, dia menatap bubur di hadapannya, selama dia sakit tak pernah ada yang perhatian padanya sampai membuka makan untuknya dan merawatnya, walau Yuri melakukannya tulus, bukankah membuat Julian semakin bingung pada perasaannya, bohong jika dia tidak tertarik pada sekretarisnya.
Beberapa hari kemudian …Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebihsering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untungJulian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.Tapi
Hari ini Liera harus lebih larut malam, dia harus mengikuti segala kegiatan menjelang dirinya mendekati ujian kelulusan padahal ujian itu akan berlangsung bulan depan tapi Lisa sudah bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke universitas bersama temannyaAsyla, dalam harapan kecil Liera, dia ingin sekali menjadi seorang pianis, bermain piano adalah hal yang selalu Liera lakukan setiap dirinya memiliki waktu luang.Sebelumnya Liera tidak memberitahu sang Ibu jika dia akan mengikuti pelajaran tambahan setelah pulang sekolah, hari ini juga entah kenapa Liera lupa segalanya, dia bahkan tidak fokus mengikuti pelajaran dan beberapa kali mencoba tertidur di jam pelajaran.“A
Liera dihantar oleh Asyla sampai didepan gerbang rumahnya."Asyla, sampah jumpa dan terimakasih." ucap Liera, dia melambaikan tangan di kaca mobil saat mobil Asyla akan segera meninggalkan area rumahnya.Liera sedikit bingung melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya, itu mirip sekali dengan mobil yang pria tadi menariknya dan seakan pria itu mengenal dirinya."Astaga! Apakah itu benar? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Liera menggigit jarinya dengan panik perkataan pria itu benar-benar sulit untuk dirinya mengerti, sesampainya di depan teras rumah Liera sedikit mengintip dari jendela rumahnya.Dan itu benar! Ada pria itu di sana, duduk bersebrangan dengan ibunya.
Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya
Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.Pernikahan?Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Seminggu berlalu …Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perj
Hitam dan putih, dua warna yang memiliki arti tersendiri.Keduanya merupakan warna dasar, warna yang jika dicampurkan dengan warna lain tidak akan bisa kembali menjadi putih atau hitam, kedua warna itu juga suatu lambang dari sifat seseorang sesuai pandangan orang lain.Tapi kali ini menurut Liera warna hitam dan putih adalah perbedaan dirinya dengan kehidupannya saat ini, banyak sekali hal yang tidak bisa dirinya mengerti dalam waktu cepat dan hal asing yang terasa sulit diterima.Salah satu contohnya, ketika sang Ibu bertanya apakah dirinya siapa menjadi sebuah tumpuan untuk kehidupan barunya?Jangan-kan untuk menjadi tumpuan, Liera terkadang juga masih butuh tumpuan sang Ibu, lalu kini dia yang harus menjadi tump