Share

Bab 14 - Back School

Beberapa hari begitu saja, Liera kembali pada aktivitas sebelumnya yang dimana dia masih menjadi gadis yang belum menyelesaikan sekolahnya, kembali kepada dirinya yang akan bertemu dengan teman sebayanya setelah menghabiskan libur musim panas.

Dengan tas ransel berwarna biru, dirinya melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah setelah memberikan salam perpisahan dengan sang ibu, bukan suatu hal yang baru bagi Liera jika setiap hari, ibu akan mengantar-jemput dirinya dari sejak Liera mengenal sekolah sampai

sekarang.

Di sekolah umum yang sekarang Liera tempu pendidikannya, tidak banyak dari mereka yang memperdulikan dirinya tapi tak banyak juga ingin berteman dengannya, Liera sangat populer dalam segala kalangan disekolah ini, banyak sekali kakak kelas dan adik kelas sering kali mendekati dirinya namun tidak ada satupun yang bisa memikat hati.

Lisa sangat pintar dalam urusan menolak pria.

Disekolah ini tak ada yang bisa membully dirinya, tapi bukan berarti tidak ada yang membenci diri, bukan?

Dengan sedikit takut Liera melangkah masuk kedalam kelasnya setelah melewati beberapa orang yang terus menatapnya tanpa arti, Liera bisa tahu jika tatapan itu bukan sekedar tatapan biasa, melainkan tatapan tidak suka dan membencinya.

"Liera!"

Kita melupakan dimana Liera memiliki sahabat yang selalu ada untuknya, dia adalah Asyla. Sahabat satu-satu yang mengerti keadaan Liera. Gadis itu tidak seperti Liera yang sifatnya seperti anak kecil, tapi sebaliknya dia gadis yang sangat baik dan mampu menjaga Liera dari orang-orang yang iri dengan paras kecantikannya.

"Hai!! Asyla"

Asyla berjalan mendekati Liera dan memberikan tatapan sinis pada murid lain yang tidak suka pada sahabatnya. Dia merangkul Liera untuk segera duduk di bangku mereka yang kebetulan mereka satu meja. 

"Liera kapan kau akan berubah?"

Liera yang baru saja ingin mengeluarkan bekal dan buku pelajaran sedikit menoleh ke arah Asyla, 

"berubah? Aku harus berubah seperti apa? superman? Berbie? Aku tidak mengerti Asyla?"

Asyla memutar bola matanya dengan malas, dia menjitak kepala Liera dengan kesal.

"Ahk!! Asyla sakit, kamu ini kenapa? Selama liburan aku tidak pernah melakukan hal yang salah, kenapa setelah bertemu kamu memukulku?"

"Liera kau ini bodoh atau sok polos? Oh aku lupa kau anak Mommy!"

"Liera bukan bodoh! Jika bukan Ibu yang melahirkan-ku siapa yang akan menjadi ibu Liera? Asyla aneh!"

"aku menyesal berteman denganmu!" ucap Asyla, dia lupa jika temannya ini tidak mengerti ucapan trading terbaru di kalangan siswa SMA lainnya.

"Asyla, kamu marah padaku?"

"tidak Liera, mari kita lupakan pembahasan sebelumnya. Bagaimana dengan liburanmu?"

Liera mengeluarkan sebuah kotak yang memang sengaja dia bawa untuk diberikan pada sahabat yang sangat menyukai jika diberi sebuah hadiah. 

"ini untuk-mu, aku membelinya saat berlibur kemari kesebuah pulau bersama Ibu dan kakakku." ucapnya, Liera memberikan kotak itu, dan senang melihat reaksi temannya begitu terkejut dan senang.

"Really? Thank you dear, Tunggu--? Kakak? Kamu tidak pernah bercerita jika kamu punya seorang kakak?"

"maaf Asyla, Liera benar-benar lupa karena Kakak Keida jarang berada dirumah."

"Oke baiklah, kita bisa membahasnya nanti lagi."

Sesuai dengan dugaan Asyla sebelumnya jika tak lama lagi guru datang dan segera membuat semua murid berlarian untuk kembali kepada meja masing-masing walau dengan

tergesa-gesa karena terkejut.

**********

"Kau terlihat kurang sehat." tanya Yuri, dia meletakkan tangannya di kening, di pipi dan leher Juliam seperti memeriksa kondisi anaknya jika sedang sakit atau menunjukan gejala demam.

Tentu saja Julian segera menyingkirkan tangan itu.

"aku bukan anak Kecil, aku baik-baik saja, kau bisa kembali keruanganmu" ucap Julian, sudah beberapa hari ini kondisi dirinya memang tidak stabil terkadang dia akan merasa sangat lelah dan terkadang dia baik-baik saja, dia tidak tahu karena Julian malas sekali untuk memeriksakan kondisi tubuhnya.

Padahal dirinya hanya perlu menelpon dokter tapi rasanya sangat berat untuk melakukannya.

"Jul, kau ini sakit. Lihatlah wajahmu begitu pucat dan kau terus berkeringat dingin, apa terjadi sesuatu di sana?"

"Tidak, hanya kejadian kecil saja."

yuri melipat kedua tangannya, dia memperhatikan tingkah Julian yang sedikit terlihat jika dirinya sedang menahan rasa sakitnya.

"Baiklah, jika butuh sesuatu katakanlah."

Julian mengangguk, dia mengangkat tangannya sebagai tanda jika Yuri harus segera meninggalkan ruangan itu. 

Tak lama kemudian barulah suara pintu ruangannya tertutup rapat, Julian menghela nafas panjang dan memutuskan membaringkan tubuhnya di sofa besar, dia tahu jika dirinya memang sakit karena setelah kejadian itu Julian tak langsung membersihkan diri atau setidaknya meminum obat sampai akhirnya memberikan efek yang tidak baik pada tubuhnya.

Hari ini Dirinya juga cenderung lebih tidak fokus bekerja dan terkadang Julian tidak nafsu makan, pria itu bahkan bisa tidak makan apapun selama dua hari.

Baru saja akan memejamkan matanya, ponselnya berdering dengan nada yang sudah Julian hafal jika itu panggilan dari sang ayah. Dengan malas, pria itu menempelkan ponselnya di telinganya.

"Ya, Ayah?"

'aku tidak mau datang ke acara makan malam itu ayah, kenapa kau terus menyeretku untuk

bertemu mereka?'

Sebenarnya dari sebelum Julian pergi ke pernikahan hari itu dari jauh dari sebelumnya sang ayah sudah memberitahu Julian jika keluarganya akan berkunjung ke acara makan malam yang diadakan oleh calon istri--?

Calon istri sejak kapan dirinya menganggap serius pernikahan itu?

"Ayah! Bisakah kamu beri aku waktu untuk diriku sendiri? Aku bahkan selalu menuruti apa keinginanmu sejak dulu bahkan saat aku duduk di bangku Kuliah, aku membiarkan cita-citaku hancur agar tetap bisa menjalankan Group JS. dan kini aku bahkan tidak bisa bebas menemui temanku, kamu terus menekanku untuk menikah."

Julian menghela nafas sejenak, dia cari teringat betapa kerasnya ayahnya memperlakukan dirinya di masa lalu, menekan dirinya untuk mengambil jurusan yang sangat tidak dia sukai lalu dipaksa mengurus perusahaan dan kehilangan kehidupan remaja sampai tidak terasa

usia sudah melewati waktu kebebasannya.

"Ayah. maaf aku masih memiliki rapat penting, aku akan menutup panggilan ini."

Dia melemparkan ponselnya begitu saja, rasanya kepalanya begitu pusing dan tubuhnya yang terasa panas. Dan benar saja saat Julian ingin kembali melangkah ke meja kerjanya,

tubuh jatuh begitu saja.

"Tuan, anda memiliki ta--" Yuri berlarian saat baru saja membuka pintu ruangan Julian, dia terkejut melihat Julian yang sudah tergeletak dilantai dengan wajah pucat.

"Julian!" ucap Yuri, dia berusaha membangunkan pria itu dengan menepuk punggungnya berulang kali.

"Jul!!? Bangunlah"

Yuri mengeluarkan ponselnya dari jas yang dia kenakan, dia menghubungi suaminya yang kebetulan seorang dokter.

Beberapa jam kemudian ….

Di Sebuah ruangan yang terletak tersembunyi di ruangan milik Julian, bukan hal yang luar biasa jika didalam ruangan kantornya terdapat ruangan yang mirip seperti apartemen, pria itu sengaja membuat ruangan disana, hanya demi menghindari pertengkaran yang sering terjadi antara dirinya dan sang Ayah.

Pria membuka kedua matanya saat merasa tubuh lebih baik, dia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, Han tidak tahu jika jatuh kelautan bisa berefek ke tubuhnya dan bahkan membuat dirinya menjadi demam.

Yuri kembali keruangan itu sambil membawa nampan di tangannya, dia berjalan mendekati Julian dengan wajah kesal.

"Dari awal aku sudah mengatakan untuk beristirahat! Lihatlah akibatnya, kau demam tinggi." ucapnya, dia meletakkan nampan dihadapan Julian.

"Makanlah, kau harus mengisi energimu dan untuk pekerjaan aku sudah mengubahkan dihari lain, jadi Julian adikku istirahatlah dengan baik." ucap Yuri lagi. Dia meninggalkan ruangan begitu saja.

"terimakasih, kamu bisa pulang lebih awal hari ini."

"aku tahu, pastikan untuk menghabiskannya."

Julian mengangguk lemas, dia menatap bubur di hadapannya, selama dia sakit tak pernah ada yang perhatian padanya sampai membuka makan untuknya dan merawatnya, walau Yuri melakukannya tulus, bukankah membuat Julian semakin bingung pada perasaannya, bohong jika dia tidak tertarik pada sekretarisnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status