Share

Bab 15 - The Way?

Beberapa hari kemudian …

Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'

Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebih

sering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.

Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untung

Julian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.

Tapi mungkin dalam minggu ini, Julian tidak punya alasan lagi untuk menolak pertemuannya dengan calon istri, mungkinkah Julian punya trauma dengan pernikahan?

Dia sempat berpikir tentang dirinya yang akan berdiri di depan altar, tapi baginya tidak ada kesan apapun yang ingin Julian rasanya, memikirkannya saja membuat Julian sangat malas, jika tujuan pernikahan mereka untuk menghasilkan seorang anak untuk apa harus ada

pernikahan?

Bukankah Julian hanya perlu memilih wanita yang sehat dan mengandung anaknya selama sembilan bulan lalu setelah itu tidak ada hubungan yang perlu di pertanggung jawabkan, terkadang Julian begitu muak terhadap pemikiran sang ayah tapi bagaimanapun Julian tidak membantah perintah, karena seburuk apapun sikap sang ayah bagi Julian dia tetaplah seorang ayah yang sudah selayaknya dia sayangi dan cintai.

Sedangkan kehidupan Liera semakin membingungkan, beberapa hari yang lalu dirinya mendengar langsung jika dia akan menikah, bagaimana bisa Liera menikah? Dia bahkan belum lulus sekolah dan jika dilihat seharusnya Liera lebih fokus untuk ujian nanti, umurnya bahkan belum melewati 18 tahun tidak mungkin dia menikah.

Jika memang itu terjadi, seharusnya Keira yang lebih tepat jika dia harus menikah, bagi Liera dirinya terlalu jauh untuk masalah menikah belum lagi sikapnya yang tidak pantas dijadikan seorang istri untuk calon suami.

Beberapa hari saat pulang sekolah Liera mendengar pertengkaran hebat antara ibunya dengan seorang yang wanita itu hubungi, lagi-lagi pernikahan yang menjadi inti

permasalahanya, Liera tidak mengerti apa yang membuat mereka terus memaksa ibunya menyerahkan salah satu putrinya.

Apakah mungkin dirinya akan di jual?

'Jangan katakan padaku jika aku akan di nikahnya dengan pria tua karena di masa lalu ibu memiliki masalah dengan mereka.'

"Liera? Kau baik-baik saja?" ucap Asyla, dia menepuk bahu sahabatnya. Dia tidak percaya jika kebiasaan baru Liera adalah melamun.

"Ya?" jawabnya, entah kenapa Liera jadi ikut campur dengan permasalahan ibunya, banyak sekali hal yang ingin diketahui dan tentu saja seribu pertanyaan yang ingin diajukan, tapi jika Liera melakukan sekarang dirinya takut malah semakin mempersulit keadaan.

"Ada masalah? Kau tampak sedang memikirkan sesuatu? Jangan ragu untuk bercerita jika kamu ingin, mungkin aku bisa memberikan solusi untuk permasalahanmu?" ucap Asyla dengan sedikit menurunkan suaranya, pasalnya mereka berbicara di waktu dimana jam belajar masih berlangsung.

"Aku juga tidak tahu, aku belum bisa memastikan itu."

"bicaramu seperti orang dewasa, semenjak kamu kembali dari liburamu. kamu sedikit berubah, kamu banyak sekali melamun dan menghindari saat kita membicarakan hal lain, jangan bilang kau punya--"

Liera menutup mulut Asyla, dia hanya tidak ingin guru didepan mereka terus menatap ke-arah keduanya karena mengobrol di waktu belajar.

"Diamlah Asyla! Tidak lihatlah kau, jika kita sedang diawasi?"

Setelah itu Liera dan Asyla memutuskan untuk menyudahi acara perbincangan mereka berdua, dan terus mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, karena bagaimanapun satu penjelasan bisa memberikan manfaat untuk mereka yang segera menghadapi ujian

penentuan.

::

********

::

"Tuan ada seseorang mencari anda." ucap Yuri, dia mendekati Julian yang tengah sibuk mengurus dokumen dan membalas beberapa email dari perusahaan lain, bisa terlihat jelas jika Julian dalam mode 'prince ice' dimana dia akan lebih dingin pada orang lain saat begitu fokus pada pekerjaan.

"Apa sebelumnya kau sudah membuat janji dengannya?" 

Julian tidak menoleh ke arah Yuri, matanya terus sibuk menatap layar monitor di hadapannya, sudah dikatakan jika setiap pergantian musim dia akan sibuk meluncurkan produk terbaru agar para pelanggannya tetap setia menggunakan produknya.

"Belum Tuan, dia hanya mengatakan jika ingin bertemu dengan anda." ucap Yuri sekali lagi.

"Buk--," ucapnya terpotong melihat sosok yang melangkah masuk begitu saja, Julian memang

pernah bertemunya satu kali, beberapa tahun yang lalu saat dirinya masih duduk dipangku kuliah.

"Nyonya?" Julian merapikan jasnya, kemudian dia berjalan mendekati wanita yang sedang memainkan jarinya, dia tampak sedikit gugup. 

"Yuru kamu bisa kembali."

Julian mempersilahkan wanita itu untuk duduk di sofa miliknya.

"sebelumnya maaf Tuan Grew, telah mengganggu waktu anda, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan langsung pada anda." ucap Merry. dia sudah pilihan lagi jika tidak menemui pria itu secara langsung, desakkan dari ayahnya akan terus membuat Merry tidak bisa menunda waktu.

"tidak masalah Nyonya, dan masalah apa yang ingin anda bicarakan?"

"Hm--aku rasa ayahmu sudah membicarakannya denganmu, akhir-akhir ini Ayahmu sering

sekali menghubungiku dan terkadang dia melakukan pertemuan denganku, dia ingin segera menjodohkan putriku denganmu, tapi masalah--," Merry menggigit bibir bawah dengan gelisah, haruskan aku mengatakanya? Atau tetap memaksa Lisa jadi pilihan terakhir.

"Putriku masih terlalu dini, bahkan usianya belum melewati 18 tahun, aku tidak bisa memaksa untuk menikah denganmu, bisakah kau membicarakan dengan ayahmu untuk menunda sampai setidaknya putriku lulus sekolahnya."

"aku tidak mengerti masalah apa yang membuatmu dan ayahku begitu kuat dalam ikatan perjodohan ini, tapi--apakah tidak terlalu memaksa jika anda ingin saya menikahi putrimu yang bahkan masih memakai seragam SMA, berbicara dengannya? Aku rasa aku tidak akan

bisa membantu apapun." ucapnya, Julian tidak ingin memberikan harapan apapun, dia sendiri saja tidak bisa menentang apa yang diperintahkan sang ayah apalagi meminta untuk menunda atau bahkan terdengar mustahil jika Julian meminta membatalkan pernikahan itu.

"Aku mohon! Tidakkah kamu pikirkan bagaimana nasib putriku, ketika harus tinggal bersamamu lalu melakukan sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya? dia terlalu polos untuk mengenal dunia pernikahan."

Merry ingin sekali mengembalikan apa yang pernah Tuan Grew berikan pada dulu, dia lebih baik tidak mendengarkan kata sang ibu daripada harus kehilangan putri, Liera. Dia gadis lugu, tidak mengerti apapun kecuali tidak pernah Merry ajarkan.

Ruangan begitu hening, Julian tidak memberikan respon apapun, dia juga tidak mengerti bagaimana dia bisa menjawab setiap kata Nyonya itu, belum lagi dia dibuat terkejut dengan fakta jika yang akan menikah dengannya seorang gadis yang lebih pantas memanggilnya Om dari Suami.

dan dia bahkan Gadis yang masih berseragam SMA.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status