Sesampainya di hotel …
Liera menutup diri saat Sang Ibu terus mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dan pria yang Merry baru lihat, saat menemukan mereka berdua satu sama lain seperti telah terjadi sesuatu hingga Liera bahkan mau memakai jas pria itu.
Tidak!!
Pikiran negatif terus memenuhi pikiran Merry saat ini, dia hanya bisa menatap Liera yang terdiam di sofa dengan tatapan kosongnya, pertama kalinya Merry melihat Liera yang terdiam dan bahkan terus mengabaikan dirinya jika diajak berbicara.
"Liera?" panggil Merry, dia sedikit menjaga jarak pada putri dengan maksud memberikan ruang pada untuknya dan mencoba berbicara baik layaknya sebagai sahabat putrinya.
"Ibu, Liera tidak ingin mengatakan apapun, aku butuh istirahat sekarang."
Liera pergi dari ruang tamu itu, dia berjalan kearah kamarnya dengan handuk yang masih berada diatas kepalanya, kejadian itu membuat banyak sekali pertanyaan dan juga keanehan yang terus menghantui pikiran Liera, dia tidak tahu perasaan aneh apa yang sedang dia rasakan.
Degup jantungnya berpacu lebih kencang sama seperti ketika dirinya bersentuhan dengan pria di toko bunga, jika ingat-ingat dari wajahnya pria yang menariknya jauh kelautan sangat mirip dengan pria di toko bunga, hanya saja Liera tidak ingat dengan jelas karena kondisi yang
terlalu terburu-buru.Tentu saja kejadian itu juga meninggalkan trauma untuk dirinya, pasalnya sekarang dirinya masih mengingat dengan jelas bagaimana perasaan takut dan panik sampai sesak dan kegelapan di dalam lautan terus membuat Lera tidak bisa mengatasi rasa syoknya. Bohong jika Liera merasa baik-baik saja setelah kejadian yang hampir merenggut nyawanya, dan bohong juga jika Liera tidak memikirkan pria itu yang dengan lancangnya memeluk tubuhnya dan bahkan memberikan dirinya jas milik pria itu.
Saat Liera sedang merenungkan segala yang baru terjadi, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.
"Liera, kamu tidak ingin berbagi pada Ibu?"
"Maafkan Ibu, jika saja Ibu tidak memilih untuk bertemu dengan teman Ibu, mungkin ini tidak akan terjadi, kamu terluka? katakan bagaian mana pria itu melukaimu?" ucap Merry, dia masih terus berusaha berperan sebagai ibu yang sabar, Ibu tahu ini pertama kalinya Liera berinteraksi langsung dengan seorang pria.
Tujuan Merry melakukan itu untuk memastikan jika pikiran negatif itu salah.
"Ibu, sangat panik saat kamu belum kembali setelah matahari terbenam, Kakak Keira juga merasa bersalah karena tidak bisa menemanimu ke pantai."
Tentu saja Liera senang saat sang ibu menyebutkan sang kakak yang ternyata juga memperdulikan dirinya, tanpa diperintahkan untuk segera keluar Liera sudah membukakan pintu untuk sang ibu.
"benarkah? Kakak Keira mengkhawatirkan-ku?"
Merry meneguk air liur, dia hanya berkata bohong tapi Liera begitu mempercayainya dan sampai menanyakan hal itu lagi untuk memastikan jika itu benar. Dengan terpaksa Merrymengangguk untuk membuat Liera semakin yakin jika sang kakak juga mencemaskannya.
Padahal Keira sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya.
"apakah Kakak Keira sudah pulang?" ucapnya, siapa sangka senyum bahagia yang Liera tunjukan
pada Merry membuat hatinya terus merasa bersalah dengan segala kebohongan yang dia buat."maaf sayang, Keira harus pulang hari ini karena besok dia memiliki jadwal pemotretan, Keira juga mengatakan maaf karena tidak memberitahu Liera."
"Kakak Keira pasti sibuk, terimakasih. Leira senang, bolehkan Liera memesan makan kali ini?"
Merry mengangguk, dia menerima dirinya ditarik oleh Liera menuju ruang tamu, banyak sekali kebohongan yang tercipta hanya untuk menbuat Liera kembali menjadi gadis penurut bukankah itu malah semakin membuat gadis itu terluka lebih dalam jika kenyataan lebih pahit dari manisnya kebohongan?
"bagaimana jika besok kita pergi membeli beberapa aksesoris sebagai kenang-kenangan?"
"baiklah"
********Sesampainya di hotel, Julian segera membersihkan dirinya dan mengemas barangnya, sebelumnya dirinya memang sudah menjadwalkan kepulangan di malam hari sama seperti ketika dirinya akan berangkat.Dengan santai pria itu menyeret koper untuk segera meninggalkan hotel, sebenarnya yang dia lakukan hanyalah sebuah pengalihan dari kejadian itu, tak biasanya dirinya lepas kendali seperti itu, semenjak dirinya berpisah dengan Yuri tak sekalipun dirinya terbiasa untuk
berdekatan dengan wanita lain, Julian bahkan secara tidak sadar menolak sentuhan wanita.Tapi?
Kenapa hanya gadis itu yang dapat membuat Julian bisa melupakan rasa yang pernah hilang lama di dalam hatinya, rasa dimana Julian bisa merasa degup jantung yang berdetak kencang, rasa panik saat dirinya begitu putus asa melihat gadis itu tenggelam dan rasa kehangatan dari saat dia menarik tangan gadis itu yang hampir Julian lupakan.
Semua itu terus terjadi dan terus berputar dalam pikirannya, Julian sangat ingat ketika matanya hanya tertuju pada gadis itu ketika ibunya membawanya pergi, dia ingin mengucapkan apa yang terjadi pada mereka saat itu tapi Julian juga takut jika dirinya akan salah berbicara, itulah alasan kenapa Julian hanya diam tanpa berani mengatakan apapun.
"Tuan, kita sudah sampai."
"Ah? Ya-- terimakasih pak" ucap Julian, dia segera keluar dari taksi dan mengeluarkan kopernya.
'Siapa dia? Semenit-pun aku tidak bisa mengabaikan wajahnya, aku merasa jika kita pernah bertemu sebelumnya'
Hanya karena kejadian itu membuat perasaan rumit kembali, mengingatkan pada kejadian di toko bunga, saat itu juga Han tidak sengaja menyentuh tangannya.
"apa mungkin dia gadis di toko bunga itu?" tanya Julian, dia seharusnya memberikan paspor dan beberapa bukti penerbangannya dirinya malah berhenti di sana sampai membuat antrian yang cukup panjang.
"maaf Tuan, bisa berikan identitas anda?"
"Tuan??"
"Tuan!! Anda membuat antrian semakin panjang"
Julian segera sadar saat di belakangnya menyentuh bahunya.
"maaf, aku Julian Grew, penerbangan Rusia." ucap Julian, dia segera memberikan apa yang ada di tangannya.
Tak lama kemudian akhirnya Julian bisa mendudukan dirinya di dalam pesawat, dia mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa jadwal yang akan dilakukan besok hari, akan ada banyak sekali pekerjaan yang tertunda karena dirinya jadi Han tidak bisa berlama-lama.
Julian menghela nafas, besok hari yang sangat panjang untuknya, banyak keluhan yang terjadi karena pemasaran barangnya sedang menurun belum lagi Julian masih harus menangani pertemuan dengan beberapa perusahaan yang akan menanam saham di perusahaannya, tak sengaja tatapan tertuju pada seorang gadis yang sedang berbicara dengan pramugari yang posisi tidak jauh darinya.
"aku--seperti--mengenali waj--,"
Namun itu hanya beberapa detik sampai sebuah panggilan mengalihkan pandangan Julian, sudah jelas yang menghubungi dirinya siapa lagi jika bukan Yuri, karena Julian sudah memberi tanda khusus untuk panggilan sang ayah dan temannya.
"Apa? Kau merindukanku?"
'Yak!! Apa kau bodoh!! Bagaimana bisa aku merindukan pria lain saat aku sudah menikah!! Ingatlah untuk lebih sopan pada seorang yang lebih tua!!' - Yuri.
Julian sedikit menjauhkan ponselnya, walau wanita itu berbicara melalui panggilan telepon tetap saja suara dapat merusak gendang telinganya.
"baiklah, katakan apa yang ingin kamu sampaikan, tidak biasanya Nona menghubungiku di malam hari"
'kapan kau akan kembali?' - Yuri
"aku sedang dalam pesawat, mungkin pukul 9. aku akan sampai."
'kau harus pulang!! Tuan Grew terus mendatangi kantor selama dua hari, dia sangat marah' - Yuri.
"baiklah, aku memang berencana ingin pulang hari ini"
'itu bagus, jangan sampai telat, besok kau akan menjadi budakku!' - Yuri.
Baru saja ingin mengeluarkan suaranya, tiba-tiba panggilan itu dimatikan oleh Yuri sehingga membuat Julian bisa mengomeli ponselnya.
"sekertaris macam apa dia? Berani sekali mengatakan atasannya sebagai budak? Haruskah aku membuka lowongan untuk mencari penggantinya?"
Baru saja ingin menghubungi Yuri kembali, tiba-tiba Julian merasa tubuhnya tidak enak dan saat itu juga dirinya terus bersin-bersin selama tiga kali, kemudian entah kenapa Julian sangat mengantuk sampai akhirnya dirinya tertidur.
Beberapa hari begitu saja, Liera kembali pada aktivitas sebelumnya yang dimana dia masih menjadi gadis yang belum menyelesaikan sekolahnya, kembali kepada dirinya yang akan bertemu dengan teman sebayanya setelah menghabiskan libur musim panas.Dengan tas ransel berwarna biru, dirinya melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah setelah memberikan salam perpisahan dengan sang ibu, bukan suatu hal yang baru bagi Liera jika setiap hari, ibu akan mengantar-jemput dirinya dari sejak Liera mengenal sekolah sampaisekarang.Di sekolah umum yang sekarang Liera tempu pendidikannya, tidak banyak dari mereka yang memperdulikan dirinya tapi tak banyak juga ingin berteman dengannya, Liera sangat populer dalam segala kalangan disekolah ini, banyak sekali kakak kelas dan adik kelas sering kali mendekati dirinya namun tidak ada satupun yang bisa memikat hati.Lisa sangat pintar dalam urusan menolak pria.Disekolah ini tak ada yang bisa membully dirinya, tapi bukan berarti tid
Beberapa hari kemudian …Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebihsering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untungJulian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.Tapi
Hari ini Liera harus lebih larut malam, dia harus mengikuti segala kegiatan menjelang dirinya mendekati ujian kelulusan padahal ujian itu akan berlangsung bulan depan tapi Lisa sudah bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dan masuk ke universitas bersama temannyaAsyla, dalam harapan kecil Liera, dia ingin sekali menjadi seorang pianis, bermain piano adalah hal yang selalu Liera lakukan setiap dirinya memiliki waktu luang.Sebelumnya Liera tidak memberitahu sang Ibu jika dia akan mengikuti pelajaran tambahan setelah pulang sekolah, hari ini juga entah kenapa Liera lupa segalanya, dia bahkan tidak fokus mengikuti pelajaran dan beberapa kali mencoba tertidur di jam pelajaran.“A
Liera dihantar oleh Asyla sampai didepan gerbang rumahnya."Asyla, sampah jumpa dan terimakasih." ucap Liera, dia melambaikan tangan di kaca mobil saat mobil Asyla akan segera meninggalkan area rumahnya.Liera sedikit bingung melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya, itu mirip sekali dengan mobil yang pria tadi menariknya dan seakan pria itu mengenal dirinya."Astaga! Apakah itu benar? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Liera menggigit jarinya dengan panik perkataan pria itu benar-benar sulit untuk dirinya mengerti, sesampainya di depan teras rumah Liera sedikit mengintip dari jendela rumahnya.Dan itu benar! Ada pria itu di sana, duduk bersebrangan dengan ibunya.
Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya
Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.Pernikahan?Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Seminggu berlalu …Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perj