Share

Bab 18 - If You.

Disinilah Liera, duduk diantara kedua pria itu lagi, sebenarnya setelah kejadian itu, Liera enggan untuk melihat pria yang bernama Julian itu, atau mungkin calon suaminya, ralat! Pria yang bahkan belum Liera bayangkan akan menjadi pendamping hidupnya.

Liera hanya diam ketika sang Ibu terus menggenggam tangannya, memaksa Liera untuk terus berada disampingnya padahal Liera tahu hari sudah mulai mendekati tengah malam dan mengingat begitu banyak hal yang harus Liera lakukan, tapi semua ini membuat dirinya tidak memiliki kemampuan untuk pergi.

Bagaimana nanti pada akhirnya semua tahu, jika dalam hitungan bulan Liera harus menikah.

Dia bahkan tak tahu apapun tentang arti sebuah pernikahan, apalagi menjadi istri yang baik yang baru saja Tuan Grew katakan pada dirinya, belum Liera begitu polos dalam segala hal, mungkin juga dirinya bodoh dan buta dengan dunia luar.

“aku bisa menghancurkan segala hal yang kau miliki nyonya Merry dan aku akan menjamin jika putri tidak akan bisa masuk ke universitas yang dia inginkan.” ucap Ayah Julian dengan tegas, dia benar-benar tidak bermain-main dalam urusan ini, pria paruh baya itu seakan tidak goyah dengan apapun yang Julian katakan.

“tapi kenapa harus aku?” ucap Liera dengan cepat, walau mungkin kedengaran begitu tidak sopan karena mencela ucapan Tuan Grew.

“Liera!”

“Kenapa? Kenapa tidak kak—,” mulut Liera ditutup begitu rapat oleh sang Ibu saat dia akan menyebutkan nama sang kakak yang sedari tadi tidak pernah dibahas oleh ibunya, ibunya seakan menganggap jika Liera-lah putri satu-satunya yang dia miliki, seakan Keira tak ada di antara dirinya dan Merry.

“Maaf, putriku seperti begitu kelelahan, aku akan mengantarnya ke kamarnya” ucap Merry.

ucapan Liera benar-benar diluar pikiran Liera sampai membuatnya sedikit kasar pada putri.

“Liera, istirahatlah dan jangan lupa untuk memeriksa tugasmu.”

Merry menelan air liurnya seperti dirinya begitu haus, dia kembali ke ruang tamu setelah membujuk Liera kembali ke kamarnya, setidaknya Julian dan Liera sudah bertemu, untuk masalah selanjutnya Merry masih bisa mengatasinya sendiri, mungkin dia perlu menjelaskan segalanya kepada kedua putrinya.

“aku ingin mereka berdua mengenal sebelum menikah” ucap Tuan Grew.

Julian dan Merry langsung menatap kearah pria paruh baya, duduk disana benar-benar seperti sedang melakukan senam jantung, Julian sampai tidak punya kalimat untuk menolak pernikahan ini, tak ada jalan dan hasilnya tetap sama.

Dimana pria harus menikahi gadis SMA!

“aku akan mengatur pertemuan keduanya” ucap Merry, dia berbicara seakan tak tahu akan menyakiti siapa, dia terus mengikuti lalu melupakan apa yang akan terjadi, bagaimana Liera bisa menghadapi segalanya pada adanya bimbingan dari dirinya.

Walau di dunia ini begitu berharap melihat putri menikah dan bahagia. Tapi bukan ini yang Merry inginkan, mungkinkah Liera akan bahagia?

“seperti sudah jelas, bagaimana jika kita kembali? Tidak baik berada dirumah orang lain begitu lama” ucap Julian, dia ingin segera kembali kerumah dan menganggap ini adalah satu beban yang akan lepas ketika dia menutup matanya dan keesokan harinya dirinya bisa sedikit bernafas.

Ayah Julian mengangguk mengerti, dia mengambil tongkat dan berjalan ke arah luar rumah dimana para supir dan pelayan pribadinya menunggu dirinya.

“Julian, masuklah.” ucap Tuan Grew, dia mengatakan itu untuk memperingati putra untuk satu mobil dengannya, padahal jika diingat Julian kesini dengan mobil miliknya.

“Shit!” Julian membanting pintu mobil begitu keras, hari ini rasanya kepalanya begitu ingin meledak menghadapi setiap orang yang ada di hadapannya. Dia berjalan mendekati mobil sang ayah dan menyerahkan kunci di salah satu pelayan.

Dan Merry, dia hanya diam di depan pintunya, menunggu kedua orang itu benar-benar meninggalkan halaman rumahnya,walau pikirannya terus memikirkan bagaimana menjelaskan pada Liera apalagi pada Keira.

Dia membuat nafas, ada sedikit kelegaan saat membuka pintu kamar Liera, rupanya putrinya sudah tertidur dibalik selimut kesayangannya.

Bagaimana? Liera gadis lugu yang begitu penurut dan juga polos, Merry tidak bisa membayangkan segalanya menjadi seperti ini, apalagi Liera yang baru saja duduk di kelas 3 SMA. Bagaimana jika temannya tahu, bagaimana nanti dirinya menahan segala kesalahpahaman yang temannya pertanyakan.

Merry berjalan untuk mengelus kepala sang putri.

“mungkin Ibu bukan seorang ibu yang baik dan juga seseorang yang tidak bisa melindungimu, Ibu begitu menyayangimu sampai tanpa sadar Ib7 ada banyak luka disana.”

Merry menatap wajah lelah Liera sambil menahan air matanya, rasanya Merry tidak ingin hari itu terjadi.

“Ibu harus bagaimana? Semua Ibu pasti ingin melihat putrinya menikah tapi akan begitu menyakitkan melihat putrinya terluka.”

Merry teringat bagaimana pengertian Liera, disaat teman lainnya begitu membanggakan sosok ayah mereka di depan teman kelas lainnya, putri bahkan tidak bisa melihat wajah itu, pertemuan mereka begitu singkat.

Merry Juga teringat saat Liera sakit dan kalimat pertama yang dia ucapkan dalam setiap tidurnya adalah ‘aku yakin ayahku adalah pria baik, walau aku tidak pernah bertemu dengannya’ Liera mengatakan itu setiap dirinya demam dan merindukan ayahnya.

Itu memang benar, perpisahan Merry dan Cristian. 

Membuat Merry menghilangkan segalanya yang berhubungan dengan mantan suaminya sampai tak ada satupun bagi Liera lebih mengenal sosok sang ayah, keegoisan Merry melupakan nasib Liera yang masih membutuhkan sosok ayah dalam hidupnya.

“Maaf.” Merry menghapus sepucuk air mata yang mengalir di pipinya, suara terus menahan untuk tidak mengeluarkan isakan yang bisa mengganggu tidur putrinya. 

“Ibu, yakin Liera akan mengerti semua ini kenapa Liera tidak pernah bertemu dengan Ayah, Ibu Juga yakin pernikahan ini akan memberikan banyak sekali penjelasan yang mungkin tidak bisa Ibu jawab, tapi ingatlah satu hal. Rumah ini selalu menunggu kepulanganmu.”

********

Setelah 15 menit sang Ibu meninggalkan kamar, Lisa mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia benarnya tidak tertidur, Liera hanya terkejut saat sang Ibu masuk kedalam kamarnya dan memutuskan untuk berpura-pura jika dirinya sudah tertidur, tapi Liera tidak tahu jika tujuan sang Ibu datang kemari untuk menjelaskan segalanya.

Liera tentu kecewa, dia merasa telah dibohongi selama ini, dia pikir sang ayah memang sudah meninggal sejak dirinya baru menginjak 5 tahun, dan begitu percayanya Liera saat sang Ibu berkata jika kakaknya belajar di luar negeri dan tinggal bersama teman Ibunya, Liera juga begitu menuruti setiap hal yang Merry katakan tanpa satu kalimat pun untuk membantahnya.

Tapi sekarang? Liera merasa asing dengan sosok wanita yang menangis tadi, mungkinkah itu ibunya? Begitu berbeda dari sebelumnya dari sebelum Liera tahu faktanya dan begitu menyakitkan untuk Liera pendam sendiri.

Kenapa harus pada dirinya? Liera tidak mengerti apapun disini, dia merasa dirinya-lah pihak yang dimanfaatkan dan dibuat tidak tahu apapun, Liera merasa jika kepolosan ini karena tuntutan sang Ibu.

“siapa yang salah? Siapa pihak yang harus disalahkan?”

Haruskah Liera diam sampai dirinya mengerti segalanya? 

Atau menjadi dirinya yang berbeda untuk mengetahui semua fakta?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rose kim
next kak💜
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status