Membuka lembaran demi lembaran buku di hadapan Liera, gadis itu tidak bisa fokus pada pelajaran hari ini, matanya memang tertuju pada papan tulis didepan tapi pikiran dan hatinya berada ditempat lain.
Perkataan sang ibu masih berputar di kepala terus berputar tanpa henti, hari ini Liera menghindari percakapan yang biasa dia lakukan dengan sang Ibu, memberikan alasan jika dia ingin cepat sampai di sekolah dan membahas beberapa materi dengan teman-temannya.
Itu hanya alasan, sebenarnya Liera tak ingin mendengar apapun.
Pernikahan?
Dan satu fakta yang benar-benar menjadi tanda tanya besar, jika sebenarnya Liera masih memiliki seorang ayah. Tapi kenapa sang Ibu menyembunyikan? Apakah Kakak Keira tahu?
‘atau hanya aku saja yang selama ini tidak tahu apapun?’
Memikirkan itu semakin muncul banyak sekali pertanyaan didalam pikiran Liera, satu persatu kecurigaan mulai mencampuri perasaannya. Dengan resah Liera membuang nafas panjang.
Dia menenggelamkan wajahnya di persilangan tangannya, dia malah memilih untuk mengabaikan pelajaran hari ini.
Sampai waktu istirahat tiba, barulah Liera bisa mengatur pikirannya, ada rasa kesal dan juga kecewa yang membuat Liera tak ingin kembali pulang.
“ini untukmu.” Asyla memberikan sebuah kotak susu coklat dan sandwich yang dia beli di kantin, Asyla memang tidak tahu apa yang sedang mengganggu pikiran temannya, tapi sejak jam pelajaran dimulai Asyla terus memperhatikan Liera yang hanya diam dan tidak biasanya Liera terus merasa resah.
Liera sedikit tersenyum, dia mengambil kotak susu coklat dan sandwich itu, dia sudah tidak mengisi perutnya sejak terakhir makan bersama Asyla, setidaknya mengisi perut bisa membantu suasana hatinya. “Terimakasih Asyla.”
Mina mengangguk, dia mengambil duduk disamping Liera, udara di area lapangan basket, mengingat sudah akan memasuki musim semi.
“aku siap mendengarkan, jika kamu ingin menceritakannya.” Ucap Asyla, walau Asyla tahu Liera bukankah orang yang mudah membagi masalahnya pada orang lain tapi tidak ada salahnya mencoba, lagi pula mereka sekarang sudah bersahabat dan sahabat akan selalu membagi suka citanya.
“entahlah, ini terlalu rumit Asyla. Aku sendiri bahkan tidak mengerti, aku takut akan semakin memperbesar masalah jika aku membaginya.”
Asyla mengangguk mengerti, mungkin saat ini Liera masih butuh ruang privasi, dia hanya mengusap bahu Liera.
“baiklah, jika itu keputusanmu, tetaplah semangat! Ingat ujian akhir sudah dekat.” Asyla bangkut dari kursi, dia mengulurkan tangan pada Liera
“jadi, ayo berjuang sampai akhir!”
Liera tersenyum, dia melupakan jika sekolah begitu penting untuknya, seharusnya dia bisa menyesuaikan dimana dia seorang pelajar dan seorang gadis. Butuh beberapa detik barulah Liera mengambil tangan Asyla dan menuntun gadis itu untuk segera meninggalkan lapangan basket dan menuju kelas.
‘semua ini akan berlalu seiring berjalannya waktu, mungkin bukan saatnya larut dalam kekecewaan ini, tapi lebih baik menjadi kuat daripada harus terluka nantinya’ ucap Liera dalam lubuk hatinya, karena jika ingin bangkit kita sendiri yang harus membangun semangat itu.
“Asyla, ayo berjuang bersama!”
Asyla mengangguk senang, memang banyak sekali hal yang ingin Asyla bagi dan juga ingin dia tahu dari Liera, tapi baginya itu hanyalah tambahan plus untuk sebuah hubungan persahabatan, intinya saling percaya dan saling mendukung memiliki arti yang penting dalam persahabatan itu.
Lain kisahnya dengan Julian yang justru begitu merasa ada keanehan antara Ibu Liera yang seakan menutupi tentang putrinya.
Beberapa hari yang lalu Julian memang meminta Yuri untuk membawakan profil lengkap tentang keluarga calon istrinya, alasanya utama Julian hanya penasaran apa yang membuat ayahnya begitu kuat untuk menjodohkan dirinya dengan gadis bernama Liera itu. Mungkin saja keluarga Liera memiliki hutang sampai merelakan putrinya dinikahkan oleh dirinya.
Tapi hari ini, saat membuka dokumen berisikan profil lengkap keluarganya itu, Julian dibuat terkejut dan tak percaya, mereka termasuk keluarga cukup terpandang di Seoul, dan bahkan Liera memiliki keturunan inggris. Dan yang lebih membuat Julian tak percaya jika Liera memiliki seorang kakak?
Tunggu!?
“Keira?” Julian benar-benar tak percaya, gadis yang kini menjadi kebanggaan negaranya karena menjadi model di majalah new york dan London, itu ternyata putri dari calon istrinya?
“tapi kenapa? Ibunya lebih milih Liera? secara usia Keira sudah ilegal untuk menikah sedangkan Liera? Dia bahkan belum menyelesaikan pendidikannya.”
Yuri yang datang membawa kopi kesukaan Julian, tiba-tiba merasa aneh dengan Julian yang berbicara sendiri, pria itu memang tampak begitu serius melihat dokumen di tangannya tapi kenapa dia juga berbicara sendiri.
Yuri mendekati sampai melihat apa yang sedang Julian lihat.
“keduannya tampak mirip sekilas, apakah mereka kembar?” tanya nya.
“Kau! Tidak bisakah, jangan menggangguku.” Julian menutup dokumen secara refleks, dia saat tidak suka diganggu seperti ini.
“kau bisa meletakkan kopi di meja, tidak perlu sampai melihat apa yang sedang aku lihat!”
Yuri yang merasa tidak salah hanya terdiam memandangi Han, “apa yang ingin kau lakukan pada foto kedua gadis itu?”
“bukan urusanmu! Apakah penting mengetahui semua yang sedang aku lakukan? Kau bekerja disini untuk perusahaanku bukan mengurus masalah ku!” ucap Julian, dia kesal. Padahal Yuri tak seharusnya ikut campur dalam hal apapun, Julian memang tahu jika wanita itu bisa memberikannya solusi disetiap masalah nya tapi sekarang terlalu canggung Julian pembahasanya.
“setidaknya berbicaralah sopan pada yang lebih tua!”
Ruangan menjadi hening kembali, Julian kembali membuka dokumen dimana foto Keira dan Liera, kedua gadis ini seakan memiliki karakter begitu berbeda, di profil Merry juga terdapat jika dirinya sudah lama bercerai. Mungkinkah Keira kembali setelah sudah merasa cukup diasuh oleh ayahnya.
Mungkin juga hubungan keduanya tidak baik? Tapi bukankah itu kesempatan untuknya lebih menjodohkan Julian dengan putri pertamanya?
“perasaan wanita sulit dimengerti.”
Semakin Julian pikirkan semakin tidak masuk akal jika Merry begitu ingin menyembunyikan identitas putri pertamanya, Julian yang tahu tentang Keira sebelum fakta ini, juga berpikir jika gadis itu besar tanpa kedua orangtua, belum lagi visualnya begitu kental akan keturunan inggris, berbeda dengan Liera gadis itu memiliki wajah antara inggris dan jepang.
Seseorang dari depan pintu ruangan membuka pintu itu dengan paksa, membuat yang di dalamnya sedikit terkejut. Dia berjalan mendekati meja kantor Julian.
“apa sebelumnya aku sudah membuat janji dengan anda?” ucap Julian, baru saja dia menutup profil tentang mantan suami Merry, kini di depannya sudah ada putri pertama mereka, wajahnya begitu kesal dan jika bukan di kantor mungkin gadis itu sudah menampar Julian.
“Kau! Walau banyak sekali hal yang tidak aku mengerti, tapi apakah seorang Ceo sepertimu begitu terobsesi menikahi gadis SMA? Usiamu tak layak menikahi gadis itu!” Keira melangkah mendekat, dia menatap Han lebih dingin.
“aku tak akan membiarkan masa depan Liera hancur!”
Julian hanya diam, masalah akan semakin rumit dan memperjelas jika dia membela fakta itu, pasalnya Julian juga bukan pihak yang ingin menikahi Liera juga, dia tetap diam sampai gadis itu meninggalkan ruangan itu.
Beberapa jam sebelumnya ….
Keira hari ini memutuskan untuk terbang ke London untuk menghabiskan waktu liburnya, pekerjaan begitu padat hingga tiga bulan kedepan, dia juga tidak memiliki banyak waktu walau untuk dirinya sendiri, setelah perdebatan dengan asisten akhirnya Keira diberikan 5 hari untuk kembali ke negara kelahirannya.
Hari ini juga dia mengunjungi makam nenek dan kakeknya sesampainya, Keira tak terlalu memiliki kenangan bersama nenek dan kakeknya, jadi dia tidak terlalu merasa kesedihan mendalam saat melihat makam mereka, setelah itu dia segera kembali pulang kerumah untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Namun, kepulangan kali ini membuat Keira sedikit kesal dengan ibunya, ketika pulang Keira. menerima surat dari seorang kurir yang kebetulan baru tiba, dia memang tidak terlalu peduli apa yang terjadi dengan keluarganya saat ini tapi entah kenapa Keira ingin mengetahui surat itu.
Itu surat dari ayahnya, Keira tidak tahu jika ayahnya masih menghubungi ibunya walau dari surat. Dia membuka pintu sambil membawa surat, mendudukan dirinya di sofa dan mengambilkan kopernya di belakang pintu.
‘aku tahu, kau akan selalu membuang surat ini tanpa mau membukanya. Merry, setelah putri kita besar, aku baru sadar jika cintaku tumbuh bersama mereka. Jika kita bertemu sebelum perjodohan ini mungkin kita akan menjadi keluarga bahagia.
Aku hanya akan menyampaikan, tolong jaga mereka Jangan sampai aku mendengar lagi jika kamu ingin menjodohkan mereka dengan perjanjian masa lalumu, Biarkan mereka menjadi apa yang mereka inginkan.’ - Cristian
Satu fakta lagi, Keira yakin jika perjodohan itu bukan untuknya tapi Liera.
Dia mengeluarkan ponselnya dan segera meninggalkan rumah, dia menelpon ibunya untuk pertama kalinya.
“Ibu, dimana?” suara Keira begitu canggung, pasalnya dia tidak pernah memanggil Merry dengan sebutan itu.
“baiklah, tunggu aku akan kesana” ucapnya lagi, dia menghentikan taksi di hadapannya.
Beberapa menit kemudian …
Keira memakai kacamata dan topi untuk menutupi identitasnya, dia sebenarnya malas bertemu dengan penggemarnya.
Dia segera mendekati Merry yang duduk di sudut ruangan cafe.
Merry tersenyum canggung, dia belum pernah secanggung ini dengan Keira, apalagi berbicara berdua dengannya.
“kapan kamu kembali? Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Merry sebagai awalan pembukaan pembicaraan ini.
“baru hari ini, pekerjaan aku rasa tidak terlalu penting.” ucap Keira, dia mengeluarkan surat dari ayahnya.
Merry terkejut, terlihat jelas jika di surat itu terdapat nama Christian. “ini apa?”
“apakah Ibu, ingin jodohkanku?” awalnya Keira ingin menanya jika itu adalah Liera, tapi dia merubahnya dengan dirinya, mungkin dengan ini Merry bisa lebih jujur.
“T-tidak, perjodohan itu untuk Liera.”
“Liera? Kenapa? Apakah kau memiliki hutang?”
“Keira, aku bisa menjelaskan semuanya”
Merry menjelaskan segalanya tanpa meninggalkan satu hal fakta, jika Keira sudah terlanjur tahu maka tidak ada hal yang bisa disembunyikan lagi.
Mendengarkan itu entah kenapa Keira begitu kesal dan meninggalkan cafe begitu saja.
Segalanya menjadi kacau, Merry bingung dan juga kesal, keadaan membuatnya selalu ditekan sebuah perjanjian, jika keadaan saat itu Merry tahu jika Tuan Grew akan segera memaksa dirinya memberikan putrinya, mungkin dari awal Merry menolak kerjasama itu.Hari sudah menjelang sore, baik Liera mau Keira keduanya tidak menampakkan sebuah tanda akan pulang, ini jelas menambah beban pikiran Merry saat ini, belum lagi tapi pagi.Liera menghindar untuk bertemu dengannya terus Keira yang pergi begitu saja setelah Merry menjelaskan apa yang terjadi.Dia sudah beberapa kali menghubungi Liera namun tidak sedikitpun putrinya menjawab panggilannya, padahal seharusnya Merry memaksa Keira saja mungkin keadaan tidak akan begitu kacau.
Seminggu berlalu …Terasa cepat namun banyak hal yang terlewatkan, katakan seperti itu. Liera melewati hari dengan pertimbangan tanpa sebuah arti, memikirkannya dalam setiap detik yang terlewatkan dan bertanya apakah semua ini sebuah keputusan nyata? Atau ini hanya ilusi yang tergambar dalam benaknya.Bagaimana, pernikahan ini diputuskan dan akan segera terlaksanakan dalam hitungan hari, awalnya hanya sebuah ucapan lalu berubah menjadi sebuah tanggung jawab, dimana Liera benar-benar mengatakan jika dia siap menikah diusia muda, bahkan seragam putih abu-abu masih dia kenakan.Bukan sang ibu atau sang kakak, namun tuntutan pihak lain membuat Liera terus terseret dalam perj
Hitam dan putih, dua warna yang memiliki arti tersendiri.Keduanya merupakan warna dasar, warna yang jika dicampurkan dengan warna lain tidak akan bisa kembali menjadi putih atau hitam, kedua warna itu juga suatu lambang dari sifat seseorang sesuai pandangan orang lain.Tapi kali ini menurut Liera warna hitam dan putih adalah perbedaan dirinya dengan kehidupannya saat ini, banyak sekali hal yang tidak bisa dirinya mengerti dalam waktu cepat dan hal asing yang terasa sulit diterima.Salah satu contohnya, ketika sang Ibu bertanya apakah dirinya siapa menjadi sebuah tumpuan untuk kehidupan barunya?Jangan-kan untuk menjadi tumpuan, Liera terkadang juga masih butuh tumpuan sang Ibu, lalu kini dia yang harus menjadi tump
Hari itu tiba, dari dimana aku melihat diriku dengan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, menatap diri pada cermin rias dengan seribu pertanyaan.Untuk apa semua ini?Bertanya apakah ini begitu penting untuk kehidupan dimana Liera hanya gadis biasa, yang hanya memikirkan belajar dengan baik, masuk ke dalam perguruan tinggi sesuai harapan, dan berbagi cerita dengan orang terdekat.Tapi? Seakan takdir berkata ‘kau berbeda dengan yang lain’ seakan Liera memang harus menghadapi takdir yang tidak bisa diharapkan dan tidak sedikitpun terlintas dalam pikirannya.Menikah?Dirinya rias dengan penuh kehati-hati, padahal acara ini
Pesta berakhir, Villa dengan lantai dua yang begitu luas untuk ditinggali oleh dua orang, terasa begitu sunyi dan benar-benar hilang suasana, berbeda dengan tadi pagi.Rasanya Liera dikirim ke dalam kastil tidak berpenghuni, dia bahkan tidak bisa menelusuri rumah ini karena begitu menyeramkan jika dilihat pada malam hari, sebagian lantai bawah sudah gelap dan hanya beberapa kamar di lantai dua dibiarkan menyala.Liera masih menunggu Julian keluar dari bathroom, jika diberi kesempatan Liera ingin meminta kamar lain untuk berpisah dengannya, tapi permintaan sang Ibu membuat Liera resah.Bahkan kata ‘malam pertama’ berputar terus dalam pik
Hanya berlalunya satu hari kemarin, keesokkan harinya adalah sebuah lembaran baru dimana Liera bukan lagi gadis manja, statusnya hari ini adalah seorang istri, ketika dia membuka mata dan melihat sebuah punggung pria adalah hal yang akan seterusnya dia lihat, mungkin untuk beberapa waktu. Tidak ada lagi teriakan sang Ibu yang menyuruhnya untuk bangun dari tidur nyenyaknya dan belum sekarang dia menjadi gadis mandiri.Mengibaskan selimut dan mengambil peralatan mandinya, Liera melangkah penuh hati-hati tanpa ingin membangunkan sang suami yang tertidur, pria itu bahkan tidak memakai pakaian atasannya saat tidur, suatu hal asing bagio Liera untuk terbiasa.Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ini pertama kalinya Liera bangun lebi
Disebuah universitas besar di pusat kota, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan dan prestasi yang mampu masuk ke Universitas itu. Siapa yang tidak tahu 'Universitas London' tempat dimana semua siswa SMA ingin mengejar impiannya dan membanggakan orangtuanya, bukan hanya itu Universitas ini memiliki beasiswa yang bisa membiaya siswa sampai S3 jika masuk dalam seleksinya siswa terbaik. Dan tentu saja ada asrama untuk siswa yang tinggal jauh diluar kota ini dengan fasilitas lengkap.Dan ini merupakan salah satu Universitas yang ingin Liera pilih.“Kau datang terlambat?” tanya salah satu teman bangkunya, dia menatap kearah pria yang memakai kemeja kotak.“Seperti biasa aku mengikut
Beberapa hari berlalu.Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali mengh