Share

Bab 34 - Leave It.

Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.

Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.

Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusannya, memikirkan hal itu terpintas sebuah pemikiran dimana Julian mulai bingung.

Haruskan dia melakukan hubungan itu, dan terus melanjutkan perjanjian antara dirinya dengan Lieta.

Dia merasa sedikit sedih membayangkan akan terbiasa tanpa gadis itu, walau dia jarang berbicara tapi kehadirannya bagaikan obat untuk Julian, apalagi Liera sangat menghargai setiap hal yang dia katakan, penurut dan juga memiliki keistimewaan tersendiri.

Dijalan Julian membeli sebuah kotak coklat berbagai isi, entahlah hal itu terpikirkan begitu saja saat Julian tidak sengaja melihat sebuah toko kecil di pinggir jalan, toko itu dijaga oleh seorang nenek.

Julian jadi mengingat apa yang tadi nenek katakan pada dirinya, terdengar aneh tapi seperti Julian percaya dengan katanya.

‘kita hidup dimana, kita lebih banyak mengikuti prinsip dan hanya sekian persen mengikuti hati, tapi seorang wanita tidak pernah memakai akal dalam mencintai tapi seorang pria mencintai karena sebuah kesalahan’

Kalimat itu masih mengambang di otak Julian, dan ucapan sang nenek sebelum dirinya pergi juga menjadi tambahan beban pikiran.

‘jika diberikan pilihan untuk melepaskan seseorang, apa yang akan kau pilih? Melepaskan karena dia mencintai orang lain atau melepaskan karena sebuah janji?’

Julian saat itu hanya terdiam di pintu luar, pertanyaan yang begitu menggambarkan sebuah kejadian tapi bukan terjadi sekarang, seakan pilihan Julian selalu salah ketika dirinya berpikir dengan akal dan prinsip.

Tanpa sadar Julian mobilnya sudah memasuki area sekolah Liera, dia memarkirkan mobilnya dan membawa kontak coklat, untung dia datang tepat waktu saat semua murid sudah pulang.

Dia juga melihat Liera yang sedang melewati lorong sekolah, tapi? Julian segera berlari melihat ada pria berpakaian serba hitam seperti dirumah sakit, dia ingin mengejar pria itu tapi terhalang banyak murid yang mendekatinya.

Dalam sekejam mata pria itu hilang bersama dengan murid-murid di sekitarnya, dia kehilangan kesempatan untuk mengejar pria itu, dengan cepat Julian melangkah mendekati Liera yang sedang berjalan bersama Asyla, hampir saja dia melupakan Liera.

“Liera!” Julian berteriak, dia melambaikan tangannya ke arah gadis itu ketika Liera menatapnya. 

“Julian?”

Liera yang melihat dari kejauhan segera berlari mendekati Julian, dia terkejut dengan kehadiran pria dan bagaimana nanti jika Liera menjelaskan hubungan mereka, dia tidak mungkin mengatakan jika pria itu adalah suaminya.

“kenapa menjemputku?” tanya Liera ketika menyeret pria itu untuk segera meninggalkan halaman sekolah, dia juga menutup wajah Julian dengan tangan mungilnya.

Padahal jika Liera melakukan itu malah mengundang perhatian orang sekitar.

“ada apa?” Julian tentu saja bingung, dia tetap mengikuti apa yang Liera lakukan, tapi terlihat lucu Liera melakukan itu padanya, jiwa muda Julian seakan hidup. walau kini dia memakai pakaian kantor.

“kita bicara di jalan,” Julian menghentikan langkahnya, membuat Lier melepaskan tangannya yang menggenggam lengan Julian, “apa ada yang mengikutimu?”

Liera mengabaikan Julian, dia segera masuk kedalam mobil pria itu dan memerintahkan untuk segera masuk kedalam mobil.

“cepatlah!”

Julian masuk setelah melihat ke seluruh arah dan sekali lagi memastikan apakah pria itu masih mengikuti Liera.

“katakan saja jika ada yang mengikutimu, aku akan menjamin keamanan”

Liera bingung, dia sampai tidak fokus memang sabuk pengaman dan berakhir dengan menatap kotak coklat yang masih pria genggam, menyipitkan matanya dan berpikir siapa yang sedang berulang tahun atau seseorang telah memberikan itu pada Han tadi tanpa Dia sadari.

“Liera kenapa kamu diam?” tanya Julian lagi, dia mengikuti kemana mata Liera tertuju, dan Julian baru ingat jika dia seharusnya memberikan kotak coklat itu pada Liera.

“tidak ada yang mengikutiku,” jawab Liera, entah kenapa dia menjadi kesal dan malas untuk menanyakan darimana coklat itu bersalah. “bisakah kita langsung jalan?”

“ini untukmu, bagaimana hari pertama? Apakah sulit?” Ucap Julian, dia menyerahkan coklat itu dan mulai menyalakan mesin mobilnya.

Liera hanya terdiam menatap kotak itu di pangkuannya, dia bahkan tidak ada niat untuk menyentuhnya.

“apa kamu tidak menyukainya? Apa kamu tidak suka coklat? Apa seharusnya aku membeli bunga?” tanya Julian, dia mengajukan pertanyaan seperti wartawan yang tidak ada jeda waktunya.

“aku suka coklat, terimakasih.” Liera lagi-lagi termakan salah paham, pikirannya masih begitu labil dan bahkan seakan kekanak-kanakan.

“sebentar,” Julian menahan Liera saat akan membuka kotak coklat itu, dia memasangkan sabuk pengaman gadis itu saat mobilnya berhenti di tepi jalan, setelah selesai Julian sejak menatap kearah Liera, hanya melakukan itu bisa membuat dirinya berdebar dan tidak bisa mengabaikan jarak yang begitu dekat.

Liera juga terkejut, pasalnya Julian secara tiba-tiba melakukan itu dan tubuh menegang saat Julian memilih menatap ke arahnya.

Jika tidak suka klakson mobil mungkin sesi tatap-tatapan akan terus berlangsung, Julian segera melajukan mobilnya dan mulai menuju Villa mereka.

“kenapa kamu berikan begitu banyak coklat, aku tidak yakin bisa menghabiskannya” ucap Liera, dia melihat isi coklat yang berbentuk hati, sangat lucu dan rasanya begitu lezat, setiap coklat yang melewati tenggorokan seakan beban hari ini hilang begitu saja.

“kamu bisa berbagi dengan temanmu” ucap Julian, dia tidak bisa menatap Liera yang sedang memakan coklat tapi mendengar jika gadis itu menyukai sudah cukup untuknya.

Keadaan kembali hening, Julian sebenarnya ingin menceritakan tentang Sean, pasalnya Julian ingin merawat adiknya di Villa, dimana tempat dirinya dan Liera tinggal, tapi Julian juga bingung takut Liera tidak menerima kehadiran adiknya.

Belum lagi masalah penguntit itu.

Baiklah Julian akan berbicara masalah itu dengan Liera setelah keduanya sampai di Villa.

Jam yang sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan tepat keduanya sampai di Villa, Liera begitu senang membawa kotak coklat itu saat masuk kedalam, Julian harus menerima telepon dari Keira.

Dan ketika Julian masuk kedalam, dia malah menemukan jika yang sedang belajar di lantai dengan beberapa buku dan layar laptop di hadapannya, dia sangat cantik saat mengenakan kacamata dan rambutnya yang terikat sedikit berantakan. “kamu sibuk?”

Liera mengangguk, matanya tetap kelihat soal-soal matematika, Liera lemah dalam pelajaran matematika dan besok adalah ujian itu.

“mau kubantu?”

Liera menoleh ke arah Julian, pria itu berdiri tidak jauh darinya. “memangnya kamu bisa?”

Julian melangkah mendekat, mengambil posisi untuk duduk dibelakang Liera, lalu membentangkan tangannya, sebelum akhirnya lengan besarnya dan kekar itu berakhir dengan membentuk sebuah kungkungan, telapak tangan Han diletakkan di atas keyboard laptop Liera.

“aku mendapatkan nilai 95 saat ujian kelulusan,” ucap Julian dengan santai. Tatapan fokus melihat soal-soal.

Sementara Liera masih belum pulih dari aksi bekunya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat kala suara Julian terasa begitu dekat menyapu daun telinganya, saking dekatnya, aroma mint dari tubuh Julian bisa tercium.

Liera menelan air liurnya samar, berusaha mengumpulkan fokusnya kembali, dia berusaha mengabaikan bagaimana punggungnya bersentuhan dengan bahu kekar Julian, dan bagaimana sesekali dagu Julian menyentuh bahunya setiap kali pria itu berbicara padanya.

“mau aku ajarkan cara mudah menyelesaikan semua soal ini?”

Liera tersentak “Ba-baik, ajari aku.”

Liera berusaha mengingat lagi semua penjelasan itu, dia mencoba dengan berhati-hati dan tersenyum sendiri saat ternyata dia bisa memahami penjelasan Julian yang terdengar mudah untuknya.

Julian mendekat lagi, dagunya mengenai bahu Liera saat menjelaskan soal berikutnya, dan sedikit menimbulkan rasa geli. “katakan saja jika aku berbicara terlalu cepat,”

Liera mengangguk, dia mencatat setiap hal yang Julian jelaskan, sampai akhirnya Liera bisa menguasai beberapa soal yang cukup sulit, dan Julian yang masih tetap berada di belakang ketika Liera mencoba mengerjakan sendiri.

Julian tahu menyadari jika posisi mereka begitu dekat, pantas saja Liera sempat terdiam, mungkin karena Julian yang begitu dekat dan dirinya belum terbiasa.

“Liera boleh aku mengatakan sesuatu?” ucap Julian, dia malah memeluk tubuh Liera dan menenggelamkan kepalanya di bahu Liera.

“ka-kata saja” Liera bingung, dia tidak begitu terbiasa dengan Julian yang terkadang suka memeluknya dan bersikap manja.

“ak-aku memilih seorang adik, namanya Sean. Dia baru saja selesai melakukan operasi dan masih harus melakukan pemulihan, aku berbicara ini karena dia akan tinggal bersama kita--,” Julian berhenti, dia sangat ragu mengatakan kondisi mental Sean.

“aku tidak masalah, lagipula aku tidak keberatan jika orang lain tinggal disini,”

Liera menatap kearah Julian, wajah mereka begitu dekat dan Liera bisa melihat betapa tampan wajah pria itu, tidak bisa dipungkiri jika Julian memiliki sikap dewasa yang tidak pernah dia lihat dari teman sebayanya.

“terimakasih Liera, kamu memang selalu membuatku tenang,” ucap Julian, dia mencium kening Liera selama lima detik dan sebelum mengecup bibir itu sebentar.

“ayo kita lanjutkan” lanjut Julian.

Keduanya mulai menikmati waktu yang berlalu, Julian menjelaskan sampai dimana Liera mengerti dan Liera yang tidak bisa tetap berpura-pura tenang saat Julian begitu dekat dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status