Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.
Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.
Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusannya, memikirkan hal itu terpintas sebuah pemikiran dimana Julian mulai bingung.
Haruskan dia melakukan hubungan itu, dan terus melanjutkan perjanjian antara dirinya dengan Lieta.
Dia merasa sedikit sedih membayangkan akan terbiasa tanpa gadis itu, walau dia jarang berbicara tapi kehadirannya bagaikan obat untuk Julian, apalagi Liera sangat menghargai setiap hal yang dia katakan, penurut dan juga memiliki keistimewaan tersendiri.
Dijalan Julian membeli sebuah kotak coklat berbagai isi, entahlah hal itu terpikirkan begitu saja saat Julian tidak sengaja melihat sebuah toko kecil di pinggir jalan, toko itu dijaga oleh seorang nenek.
Julian jadi mengingat apa yang tadi nenek katakan pada dirinya, terdengar aneh tapi seperti Julian percaya dengan katanya.
‘kita hidup dimana, kita lebih banyak mengikuti prinsip dan hanya sekian persen mengikuti hati, tapi seorang wanita tidak pernah memakai akal dalam mencintai tapi seorang pria mencintai karena sebuah kesalahan’
Kalimat itu masih mengambang di otak Julian, dan ucapan sang nenek sebelum dirinya pergi juga menjadi tambahan beban pikiran.
‘jika diberikan pilihan untuk melepaskan seseorang, apa yang akan kau pilih? Melepaskan karena dia mencintai orang lain atau melepaskan karena sebuah janji?’
Julian saat itu hanya terdiam di pintu luar, pertanyaan yang begitu menggambarkan sebuah kejadian tapi bukan terjadi sekarang, seakan pilihan Julian selalu salah ketika dirinya berpikir dengan akal dan prinsip.
Tanpa sadar Julian mobilnya sudah memasuki area sekolah Liera, dia memarkirkan mobilnya dan membawa kontak coklat, untung dia datang tepat waktu saat semua murid sudah pulang.
Dia juga melihat Liera yang sedang melewati lorong sekolah, tapi? Julian segera berlari melihat ada pria berpakaian serba hitam seperti dirumah sakit, dia ingin mengejar pria itu tapi terhalang banyak murid yang mendekatinya.
Dalam sekejam mata pria itu hilang bersama dengan murid-murid di sekitarnya, dia kehilangan kesempatan untuk mengejar pria itu, dengan cepat Julian melangkah mendekati Liera yang sedang berjalan bersama Asyla, hampir saja dia melupakan Liera.
“Liera!” Julian berteriak, dia melambaikan tangannya ke arah gadis itu ketika Liera menatapnya.
“Julian?”
Liera yang melihat dari kejauhan segera berlari mendekati Julian, dia terkejut dengan kehadiran pria dan bagaimana nanti jika Liera menjelaskan hubungan mereka, dia tidak mungkin mengatakan jika pria itu adalah suaminya.
“kenapa menjemputku?” tanya Liera ketika menyeret pria itu untuk segera meninggalkan halaman sekolah, dia juga menutup wajah Julian dengan tangan mungilnya.
Padahal jika Liera melakukan itu malah mengundang perhatian orang sekitar.
“ada apa?” Julian tentu saja bingung, dia tetap mengikuti apa yang Liera lakukan, tapi terlihat lucu Liera melakukan itu padanya, jiwa muda Julian seakan hidup. walau kini dia memakai pakaian kantor.
“kita bicara di jalan,” Julian menghentikan langkahnya, membuat Lier melepaskan tangannya yang menggenggam lengan Julian, “apa ada yang mengikutimu?”
Liera mengabaikan Julian, dia segera masuk kedalam mobil pria itu dan memerintahkan untuk segera masuk kedalam mobil.
“cepatlah!”
Julian masuk setelah melihat ke seluruh arah dan sekali lagi memastikan apakah pria itu masih mengikuti Liera.
“katakan saja jika ada yang mengikutimu, aku akan menjamin keamanan”
Liera bingung, dia sampai tidak fokus memang sabuk pengaman dan berakhir dengan menatap kotak coklat yang masih pria genggam, menyipitkan matanya dan berpikir siapa yang sedang berulang tahun atau seseorang telah memberikan itu pada Han tadi tanpa Dia sadari.
“Liera kenapa kamu diam?” tanya Julian lagi, dia mengikuti kemana mata Liera tertuju, dan Julian baru ingat jika dia seharusnya memberikan kotak coklat itu pada Liera.
“tidak ada yang mengikutiku,” jawab Liera, entah kenapa dia menjadi kesal dan malas untuk menanyakan darimana coklat itu bersalah. “bisakah kita langsung jalan?”
“ini untukmu, bagaimana hari pertama? Apakah sulit?” Ucap Julian, dia menyerahkan coklat itu dan mulai menyalakan mesin mobilnya.
Liera hanya terdiam menatap kotak itu di pangkuannya, dia bahkan tidak ada niat untuk menyentuhnya.
“apa kamu tidak menyukainya? Apa kamu tidak suka coklat? Apa seharusnya aku membeli bunga?” tanya Julian, dia mengajukan pertanyaan seperti wartawan yang tidak ada jeda waktunya.
“aku suka coklat, terimakasih.” Liera lagi-lagi termakan salah paham, pikirannya masih begitu labil dan bahkan seakan kekanak-kanakan.
“sebentar,” Julian menahan Liera saat akan membuka kotak coklat itu, dia memasangkan sabuk pengaman gadis itu saat mobilnya berhenti di tepi jalan, setelah selesai Julian sejak menatap kearah Liera, hanya melakukan itu bisa membuat dirinya berdebar dan tidak bisa mengabaikan jarak yang begitu dekat.
Liera juga terkejut, pasalnya Julian secara tiba-tiba melakukan itu dan tubuh menegang saat Julian memilih menatap ke arahnya.
Jika tidak suka klakson mobil mungkin sesi tatap-tatapan akan terus berlangsung, Julian segera melajukan mobilnya dan mulai menuju Villa mereka.
“kenapa kamu berikan begitu banyak coklat, aku tidak yakin bisa menghabiskannya” ucap Liera, dia melihat isi coklat yang berbentuk hati, sangat lucu dan rasanya begitu lezat, setiap coklat yang melewati tenggorokan seakan beban hari ini hilang begitu saja.
“kamu bisa berbagi dengan temanmu” ucap Julian, dia tidak bisa menatap Liera yang sedang memakan coklat tapi mendengar jika gadis itu menyukai sudah cukup untuknya.
Keadaan kembali hening, Julian sebenarnya ingin menceritakan tentang Sean, pasalnya Julian ingin merawat adiknya di Villa, dimana tempat dirinya dan Liera tinggal, tapi Julian juga bingung takut Liera tidak menerima kehadiran adiknya.
Belum lagi masalah penguntit itu.
Baiklah Julian akan berbicara masalah itu dengan Liera setelah keduanya sampai di Villa.
Jam yang sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan tepat keduanya sampai di Villa, Liera begitu senang membawa kotak coklat itu saat masuk kedalam, Julian harus menerima telepon dari Keira.
Dan ketika Julian masuk kedalam, dia malah menemukan jika yang sedang belajar di lantai dengan beberapa buku dan layar laptop di hadapannya, dia sangat cantik saat mengenakan kacamata dan rambutnya yang terikat sedikit berantakan. “kamu sibuk?”
Liera mengangguk, matanya tetap kelihat soal-soal matematika, Liera lemah dalam pelajaran matematika dan besok adalah ujian itu.
“mau kubantu?”
Liera menoleh ke arah Julian, pria itu berdiri tidak jauh darinya. “memangnya kamu bisa?”
Julian melangkah mendekat, mengambil posisi untuk duduk dibelakang Liera, lalu membentangkan tangannya, sebelum akhirnya lengan besarnya dan kekar itu berakhir dengan membentuk sebuah kungkungan, telapak tangan Han diletakkan di atas keyboard laptop Liera.
“aku mendapatkan nilai 95 saat ujian kelulusan,” ucap Julian dengan santai. Tatapan fokus melihat soal-soal.
Sementara Liera masih belum pulih dari aksi bekunya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat kala suara Julian terasa begitu dekat menyapu daun telinganya, saking dekatnya, aroma mint dari tubuh Julian bisa tercium.
Liera menelan air liurnya samar, berusaha mengumpulkan fokusnya kembali, dia berusaha mengabaikan bagaimana punggungnya bersentuhan dengan bahu kekar Julian, dan bagaimana sesekali dagu Julian menyentuh bahunya setiap kali pria itu berbicara padanya.
“mau aku ajarkan cara mudah menyelesaikan semua soal ini?”
Liera tersentak “Ba-baik, ajari aku.”
Liera berusaha mengingat lagi semua penjelasan itu, dia mencoba dengan berhati-hati dan tersenyum sendiri saat ternyata dia bisa memahami penjelasan Julian yang terdengar mudah untuknya.
Julian mendekat lagi, dagunya mengenai bahu Liera saat menjelaskan soal berikutnya, dan sedikit menimbulkan rasa geli. “katakan saja jika aku berbicara terlalu cepat,”
Liera mengangguk, dia mencatat setiap hal yang Julian jelaskan, sampai akhirnya Liera bisa menguasai beberapa soal yang cukup sulit, dan Julian yang masih tetap berada di belakang ketika Liera mencoba mengerjakan sendiri.
Julian tahu menyadari jika posisi mereka begitu dekat, pantas saja Liera sempat terdiam, mungkin karena Julian yang begitu dekat dan dirinya belum terbiasa.
“Liera boleh aku mengatakan sesuatu?” ucap Julian, dia malah memeluk tubuh Liera dan menenggelamkan kepalanya di bahu Liera.
“ka-kata saja” Liera bingung, dia tidak begitu terbiasa dengan Julian yang terkadang suka memeluknya dan bersikap manja.
“ak-aku memilih seorang adik, namanya Sean. Dia baru saja selesai melakukan operasi dan masih harus melakukan pemulihan, aku berbicara ini karena dia akan tinggal bersama kita--,” Julian berhenti, dia sangat ragu mengatakan kondisi mental Sean.
“aku tidak masalah, lagipula aku tidak keberatan jika orang lain tinggal disini,”
Liera menatap kearah Julian, wajah mereka begitu dekat dan Liera bisa melihat betapa tampan wajah pria itu, tidak bisa dipungkiri jika Julian memiliki sikap dewasa yang tidak pernah dia lihat dari teman sebayanya.
“terimakasih Liera, kamu memang selalu membuatku tenang,” ucap Julian, dia mencium kening Liera selama lima detik dan sebelum mengecup bibir itu sebentar.
“ayo kita lanjutkan” lanjut Julian.
Keduanya mulai menikmati waktu yang berlalu, Julian menjelaskan sampai dimana Liera mengerti dan Liera yang tidak bisa tetap berpura-pura tenang saat Julian begitu dekat dengannya.
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba