Share

Bab 35 - Whatever

 

« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »

Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.

Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.

Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuang semua lelahnya pelajaran dan jenuh pada kesibukan itu, dia ingin menghirup udara kota paris saat musim dingin, atau musim semi di sore hari.

Walau memang banyak sekali diluar sana yang ingin berlibur di kota itu.

Setelah malam itu, Julian memutuskan untuk berpisah kamar dengan Liera, itu sebuah keputusan yang begitu tiba-tiba untuknya, Liera sudah terbiasa tidur dengan pria itu dan kini dirinya sulit untuk menghilangkan kebiasaan itu.

Julian mengatakan jika dirinya dalam kondisi buruk, dimana dia butuh untuk lebih lama sendiri dan tidak ingin melukai Liera, mengingat Julian yang akhir-akhir ini selalu menghindar saat Liera ingin dekat dengannya.

Setelah menyelesaikan ujian hari ini, Liera dan Asyla pergi ke sebuah mall, karena ini terakhir dan ujian sudah berakhir jadi tidak ada salahnya mereka melepas penat sejenak, karena setelah lulus nanti keduanya akan sibuk untuk dunia perkuliahan dan belum lagi Liera terus memikirkan bagaimana nanti saat Julian akan mengajaknya berhubungan intim?

Dan terkejutnya Asyla saat dirinya akan mengambil cuti untuk kehamilannya nanti, Liera pikir jika nanti itu terjadi akan banyak sekali tugas yang harus diselesaikan dan belum lagi cuti itu, dirinya jadi ragu untuk berkuliah.

Liera berpikir mungkinkah setelah lulus, dirinya menunda sampai dirinya melahirkan dan baru anak mengambil kuliah tahun depan, setelah dia bercerai dengan Julian.

Kedengaran mudah, tapi Liera tidak bisa mengatakan itu akan mudah, karena perasaan asing terus membuatnya bingung, dia tidak ingin hanya bersama dengan Julian untuk sebuah perjanjian tapi Liera terus bersamanya. Mengurus anak mereka bersama.

Jiwa keibuannya semakin tumbuh seiring berjalannya waktu, mungkin karena Liera terlalu memahami tentang kesuburan untuk segera hamil, dia tidak menceritakan kepada siapapun, dia hanya ingin dan malah terjebak dalam perasaan rumit.

Mata Liera tidak bisa berhenti menatap toko baby yang dia sempat lewatkan, membayangkan jika dirinya sibuk membeli keperluan kelahiran bayinya, dan melihat berapa senang reaksi Julian nanti.

Tapi yang menjadi beban pikirannya, apakah Julian merasakan apa yang sedang Liera pikirkan akhir-akhir ini, bagaimana kebiasaan sering bersama dan ketika jarak semakin dekat, apakah Julian akan senang jika Liera memberikan apa yang dibutuhkan, atau pria itu akan berubah setelah tahu Liera hamil.

“apa yang kamu pikirkan? Bukankah kita kesini untuk melepaskan beban kita? Tapi kamu—,”

Liera menatap ke arah Asyla, dia melepaskan tasnya dan duduk di salah satu yang tersedia disana. “aku? Aku hanya memikirkan hasil ujian, aku tidak sabar ingin melihatnya tapi aku juga takut hasilnya tidak sesuai keinginanku,”

Liera berbohong, tidak sepintas dirinya memikirkan hal itu.

“kenapa kamu berpikir seperti itu? Kita harus yakin Lisa” ucap Asyla, dia menyusul duduk disamping Liera, menatap ke seberang dimana tempat jika ingin bermain seluncur es, terlihat begitu ramai disana.

“tapi semua pasti punya beban pikiran bukan? Dan masalah sendiri, terlalu yakin juga akan menyakitkan jika itu gagal,”

Dia melihat layak ponselnya dan ada satu pesan dari Julian, Liera ingin membacanya namun Asyla sudah lebih dahulu menarik tangannya.

“karena kita sudah terlanjur kesini, aku ingin membeli beberapa album baru dan juga buku” Asyla membawa Liera ke sebuah toko dimana semua album dari berbagai agensi ada disana, disana juga ada beberapa barang yang dikeluarkan setiap agensi.

“sudah lama aku tidak membeli album John, aku berharap bisa mendapatkannya, karena albumnya selalu terjual habis,” ucap Asyla lagi, dia mengalungkan tangannya pada lengan Liera, menarik gadis itu untuk mengikuti langkahnya. Seakan jika dilepas Liera akan menghilang.

“bukankah kau sudah berkencan deng—,”

Asyla menutup mulut Liera, dia melihat ke seluruh toko dan mengajak Liera untuk sedikit menjauh dari keramaian. “ini rahasia, aku tidak boleh membiarkan orang lain sampai tahu dengan kedekatan kami,”

Liera menatap bingung, “kenapa? Semua orang berhak untuk berkencan bukan?”

“Ya. Itu benar Liera tapi agensinya tidak mengizinkan artisnya berhubungan, bukankah kamu tahu sendiri?”

Liera mengangguk mengerti, dia merasa ponselnya kembali bergetar dan dengan sedikit terburu-buru Liera membaca dua pesan dan 3 panggilan dari Julian, seperti begitu penting.

Setelah membaca pesan itu Liera segera meninggalkan mall, perasaan panik dan cemas menghantui pikirannya, ini benar-benar membuat dirinya tidak bisa berpikir jernih dan tanpa sadar dirinya berlari saat akan keluar dari mall.

Dia menghentikan taksi dan mengatakan kemana gadis itu harus pergi, dia mencoba untuk menghubungi Julian beberapa kali tapi Julian tidak mengangkat panggilannya.

“aku harap semua baik-baik saja,” Liera menggigit jari telunjuknya dengan cemas, pikirannya terus mengatakan hal buruk telah terjadi, Liera juga tahu jika ini pasti sebuah ancaman dan gadis itu mulai khawatir.

Liera sempat tidak memahami apa yang Julian tanyakan beberapa hari yang lalu, tapi kini dia mulai mengerti dan terlalu terlambat untuk memahami ucapan yang Julian maksud, dia merasa bersalah sekarang.

“Om, apakah masih lama? Aku harus segera tiba” ucap Liera, dia mulai merasa keringat dingin memenuhi kening dan tangannya, dia ingin segera melihat kondisi yang telah terjadi.

“Maaf, tapi Nona jika jam segini biasanya jalanan akan macet,”

Liera terdiam, seharusnya dia memilih naik bus yang mungkin memakan waktu 20 - 25 menit daripada harus naik taksi yang kemungkinan akan sampai 40 - 45 menit, dia terus mencoba menghubungi Julian sekali lagi.

Liera menghela nafas panjang, senang saat Julian mengangkat telepon darinya.

“aku sedang dijalan, tunggulah” ucap Liera dengan sedikit sedih, dia terus berharap Julian baik-baik saja dirumah, seharusnya pria itu tidak perlu melakukan itu juga memang tidak bisa.

“apakah separah itu?”

Suara kesakitan Julian memenuhi setiap pendengaran Liera, dia takut dan pikirannya terus memikirkan hal aneh, apalagi Julian sendirian disana dan tidak bisa melakukan apapun.

“aku mohon bertahanlah” ucap Liera sekali lagi, dia menahan untuk tidak menangis dan terus mencoba membuat Julian bertahan.

Setelah melewati persimpangan jalan yang akan masuk kedalam area wilayah Villa mereka.

“paman, aku akan turun disini” Liera turun dan memberikan beberapa dollar, dia mengabaikan panggilan dari pak supir yang mungkin ingin memberikan kembalian.

Padahal cukup jauh jika Liera berhenti disana, tapi melihat jalan yang masih macet, gadis itu rela untuk jalan sampai ke Villa, ralat Liera rela berlari untuk segera sampai kesana.

Dia terus berlari dan mengabaikan tubuhnya yang butuh pemanasan lebih dahulu, dengan nafas yang terengah-engah Liera terus berlari, hal yang dipikirkan sekarang adalah segera menemui Julian.

Sampailah Liera di pekarangan Villa, mendorong pintu dengan keras. Dan—Liera dikejutkan dengan butiran kelopak mawar merah yang berjatuhan di atas tubuhnya, seketika rasa panik terganti dengan kebingungan saat Liera melihat ada sebuah petunjuk arah dibawah lantai, dengan sedikit ragu dia mengambil surat itu.

‘Berjalanlah sebanyak 25 langkah kedepan’

Liera mengikuti apa yang surat itu perintahkan, dia menghitung setiap langkahnya. Dan ketika berhenti di hitungan 25 ada sebuah surat dan balon tepat di hadapannya.

-- pecahkan balon dan carilah sebuah surat berwarna biru --

Liera terus mengikuti, dia memecahkan balon dengan gelangnya yang memiliki liontin kunci. Telah balon itu pecah ada beberapa surat dengan warna berbeda, Liera tetep mencari surat biru itu, walau sebenarnya dia sangat penasaran dengan semua tujuan ini.

-- bukalah surat merah --

“apa sebenarnya semua ini? Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu rencanakan,” ucap Liera, dia bukan tipe yang suka memecahkan misteri.

-- tutup mata dan menghitunglah mulai dari 1 sampai 10 --

Liera berdiri, dia menutupi matanya dan mulai menghitung dengan hitungan yang pelan.

Julian yang bersembunyi di balik sofa berjalan mendekati Liera dengan sebuah kota besar dan buket bunga, dia melangkah mendekat tanpa menimbulkan suara.

“open your eyes!” ucap Julian, dia mengenakan jas putih dan merapikan rambutnya, dia terlihat tampan dan semakin membuat siapapun ingin menikahinya.

Liera membuka matanya, dia menatap kearah dimana Julian tersenyum padanya dengan dua tangan masing-masing membawa barang, ini adalah hal yang sangat manis dan bahkan Liera tidak pernah berpikir akan diberikan ini oleh Julian.

“Ini?” Tanya Liera dengan bingung, dia gemetar sampai untuk menerima bunga dan kotak hadiah saja ingin sekali jatuh dari tangannya.

“apa kamu suka?”

Liera tersenyum senang, Julian sangat tampan dan hari ini dia begitu mengagumkan dengan jas putihnya. tak lama Liera mengangguk dan menahan untuk tidak berteriak senang.

“aku tidak mengerti tujuan kamu memberikan ini, tapi aku senang. Terimakasih.”

Julian memeluk tubuh Liera, dia tidak mengatakan apapun, baginya dengan ucapan Liera seperti itu sudah membuatnya bahagia, dia mencium kening Liera kemana 7 detik.

“ini hadiah untukmu,”

“tapi kamu belum melihat hasil ujianku,” ucap Liera, tatapannya seperti seorang anak kecil yang takut mengecewakan pia itu.

“ini hanya hadiah kecil, jika ujianmu keluar itu hadiah utama,”

“benarkah?”

Julian mengangguk, dia membawa gadis itu untuk duduk disofa.

“berarti tadi kamu berbohong? Kamu bilang jika tadi terjebak di dalam bathroom dengan seekor binatang yang sangat kamu benci!” ucap Liera dengan kesal, berapa sulitnya dirinya berjuang untuk sampai kesini ternyata semua itu hanya sebuah skenario.

Julian tertawa, dia mencubit pipi Liera dengan gemas dan memeluknya dengan sangat erat “baiklah, aku salah telah berbohong, apakah kamu berlari kesini”

“bukan hanya berlari aku meninggalkan Asyla begitu saja dan bahkan uang sakuku harus terpotong karena aku naik taksi,”

Julian mengelus kepala Liera, dan memeluk tubuhnya lagi. “baiklah aku akan menggantinya, bagaimana jika kita makan malam? Aku membuatkan sesuatu untukmu,”

Liera mengangguk, dia tidak tahu Julian akan seromantis ini dibalik sikap galak dan dinginnya, dia bahkan menggendong Liera menuju dapur, membuat suasana terasa sangat hangat dan indah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status