My benning
Kini Leira sedang duduk dimana Julian sedang membuat sesuatu dengan bahan makanan dan juga alat masak, ada kesenangan tersendiri bisa melihat pria itu berdiri di sana, rasanya pesonanya jauh lebih tampan daripada ketika Julian akan berangkat bekerja, entahlah mungkin karena Leira tumbuh besar tanpa sosok sang ayah, jadi dirinya lebih menganggap Julian adalah sosok pengganti ayahnya.Sejak menikah hingga saat ini, Julian menjadi hal yang selalu Leira butuhkan, pria itu bisa menjadi sosok ayah untuknya tapi juga bisa jadi sosok suami yang baik, Julian adalah suami yang menjadi idaman kaum hawa, seharusnya jika dikatakan Leira beruntung, itulah kenyataan Leira yang lebih beruntung mendapatkan Julian tapi ada rasa pahit juga dimana Julian bukan suami resminya, hanya suami kontrak.'Bisakah, aku berharap bisa terus melihatnya setiap pagi seperti ini? Apakah aku bisa hamil nantinya?'Leira memikirkan hal itu saat mereka telah menjadi satu dalam gelapnya malam, Julian memberikan banyak sekali, apakah memungkinkan itu langsung terbuahi?Dari referensi yang Leira cari, harus sering melakukan di hari-hari suburnya, Leira bahkan belum membaca tentang masa subur dan siklus haidnya, pengetahuan tentang hamil masih begitu minim, dan begitu buta untuk kesiapan menjadi seorang ibu.Ya, hal yang wajar dan seharusnya tidak terjadi, gadis seusia Leira seharusnya mendapatkan pembelajaraan lebih dahulu tentang pernikahan tapi dirinya harus langsung terjun pada dunia pernikahan itu, jadi wajar jika saat ini dirinya begitu overthinking pada hal yang akan terjadi nantinya."Bagaimana jika sore nanti kita jalan-jalan? Atau ada tempat yang ingin kamu kunjungi?" Tanya Julian, di sela dirinya yang sedang tahap membuat sup untuk gadis itu, tapi saat Julian melirik ke arah sang istri, Julian hanya bisa menatap dan bingung karena Leira tidak merespon ucapannya."Halo Nona! Yang ada di hadapku? Aku sedang berbicara denganmu," Ucap Juljan, pria itu sampai melambaikan tangannya ke arah Leira untuk memberhentikan gadis itu memikirkan sesuatu."Ah? Apa yang kamu bicarakan? Tentang makanan? Dari aromanya seperti enak," Ucap Leira, akhirnya Leira kembali pada dunianya, dia menunjukan senyuman kaku saat menatap Julian."Aku tidak berbicara tentang makananku, my little wife!" Ucap Julian, pria itu meninggalkan bar dapur, berjalan mendekati sang istri dan menarik dagu Liera untuk menatapnya."Katakan apa yang mengganggu pikiranmu?"Leira terlihat ragu saat melihat ke arah Julian, haruskah dirinya mengatakannya? Bagaimana jika suasana hangat ini berubah jika Leifa mengatakannya? Dan dirinya masih ingin menikmati honeymoon ini sampai hari berakhir, membuat kenangan yang akan menjadi kenangan terakhir bersama Julian."Tidak, bukan hal penting, apakah makanan masih lama? Sebenarnya aku sudah mulai merasa lapar," ucap Leira, dia mengalihkan pembicaraan, entah semakin dipikirkan semakin membuat hatinya sakit dan rasa egois semakin menguasai dirinya."Baiklah, lain kali aku tidak akan melepaskanmu!"Julian kembali ke dapur lagi, menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, tangannya mulai mencicipi rasa dari masakannya, lalu menuangkan ke dalam mangkuk kecil, memastikan kompor dan mulai menata untuk makan bersama.Julian menarik kursi di samping Leira, duduk bersama sang istri untuk menikmati sarapan pagi dengan pemandangan kota paris di pagi yang indah, sudah terlihat aktivitas yang dilakukan oleh warga paris, jalanan sudah dipenuhi berbagai jenis kendaraan umum maupun pribadi, karena ini bukan hari libur.Leira juga menikmati sarapan yang Julian buatkan, sepertinya langsung memberikan energi untuk tubuhnya, di tambah lagi pemandangan indah di depan matanya, bagaimana mengatakannya?Ini sangat indah dan tidak pernah dirinya pikirkan, Leira memang punya impian untuk pergi ke paris, tapi siapa yang akan tahu jika dirinya akan kesana bersama seseorang, apalagi adalah suaminya.Keduanya menikmati sarapan pagi hanya dengan keheningan tanpa ada percakapan lainnya, rasanya sudah cukup banyak yang mereka ceritakan, atau mungkin rasa canggung akan kejadian tadi malam.Tidak bisa di pungkiri jika Julian terlalu berlebihan sama Leira dan jika melihat begitu banyak kissmark di tubuh Leira, tapi disisi lain ada rasa bangga yang tidak Julian bisa tutupi."Bagaimana jika nanti sore kita pergi keluar?" Tanya Julian lagi, tangan menunjuk pada menara yang mereka lihat di hadapannya, merana yang jadi ikoniknya paris. "Baiklah, aku juga ingin menikmati liburan ini," Ucap Leira, dirinya tidak akan mensia-siakan waktu liburan ini yang tidak akan terjadi dua kali, banyak list yang sudah menjadi rencana utama Leira ingin ke kota ini, jadi untuk apa jika pada akhirnya hanya berada di hotel terus."Kau yakin? Maksudku kamu bisa berjalan dengan baik?" Tanya Julian, mengingat betapa liar dirinya, Julian sudah yakin jika itu membuat Leira kesulitan berjalan.Leira langsung menundukan kepala dengan malu saat Julian menatap dirinya, kenapa terus membahas hal itu, Leira jadi malu dan tidak bisa berbohong jika itu benar!"Sudahlah berhenti Julian! Aku bisa berjalan dan aku baik-baik saja, aku bahkan masih bisa membiarkanmu melakukannya lagi!"Julian tentu saja terkejut, siapa yang mengajari istrinya berkata seperti itu, berani sekali untuk menggoda dirinya secara terang-terangan, Julian menarik dagu gadis itu dan memberikan tatapan tajam."Siapa yang mengajarimu berkata seperti ini? Katakan jika siapa, aku akan memberikan pelajaran padanya! Istriku ini hanya boleh belajar denganku!" Ucap Julian, pria itu tahu jika dirinya terlalu berlebihan tapi sungguh menyenangkan membuat gadis itu tersipu malu."Kamu! Jadi jika itu yang mengatakan aku sendiri, apa aku akan di hukum juga?" Tanya Leira, kenapa dirinya tidak boleh mengatakan itu jika Julian terus menggoda dirinya, ini tidak adil, apakah dirinya harus terus menjadi gadis lugu?Dia sudah mengenal dunia tentang suami dan istri, jadi hal yang wajar berbicara seperti itu!"Tentu, hukuman yang membuatmu mendesah kenikmatan!"Leira memukul pelan dada bidang Julian, wajahnya terasa panas jika pria itu terus mengatakan hal yang vulgar, "Kamu! Ini masih pagi! Apakah kemarin tidak cukup?"Julian memegang kedua tangan Leira untuk menghentikan memukul dirinya, dia ingin sekali tertawa melihat begitu lucu istrinya, "Leira, kamu tidak tahu saja jika ada olahraga pagi yang bisa di lakukan juga,"Bola mata Leira berbuka lebar, dirinya berusaha untuk kembali memukul pria di hadapannya, bagaimana pria itu begitu mesum, jika seperti ini Leira semakin malu!"Julian, hentikan! Kamu membuatku tidak bisa berhenti mengingat kejadian kemarin!"Dan akhirnya Julian tertawa, wajah Leira begitu merah dengan semu di pipinya, sangat lucu seperti badut, ingin sekali Julian menggigit pipi itu yang terus mengembang dengan pelan Julian membawa Leira masuk ke dalam pelukannya."Baiklah, aku tidak akan membahasnya lagi, jadi saat kamu melamun tadi kamu memikirkan tentang apa kejadian kemarin? Wow, istriku ternyata mesum juga!"Leira menjauhkan tubuhnya dari Julian, dia menunjukan ekspresi jika dirinya sangat marah dengan melipat kedua tangannya di dadanya."Itu tidak benar! Aku tidak memikirkan hal itu! Kau salam paham!""Aku tidak masalah jika kamu terus memikirkan itu Leira, yang terpenting itu adalah diriku, aku sungguh tidak mau kamu memikirkan orang lain, pikirkanlah aku sampai kamu merasa bosan,"Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel