Share

Chapter 60 - Be With You

Sore hari.

Julian menggandeng tangan Leira tanpa rasa malu di depan para pengunjung yang juga menikmati sore di kota paris, cuaca cerah mendukung segalanya, udara sejuk dan langit yang sudah mulai berubah warnanya menjadi lebih orange, warna sempurna untuk menara yang begitu tinggi di hadapan mereka.

Kota romantis adalah paris, jadi itulah yang menjadi destinasi kota ini?

Ketika kaki Leira sudah berhasil berdiri disini, rasanya luar biasa mengagumkan dari yang di bayangkan, euforia yang terasa begitu langsung mengenang di dalam hatinya, jauh-jauh dalam hal yang tidak bisa di katakan, jadi ini adakah kata yang bisa menggantikan kata indah, Liera akan terus menggunakannya.

Dan kebahagian lainnya, adalah ketika dirinya tidak takut jika tangannya bertautan dengan tangan Julian, tidak ada yang akan melarangnya dan hanya dirinya dengan Julian, Leira merasa inilah momen terbaik selama dirinya menikah dengan Julian.

Leira tersenyum menatap bagaimana Julian membawanya entah kenapa tujuannya, dia ingin menyimpan foto dirinya bersama Julian sebagai kenang-kenangan, berpose seperti sepasang kekasih, Leira ingin melakukan hal itu.

Itu juga alasan kenapa dirinya ingin membawa ponsel sekarang.

"Kamu yakin ingin berjalan? Padahal aku bisa menggendongmu," Ucap Julian, pria itu membalik tubuhnya untuk melihat sang istri yang berada di belakangnya, tanpa melepaskan tautan tangan mereka.

"Aku sungguh baik-baik saja, tidak merasa sakit apapun!" Ucap Leira, sudah berulang dirinya mengatakan tapi Julian memang sulit di bantah keinginannya, Leira menyerah jika sudah berdebat dengannya.

"Kamu ingin melakukan apa?" Tanya Julian, dirunua tidak punya rencana apapun, selain ide mengajak Leira keluar dari hotel, sebenarnya honeymoon ini Julian pikirkan untuk membiarkan Sean beradaptasi dengan kantornya, bisa membuat dirinya berpikir tentang pernikahan mereka.

Bohong jika selama ini Julian tidak memikirkan tentang perjanjian pernikahan mereka, dirinya yang dahulu mengajukan hal itu jadi hal itu sudah terjadi sekarang, kertas dan tinta hitam menjadi saksi pertama, pernikahan itu memiliki jangka waktu dan begitu singkat karena hanya tiga bulan di berikan batas waktunya.

Jika dalam waktu tiga bulan Leira tidak kunjung hamil, maka Julian akan menikahi gadis lain dan tentu saja menceraikan Leira, ini adalah permintaan dari pihak Julian dan ayahnya.

Pranikah peraturan pihak ibu Leira, jika dalam kurung waktu tiga bulan Leira berhasil hamil anak Julianz maka pernikahan mereka akan di rahasiakan pada publik, dan Leira akan tetap bercerai dengan Julian, dengan syarat jika Leira tidak akan menjadi janda setelah perceraian rahasia itu terjadi.

Istilahnya Leira hanya memberikan seorang anak tapi diikat dalam pernikahan kontrak.

Jukuan tidak bisa berbuat apapun, tentang perjanjian pranikah itu, yang pada akhirnya membuatnya menyesal sekarang.

Tidak ada yang bisa membuat dirinya mempertahankan pernikahan mereka, kedua belah pihak memiliki jalan yang berpisah dan Julian menyesali akan hal itu sekarang.

Hatinya sepenuhnya sudah memilih Leira sebagai pelabuhan terakhir, cinta yang akan selamanya menjadi miliknya, Julian tidak mau sampai kata berpisah itu terucapkan dalam persidangan perceraian.

"Aku ingin berfoto bersamamu di dekat menara itu," Ucap Leira, setidaknya satu foto saja cukup untuk dirinya, jika suatu hari nanti saat dirinya merindukan Julian, mungkin dengan melihat foto itu bisa membuatnya bahagia.

Julian langsung tersadar dari lamunannya, pria itu langsung mengangguk ucapan Leira, kembali melihat ke depan dan melangkah ke arah menara, untuk sekarang jika Leira tidak hamil atau bisa, Julian tidak peduli.

Selama bisa bersama Leira, Julian tidak akan butuh apapun.

"Gaya seperti apa yang kamu inginkan?" Tanya Julian, dirinya tidak pernah menyimpan fotonya di ponselnya, hanya ada laporan jadwal dan dokumen yang menghiasi ponselnya, Julian bahkan tidak punya akun sosial media.

Leira mengeluarkan ponselnya, dia memikirkan sebuah foto konsep untuk couple, membuat hati dengan menara di tengah antara dirinya dan Julian, saat melakukan pose love dimana tangan mereja yang akan menyatu, Leira menunjukan contoh foto pada Julian.

"Bukankah itu membutuhkan seseorang untuk memotretnya?" Tanya Julian, sebenarnya dia tidak terlalu percaya diri pose seperti itu, gaya itu sepeeti menunjukan jika mereka sepasang kekasih, Julian ingin menunjukan lebih dewasa, tapi gadis yang dirinya nikahi masih muda.

"Tidak perlu, aku hanya perlu menaruh ponselnya di bawah dan kita bisa berfoto, aku yakin kita bisa," Ucap Leiraz dirinya begitu bersemangat untuk melakukannya.

Dia meletakan ponsel nya setelah menentukan angle yang bagus, lalu menarik pria itu untuk mengikuti dirinya.

"Ingat seperti ini!" Ucap Leira, dia kembali mengingatkan Julian, setelah siap gadis itu menggerakan kelima jarinya, dan kamera ponselnya siap memotret keduanya.

Leira langsung berlari saat menurutnya sudah berhasil terfoto, dirinya tersenyum senang saat fotonya sesuai harapannya, walau Julian terlihat begitu kaku, pria itu bahkan tidak tersenyum sama sekali.

"Dia masih tetap tampan, walau tidak tersenyum," Ucap Leira, dirinya membawa ponselnya kembali, sudah cukup sesi fotonya.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Julian, pria itu juga berjalan mendekati sang istri.

Leira memberikan anggukan atas ucapan Julian, "Ayo kita lihat tempat lainnya,"

"Hanya sekali? Aku juga belum melihatnya, jadi kita berfoto seperti mereka?"

Leira memperlihatkan hasil foto pada Julian, lalu disana seperti ada tempat penyewaan pakaian pengantin dan juga photografer, Julian ingin mencobanya?

Tidak mau menunggu keputusan Leira, Julian langsung menyeret gadis itu untuk mendekati mereka, ini aneh kenapa Julian lebih tertarik dengan konsep seperti ini?

"Aku akan membayarnya, jadi bisakah aku mencoba juga dengan istriku?" Tanya Julian, pria itu langsung mendekati sang photografer itu dan menawarkan beberapa dolar, padahal yang ingin mencoba cukup banyak.

"Maaf Tuan, anda harus menunggu seperti yang lain,"

Leira dengan senyuman terpaksa, menyeret Julian untuk ikut berbaris seperti yang lain, kenapa pria itu selalu saja ingin di utamakan.

"Kamu ini kenapa Leira?" Tanya Julian, padahal Julian ingin membuat kenangan lebih dari sebuah foto, konsep yang photografer itu sewakan cukup membuat Julian berpikir mereka tidak pernah punya foto pernikahan yang sesungguhnya, Julian ingin berpose dengan bahgia dan menganggap itu sebagai kenangan terbaik.

"Kamu tidak bisa mendahului orang lain, mereka juga punya hak dan sebanyak apapun uang yang ada kamu berikan, keadilan itu penting Julian!" Ucap Leira, dia tahu jika Julian sangat ingin tapi ini kota asing, mereka bukanlah siapa-siapa, jadi Leira mengerti tatapan itu.

"Tapi, Leira—"

"Aku tahu Julian, mari kita bersabar sedikit, aku juga ingin seperti pasangan sederhana lainnya, aku tidak masalah jika harus menunggu selama berada di dekatmu," Ucap Leira.

Julian hanya bisa menghela nafas, mendengarkan ucap Leira yang begitu dewasa membuat dirinya yakin jika Leira tahu jika Julian sangat ingin, senang Liera bisa sedewasa itu dalam berpikir.

"Baiklah, Maafkan aku jika aku tidak bisa memahami keadaan, aku selalu ingin bisa memberikanmu kenangan terindah,"

Leora hanya bisa tersenyum, jadi Julian memikirkan tentang kenangan secara tidak langsung jika Julian memikirkan pernikahan mereka, jika seperti ini rasanya takut kehilangan semakin kuat, padahal kita masih bersama bahkan saling menatap satu sama lain.

'Bisakah aku mengatakan jika aku menyesal sekarang? Aku ingin menikah dengan atas dasar cinta, bisakah kertas dan tinta itu di hapuskan, bersama perjanjian itu?'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status