Share

Red String

Author: Ayaya Malila
last update Last Updated: 2021-07-08 05:15:35

Gelak tawa memenuhi sebuah rumah besar berlantai tiga di Richmond, pinggirin kota London. Pesta yang cukup ramai sedang berlangsung di kediaman keluarga Thompson. Liam tampak bangga berdiri di samping ayahnya, sementara Brandon berdiri mengangkat sekaleng minuman ringan sambil melingkarkan lengan di pundak Liam.

Mereka mengadakan perayaan atas lolosnya tender ayah Liam dalam pembangunan gedung pencakar langit baru di pusat kota London. 

"Aku bangga padamu, Brandon. Kau memiliki bakat yang luar biasa. Aku tak sabar ingin bekerja penuh waktu denganmu saat kau lulus nanti," seru Mr. Thompson, ayah Liam, sembari mendekatkan kepalanya pada Brandon.

"Dua tahun lagi, Dad! He will be all yours!" Liam mengacungkan dua jari membentuk huruf V yang disambut tawa renyah ayahnya.

Di antara gegap gempita itu, Brandon mencari-cari sosok yang selama ini juga ikut mendukungnya, lalu seutas senyum muncul dari bibirnya saat melihat Camilla sedang bersandar di dinding di sudut ruangan yang juga sedang memandang ke arahnya. Gadis cantik itu melambaikan tangannya bangga. Brandon kemudian turun dari panggung dan menghampirinya.

Kecupan singkat dan pelukan hangat, Brandon berikan untuk kekasihnya. "Terima kasih sudah ikut menemaniku," ucapnya.

"Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kesuksesanmu," Camilla balas memeluk Brandon erat. Dua tangannya ia kalungkan ke leher Brandon.

Sebuah pencapaian luar biasa untuk remaja yang baru berusia 16 tahun. Pencapaian pertamanya dan yang jelas bukan yang terakhir. Sebab setelah proyek bersama ayah Liam, Brandon menerima proyek lain yang berasal dari dosennya. Lagi-lagi proyek itu berjalan lancar. 

Pekerjaan demi pekerjaan Brandon jalani, tanpa terasa hingga hari terakhirnya di masa perkuliahan. Tabungannya menggelembung, saldo dalam rekeningnya semakin bertambah, memunculkan ide gila dalam kepala briliannya untuk mendirikan sebuah perusahaan kecil-kecilan atas namanya sendiri.

Ide gila yang disambut luar biasa oleh Liam. Bahkan dia orang pertama yang menyetujui serta mendukung keinginan Brandon. "Aku akan membantumu. Apapun yang kau butuhkan, aku selalu siap!" seru Liam.

Brandon tak mau memberi jeda waktu sedikitpun dalam mewujudkan cita-citanya. Sehari setelah wisuda kelulusan, ditemani oleh ayahnya dan juga Liam, Brandon berburu gedung sederhana dengan harga murah untuk disewa. Pilihan pun jatuh pada sebuah gedung tua di pinggiran kota London.

"Are you sure, Son?" Alex, sang ayah, mempertanyakan kesungguhan Brandon, melihat pilihan anaknya jatuh pada gedung yang temboknya tampak lusuh, dengan sedikit retakan di sana-sini. 

"Hanya untuk sementara, Dad. Kalau tabunganku terkumpul lagi, aku akan menyewa di pusat kota," jawab Brandon sungguh-sungguh. 

Alex yang memperhatikan keseriusan dalam sorot mata putranya, pada akhirnya menyetujui keinginan sang putra. Seorang ayah akan selalu mendukung apapun keputusan putranya, meskipun kadang pilihan yang dibuat oleh sang anak kadang tak sepenuhnya tepat, namun di situlah letak kehebatan orang tua, membersamai di saat-saat terbaiknya dan membantu sang anak berdiri ketika terjatuh.

Hari pertama menempati gedung tua itu dihabiskan dengan membersihkan dan memperbaiki tiap sudut ruangan. Mengecat ulang dan menambahkan ornamen dan dekorasi baru untuk mempercantik tempat kerja barunya, dibantu oleh kedua orang tuanya, kakak, Liam dan juga Camilla. Brandon juga berbelanja peralatan dan furniture kantor serta barang-barang penunjang lainnya, sampai sisa uang di tabungannya hanya tersisa beberapa poundsterling saja.

Akan tetapi, semua lelah itu terbayarkan saat Brandon menerima klien pertamanya. Ditambah kepuasan yang didapatkan oleh sang klien dengan hasil pekerjaan Brandon. Lalu, bergulirlah klien kedua dan berikutnya dan berikutnya lagi. Tabungan Brandon terkumpul kembali dalam waktu kurang dari dua tahun. 

Kini, uangnya cukup untuk menyewa dua lantai di pusat perkantoran di sebuah gedung pencakar langit terkenal dan ikonik di London, The Gherkin. Lagi-lagi, Brandon tak menyia-nyiakan waktunya. Seluruh properti dan furnitur yang ia miliki di gedung tua, ia pindahkan seluruhnya ke tempat sewanya yang baru.

Keberuntungan Brandon tak berhenti sampai di situ. Proyek-proyek besar mulai ia tangani. Tender demi tender ia menangkan. Bahkan Brandon mampu membawa perusahaannya, Gallagher and Co., melantai di bursa saham. Brandon menjadi salah satu pengusaha muda yang masuk di deretan 100 nama besar di sebuah majalah bisnis paling prestisius di Inggris, pada usia 25 tahun. Paras menawan Brandon juga tampil berkali-kali di sampul majalah. Namun, ada resiko yang harus ia hadapi di puncak kesuksesannya, yaitu berkurangnya waktu bersama keluarga dan orang-orang terdekatnya. 

Hubungannya dengan Camilla kian renggang, seiring sibuknya Brandon dalam pekerjaan. Ditambah dengan persiapannya dalam menghadapi undangan pengajuan tender yang akan diadakan bulan depan, membuatnya harus benar-benar mempersiapkan segalanya secara matang. 

Saat itu Brandon berpikir, dia bisa mendekati Camilla kembali setelah semua pekerjaannya selesai. Namun, tidak demikian halnya dengan Camilla. Tanpa Brandon sadari, Camilla telah menjauh pada jarak yang tak bisa tergapai. Camilla juga telah menyiapkan suatu hal besar untuk 'membalas' Brandon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Love From Thames   Happiness Is Real

    "Namun, sebelum itu, kami harap anda hadir ke kantor untuk memberikan sedikit kesaksian," sela salah seorang polisi yang berdiri di samping Hendra."Iya, tentu," Zivanna mengangguk. Meskipun matanya lembab dan pipinya basah oleh air mata. Akan tetapi, dia merasa sangat lega saat itu."Bagaimana, Daisy? Apakah kau bersedia pulang ke London bersamaku? Ataukah Raja ...."Zivanna langsung menghentikan kalimat Brandon dengan menempelkan telunjuknya di bibir tipis kemerahan pria asli Inggris tersebut. "Aku tidak akan kembali pada Raja, Brandon. Sedari awal, aku sudah jatuh cinta padamu," tutur Zivanna."Benarkah?" Brandon menatap paras cantik itu lekat-lekat. "Katakan sekali lagi," pintanya."Aku mencintaimu, Brandon. Aku sangat mencintai dan merindukanmu," ucap Zivanna penuh keyakinan."Apakah itu artinya ... kau bersedia menikah denganku?" tanya Brandon lagi dengan sorot tak percaya.Zivanna mengangguk kuat-kuat."Ya, Tuhan. Ini seperti mimpi," Brandon mengangkat tubuh Zivanna tinggi-ting

  • My Love From Thames   Free Life

    "Tidak," wajah Zivanna memucat. Dia mundur perlahan sampai punggungnya menabrak sandaran kursi makan. Dia berniat untuk melarikan diri. Namun, sebelum hal itu terjadi, para pengawal Wiyasa sudah lebih dulu menangkap dan mencekal tubuh rampingnya."Menyerah saja, Nak. Tak ada gunanya kamu melawan. Kita akan mati bersama-sama di rumah tua ini," Atmariani memiringkan kepala. Dia memperhatikan kecantikan paras Zivanna yang berada di atas rata-rata. "Sebenarnya aku merasa sayang jika gadis secantik kamu harus berakhir mengenaskan. namun, ini adalah harga yang wajib kamu bayar karena telah menghancurkan kehidupan kedua putri kami.""Aku cucumu, Nek," Zivanna mulai terisak. Dia tak dapat menerima kegilaan ini. Tak pernah Zivanna sangka bahwa dia akan mati di tangan orang-orang yang seharusnya menyayangi dan menjaganya setulus hati."Tidak," Wiyasa menggeleng. "Dari awal, kami tidak pernah mengakui kebodohan Rosanna yang memilih untuk kawin lari ke luar negeri. Dia bahkan hamil dan melahirkan

  • My Love From Thames   End of The Line

    Zivanna terbangun ketika cahaya matahari menerobos masuk melalui lubang kecil di jendela kamar yang berlubang. Sudah tiga malam dia tidur di rumah tua yang terkesan aneh tersebut. Selama rentang waktu itu, dia tak bisa berhubungan dengan dunia luar. Entah bagaimana kabar Raja beserta keluarganya.Zivanna menguap, lalu bangkit perlahan seraya mengamati daun jendela yang berlubang di sana-sini. Penasaran, Zivanna beringsut turun dari ranjang dan mendekat ke daun jendela. Lubang-lubang kecil itu membentuk lingkaran sempurna. "Jendela itu terkena peluru," ujar seseorang secara tiba-tiba. Sontak Zivanna berjingkat saking terkejutnya, lalu membalikkan badan. Tampak Atmariani tengah berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan semangkuk bubur ayam."Sarapan dulu," ujarnya datar. Atmariani melangkah masuk dengan gayanya yang selalu terlihat anggun. Dia meletakkan nampan tadi ke atas nakas. "Setelah itu, bersiap-siaplah. Kami akan membawamu berjalan-jalan keluar.""K

  • My Love From Thames   Seek of Revenge

    Hendra tersenyum puas karena berhasil mengajak ayah kandung Zivanna untuk bertemu di London. Sekarang giliran Brandon yang dia tuju. Brandon Gallagher memiliki kekuatan dan pengaruh yang cukup besar untuk membantu Hendra menjemput Zivanna. Dengan langkah terburu-buru, Hendra berjalan menuju apartemen mewah Brandon. Sayangnya, pria yang hendak ditemuinya itu sedang mengadakan pertemuan di sebuah restoran dengan mantan kekasih yang kini menjadi saingan bisnisnya, yaitu Camilla."Katakan apa keperluanmu. Aku tidak punya banyak waktu," ujar Brandon dingin dan datar."Aku hanya ingin mengajukan kerja sama. Kudengar, kau kembali aktif dalam perusahaanmu," tutur Camilla, masih dengan gayanya yang tampak selalu percaya diri."Aku tidak tertarik untuk bekerja sama dengan siapapun. Aku hanya berfokus pada memperbaiki sistem dan rencana bisnis ke depannya," tolak Brandon tanpa basa-basi."Selama ini perusahaanmu dalam posisi autopilot dan dikendalikan sesekali oleh Liam. Kau pasti mengetahui ji

  • My Love From Thames   Danger

    "Apa cuma ini barang-barangmu?" tanya Atmariani dingin. Zivanna menjawabnya dengan anggukan pelan."Ya, sudah. Kebetulan, di rumah nanti, kamu akan mendapat barang-barang dan pakaian baru. Ditinggal di sini juga tidak apa-apa," saran Wiyasa. Raut ramah yang senantiasa ditampakkan di hadapan keluarga Atmaja, seolah sirna. Ekspresinya saat menghadapi Zivanna, terlihat begitu dingin dan datar."Ayo, jangan buang-buang waktu," Atmariani menyodorkan koper Zivanna pada salah seorang anak buahnya sambil memberikan isyarat pada anak buahnya yang lain untuk mengapit Zivanna agar tak melarikan diri.Zivanna sendiri sudah pasrah atas semua yang akan dilakukan oleh Atmariani dan suaminya. Dia juga tak mengucapkan sepatah katapun sampai dia memasuki mobil SUV keluaran lama.Di dalam kendaraan, Zivanna hanya terdiam, sampai mobil itu berhenti di sebuah rumah tua di pinggiran kota Jakarta."Rumah siapa ini?" tanya Zivanna pelan.Wiyasa tak segera menjawab. Dia malah membantu Atmariani untuk turun da

  • My Love From Thames   Wrong Path

    "Apa mereka menyakitimu, Nak?" Hana mulai was-was dengan keadaan Zivanna. "Tidak, Tante. Hanya saja saya kecewa ketika Tuan dan Nyonya Gumilar mengatakan bahwa Raja tidak akan datang kemari. Dia juga membatalkan rencana pernikahan kami," jawab Zivanna lesu. "Itu yang terbaik untuk kalian, Zi," sahut Hana dengan segera. "Bolehkah tante menanyakan sesuatu padamu?" "Silakan, Tante." "Apakah kamu mencintai Raja ataukah hanya merasa berutang budi padanya?" tanya Hana lugas. "Saya ...." Hening sejenak. Zivanna tak melanjutkan kata-katanya. Hana hanya dapat mendengar desah napas gadis cantik itu. "Raja melakukan segalanya demi saya. Sekarang saatnya saya membalas semua kebaikan Raja. Apapun yang dia inginkan, akan saya lakukan," lanjut Zivanna pada akhirnya. "Jadi, apakah kamu mencintai Raja?" Hana mengulang pertanyaannya. Zivanna kembali terdiam, sampai-sampai Hana harus menunggu beberapa saat lamanya. "Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Tidaklah sulit untuk mencintai Raja, Tante," jaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status