Share

Dosen Cantik

"Sore Om... Tante... Maaf Papa belum balik mungkin sebentar lagi" ucap Yumna.

"Silahkan duduk, Yumna buatkan minum dulu ya sebentar" lanjutnya.

Rina dan Arga hanya tersenyum mengangguk.

"Maaf ya Om jika rumahnya berantakan, soalnya ibu pengasuh lagi libur seminggu ini anaknya sakit jadi ga ada yang bantuin beresin rumah disini"

"Ya Om tahu kok Papa mu sudah cerita, kamu pasti capek bolak-balik kampus rumah yang lumayan jauh" ujar Arga.

"Maafin Om ya, seharusnya Om bisa lakuin ini sendiri tapi nyatanya ga bisa dan butuh bantuanmu" lanjut Arga.

"Tak apa Om, Yumna ikhlas kok. Lagian dulu juga pernah kuliah di jurusan yang sama jadi ga masalah. Diminum dulu Tante. La itu Papa pulang"

"Pa ada Om Arga nih" sahut Yumna.

"Ya Papa sudah tahu tadi sudah kasih kabar mau kesini" ujar Julian.

"Ternyata putrimu lebih cantik aslinya daripada fotonya ya Jul" ucap Arga.

"Semoga saja Yusuf bisa jinak dan mau berubah syukur syukur mau nikah sama Yumna"

Deg....!!!

"Maksudnya apa ya Om Arga ngomong gitu?" Bathin Yumna berseloroh

"Anaknya saja selalu bikin orang kesel kok berjodoh dengannya sama aja mati pelan-pelan ya" lanjutnya dalam hati.

"Dia sudah punya kekasih mas, sekarang di London. Mungkin dua atau tiga bulan lagi dia baru bisa balik biasa urusan bisnis" sahut Julian membuat Arga melongo.

"Wah kalah cepet aku, siapa yang beruntung besanan sama kamu Jul?" Tanya Rina penasaran.

"Ituloh Rin, putranya Pak Baskoro pemilik tambang batubara dan emas se-Asia tenggara" lanjut Julian bukan maksud pamer tapiJulian ingin menegaskan saja jika Yumna sudah ada yang memiliki.

"MasyaAllah, beneran nak Yumna?" Arga tambah tertampar seperti apa sosok Yusuf jika dibandingkan dengan Radit pasti kalah jauh.

"Iya Om tapi kami hanya baru sebatas dekat saja kebetulan dia dulu senior saya jadi sering ketemu terlebih mas Radit lebih sering membantu," sahut Yumna.

"Senangnya jadi Radit ya pasti dia bahagia bisa sama kamu" seloroh Arga.

"Nak apapun itu Tante hanya mau minta tolong ke kamu, bantu Yusuf berubah jadi lebih baik yaa" sahut Rina.

"InsyaAllah Tante..." ucap Yumna.

"Oia, gimana kalau makan malam dulu Tante... Om... Kebetulan tadi Yumna dah masak tapi soal rasa ga jamin sih seenak restoran" Yumna menggaruk kepalanya perlahan membenarkan jilbabnya kemudian.

Ketiga orang paruh baya disana saling pandang. Julian mengangguk dan tersenyum.

"Ayo Arga dan Rina. Jangan bilang jika kalian tak mau nyeselloh justru masakan Yumna masakan terenak kedua setelah Mama nya meninggal"

"Papa ga boleh gitu lah...! Bagaimanapun Mama tetep yang terbaik" protes Yumna.

"Baik...baik kau tetap nomor satu nak" sahut Julian.

"Tuh kan mulai lagi" kesal Yumna.

"Ayo makan kalau debat terus kapan makannya" Yumna mempersilahkan ketiga orang tua lebih dulu, baru setelah selesai baru dia yang mengambil makanan.

****

Stella dan Yusuf saling melumat meluapkan hasrat. Sebenarnya Yusuf enggan bertemu dengan Stella tapi Andre yang memaksanya. Karena dibalik semua ada sogokan uang yang tak sedikit dari Stella buat Andre. Andre memanfaatkan Stella yang terpenting buatnya adalah uang yang diberikan Stella tidak sedikit dan tanpa diketahui Yusuf tentunya.

"Aku kangen kamu kemana aja huh, beberapa hari sulit dihubungi?" Ujar Stella.

Yusuf masih menatap Stella jarinya menyentuh bibirnya, membuat Stella merona.

"Cantik..." Gumam Yusuf.

"Aku ga kemana mana. Aku sedikit capek dosen baru buatku ga bisa bergerak sama sekali"

"Bagaimana kalau pindah kampus saja Suf, kita bisa tiap hari bersama bukan?" Ajak Stella.

"Aku ga mau, sebentar lagi juga selesai tanggung. Kalau aku keluar berarti aku kalah dong sama itu dosen dah berhasil buatku keluar dari kampus" sahut Yusuf.

Tanpa sadar Stella membenarkan perkataan Yusuf.

"Benar juga, kayak gimana sih orangnya kok aku ga tahu. Pasti orangnya pendek, hitam, gemuk gi..."

"Kamu salah" potong Yusuf.

"Justru orangnya masih muda, berjilbab besar orangnya mungil jauh dari kata sexy sepertimu. Tapi tetap terlihat cantik di mataku. Dia Lulusan terbaik dari Harvard university" lanjut Yusuf.

Cupp...

"Sudahlah jangan bahas dia buat mood jadi tambah buruk" pinta Yusuf.

Yusuf kembali melumat bibir cerry Stella membuat si empunya kembali menyalurkan hasrat kerinduannya yang beberapa hari terpendam.

"Kita mau...lanjutin ga?" Tanya Stella.

"Aku harus balik, Papa ku marah marah jika aku telat balik" sahut Yusuf.

"Besok kita bisa lanjut lagi" lanjut Yusuf.

"Bener ya, aku masih kangen nih sama kamu" Stella mengusap dada Yusuf perlahan membuatnya harus menahan nafas sesaat.

"Kenapa...?" Stella melihat gelagat Yusuf yang mulai terbakar karenanya.

"Ga papa, aku balik yaa" ujar Yusuf.

"Beneran..."

"Iya bener bye" Yusuf segera pergi sebelum Stella berhasil menggodanya lagi.

Stella memang cantik tapi untuk berhubungan di luar batas Yusuf tak pernah memikirkannya walaupun dia super dingin dan angkuh di luar.

Yusuf memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menembus malam.

***

"Anak itu bener bener keterlaluan sudah larut masih saja keluyuran" gumam Arga kesal.

"Sudahlah kita tunggu sebentar lagi Pa, mungkin dia masih di jalan" sahut Rina.

Tak selang berapa lama kemudian mobil yang ditumpangi Yusuf sampai di rumahnya.

"Itu kayaknya sudah kembali. Inget Pa jangan marah marah. Oke" Rina menepuk bahu suaminya.

Ceklek

"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?" Tanya Arga mengintrogasi anaknya.

"Ya kuliah lah masa ke klub" jawab Yusuf ngasal.

"Nak, kami sekolahin kamu buat jadi orang bener bukan malah keblinger kayak gini" cerca Arga.

"Sudah Pa, aku capek urus saja urusan Papa dengan istri barumu itu" Yusuf berlalu tanpa menghiraukan perkataan Arga.

"Anak itu... Apa kita nikahkan saja ya biar dia punya rasa tanggung jawab setelah punya keluarga" sahut Arga.

"Jangan gegabah Pa, kita pikirkan nanti toh kandidat nomor satu sudah gugur. Padahal Mama suka dengannya" ujar Rina.

"Ya kau benar, Yumna kandidat itu bukan? Atau kita nunggu kekasihnya yang di London balik baru bicara pada kekasihnya itu?" Usul Arga ngasal.

"Papa ini mana mungkin ada orang yang mau ngelepasin orang yang dicintainya. Papa mau Mama pergi buat yang lain?"

Tanpa nunggu jawaban Rina sudah tahu pasti jawabannya.

"Maka dari itu harus hati hati" sahut Rina.

Sementara di kamarnya Yusuf tak dapat memejamkan matanya. Pikirannya selalu tertuju pada Yumna apalagi setelah kejadian tadi siang di kampus sulit hilang dalam benaknya. Dan lagi baru kali ini dia dipermalukan oleh seorang wanita.

"Bu dosen yang cantik apa sudah punya kekasih?" Ujar Dion.

"Kalau belum boleh dong saya daftar pertama kali?" Lanjutnya.

Yumna menatap tajam pada Dion dan membuat Dion salah tingkah.

"Ini bukan pertanyaan dalam pelajaran saya maka saya skip saja" sahut Yumna.

"Halah bilang saja tak laku mana ada laki laki yang mau dengan penampilannya yang seperti itu cupu. Bener ga teman teman?" Yusuf seakan akan sedang memprovokasi teman temannya.

Yumna beralih menatap tajam pada Yusuf.

"Memangnya wajib ya ngadain pengumuman dengan siapa kita sedang dekat saat ini?'' ketus Yumna berujar dengan tatapan mata membunuh.

"Apalagi kalau cewek judes lagi galak mana ada laki-laki yang tertarik" tambah Yusuf.

Yumna mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

"Sabar Na istighfar, dia sengaja mancing emosimu!" Bathin Yumna menenangkan diri kemudian berjalan ke arah Yusuf.

Yusuf pun menegang tak seperti biasanya dia gugup padahal sebelumnya tak pernah dia begini, tapi dia berusaha menguasai perasaannya.

Yumna mendekat tepat disamping Yusuf.

"Jangan sombong ya dengan wajah rupawan dan banyak penggemar. Karena itu hanya titipan. Bisa jadi Allah bakal cabut nikmat itu jika kau lupa diri" bisik Yumna membuat Yusuf mematung sesaat.

"Bilang saja jika kau juga tertarik denganku ibu dosen yang cupu. Jangan sok jual mahal pura pura malu tapi sebenarnya mau" Yumna pun berbalik sesaat. "In your dream!" Sinis Yumna.

"Kamu fikir kamu siapa prestasi saja tidak punya, tampang doang yang sok cool tapi otak kosong melompong" ketus Yumna membuat Yusuf makin kesal.

Yusuf terbayang wajah manis Yumna jika sedang emosi terlihat begitu cantik beda dengan kebanyakan gadis yang dikencaninya.

"Dia berbeda tapi... Argh... Kenapa juga mesti mikirin cewek judes macam dia. Rugi ga ada untungnya yang ada buang buang waktu saja" gumam Yusuf.

Dia mulai terlelap dengan segala pemikirannya.

***

"Pagi Bu..." Sapa seorang mahasiswa yang melewati Yumna.

"Hhmm" jawab Yumna tanpa ekspresi sedikitpun.

"Hai Ndre, kemarin transferannya dah masuk kan?" Stella masuk ke kelas Yusuf dan langsung mendaratkan bokongnya di kursi yang biasa diduduki Yusuf.

"Hhm, iya. Kamu ngapain kesini kalau Yusuf denger bisa digantung aku" Andre berseloroh.

Stella tertawa mendengarnya.

"Ga akan percaya deh" ucap Stella santai.

"Sebentar lagi ada kelas mending kamu keluar gih, sebelum ketahuan sama dosen yang..."

"Slamat pagi" sapa Yumna.

"Duh gawat, mana Yusuf belum datang lagi" Dion melirik Stella yang masih santai di kelas Yumna mengajar.

"Apa tugas yang kemarin sudah selesai? Bisa dikumpulkan sekarang di meja. Buat yang belum mengerjakan siap siap ya kena hukumannya" ucap Yumna.

"Apa kamu mahasiswi baru disini?" Tanya Yumna menatap Stella.

"Bukan" Stella singkat.

"Jika bukan kenapa berada di sini?"

"Aku hanya..."

"Maaf aku terlambat.."

Semua mata menatap ke arah sumber suara terlihat Yusuf datang dengan terengah engah sepertinya habis marathon.

"Apa kau ikutan lomba olimpiade?" Yumna menatap lekat Yusuf dari atas hingga bawah.

"Menurutmu...?" Yusuf ketus dengan Yumna.

"Dilihat dari penampilan meyakinkan tapi dilihat dari prestasi aku yakin kau tidak akan menang"

"Darimana saja kamu kenapa bisa terlambat?" Lanjut Yumna.

Yusuf mengabaikan pertanyaan Yumna dan langsung duduk dengan santainya.

"Kamu silahkan keluar dari kelas saya" tunjuk Yumna pada Stella.

"Jika kau masih tetap disini maka siap siap saja jika besok namamu tidak terdaftar di kampus ini" lanjut Yumma.

"Kau mengancam ku, memangnya siapa kau huh berani begitu padaku?" Sahut Stella tak terima.

"Aku??? Kau mau tahu siapa aku?" Yumna menatap keseluruh mahasiswanya.

"Aku adalah putri pemilik kampus ini bagaimana?" Seloroh Yumna membuat semua yang ada di ruang kelas melongo seketika termasuk Yusuf.

"Jadi dia orangnya, yang sering diceritain Papa. Anaknya Om Julian. Kenapa ga mirip sama dia yaa, gadis ini terlihat menyebalkan" gumam Yusuf.

"Silahkan keluar atau perlu dipanggilkan security. Tahu kan dimana pintunya?"

Stella menahan kesal segera berlalu dari ruangan itu.

Yumna masih menatap tajam pada Yusuf. "Kamu kenapa datang terlambat? Kamu pikir kelas saya apa? Tempat bermain bisa keluar masuk seenaknya?"

Tok ..tok ..tok ..

Yumna menoleh ke arah pintu.

"Om Arga kenapa kesini?" Sahut Yumna berjalan ke arah pintu.

Yusuf yang mendengar nama Papanya disebut langsung menoleh ke arah pintu. "Papa... Ngapain ke sini?" Gumam yusuf.

Beranjak bangkit menemui Papanya.

"Ngapain ke sini Pa?" Ucap Yusuf datar.

"Nganterin ini ketinggalan di meja tadi pagi. Ini tugasmu kan?" Ujar Arga.

"Kalau gitu Om permisi dulu ya Na, titip salam buat Papamu. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam, iya Om nanti saya sampaikan hati hati Om" sahut Yumna.

Arga langsung menatap tajam pada Yusuf sesaat sebelum kemudian berbalik untuk pulang.

"Anak tidak tahu terima kasih sama orang tua memang lahir dari batu apa?" Yumna melirik sinis pada Yusuf.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status