Flo memiringkan tubuhnya. Kakinya memeluk sesuatu yang dipikirnya adalah guling. Untuk sesaat Flo mengingat jika di hotel tidak ada yang menyediakan guling. Lagi pula sesuatu yang dipeluknya itu terasa keras.Jika tidak ada guling, lalu apa yang aku peluk di kakiku.Flo membuka matanya perlahan. Selimut yang menutupi tubuhnya, membuatnya tidak dapat melihat apa yang dipeluk di kakinya. Untuk tahu apa itu, dia pun membuka selimut dengan perlahan. Alangkah terkejutnya ketika mendapati kaki di sana.“Ach ….” Flo langsung berteriak dan bangkit dari sofa seraya menarik selimutnya.“Ada apa?” Kafa yang mendengar suara ikut bangun. Kesadarannya belum pulih sama sekali. Membuatnya menatap bingung ke segala arah.“Kenapa kamu tidur di sini?” tanya Flo kesal.“Oh itu.” Kafa yang menyadari jika yang membuat Flo berteriak, memilih kembali tidur.“Kenapa tidak menjawab dan malah tidur?” Melihat Kafa yang mengabaikannya, membuat darah Flo mendidih. Kesal sekali rasanya diabaikan padahal dia benar-b
“Perfect.” Suara Daris terdengar membuat Kafa dan Flo yang masih dengan posisinya tersadar. Perlahan mereka menjauhkan dirinya. Semua lega karena akhirnya pemotretan berakhir juga.Kafa dan Flo pun mengganti pakaian mereka kembali.Sambil mengganti pakaiannya, Flo tidak menyangka jika dia akan berpose di depan kamera. Tadi, dia sempat takut. Namun, dia mengingat bagaimana dulu kakaknya sering memamerkan pose pemotretan padanya. Semua pemotretan itu, sama persis seperti yang kakaknya lakukan dulu.Rasa rindu seketika menyelinap masuk ke hati Flo. Masih terasa berat baginya kehilangan kakaknya. Namun, perjuangan baru saja dimulai dan Flo tidak akan berhenti sampai di sini.Di luar Kafa menunggu Flo, dia mengobrol dengan Daris dan melihat foto-foto yang tadi dihasilkan oleh Daris.“Foto-foto yang kamu hasilnya selalu sempurna,” ucap Kafa memuji Daris. “Aku rasa bukan hanya letak siapa fotografernya, tetapi siapa modelnya.” Daris m
Perjalanan akhirnya berakhir juga. Kapal berlabuh di dermaga. Kafa dan Flo turun dari kapal. Saat sampai, mereka semua disambut oleh hamparan pasir. Flo yang tak sabar bergegas turun. Melepas sepatunya, karena ingin merasakan pasir pantai.Saat pasir menempel di telapak kakinya, melewati celah-celah jari kakinya. Senyum mengembang di wajahnya ketika merasakan sensasi itu. Begitu bahagia untuk hal kecil itu. Kafa yang melihat istrinya begitu senang, ikut tersenyum. Seolah kebahagiaan menular padanya.“Ayo,” ajak Kafa.Dengan menenteng sepatunya, Flo mengekor di belakang Kafa. Sepanjang jalan, mata dimanjakan dengan pemandangan laut yang begitu indah. Membuat Fla tak sabar untuk masuk dan menikmati berenang di sana.Mereka sampai di vila yang berada di tepi pantai. Flo begitu semangat masuk ke vila. Vila begitu luas. Terdiri dari beberapa kamar. Pemandangan laut lepas terlihat dari dalam vila. Seolah itu adalah pemandangan khusus pemilik vila.
Setelah kejadian tadi, mereka berdua masuk ke kamar masing-masing. Di dalam kamar Kafa tersenyum sambil melihat bibirnya yang jadi dower.“Sepertinya ini sebanding dengan nikmatnya,” gumamnya melihat penampakan dirinya dari pantulan cermin. Sedikit mengingat bagaimana tadi dia menikmati bibir manis Flo. Belum lagi, bagaimana Flo menyesap bibirnya untuk mengurangi darah yang mengalir membuatnya benar-benar gila.“Kenapa aku memikirkannya?” Kafa menggelengkan kepalanya. Menyadarkan dirinya jika dia hanya menjalani pernikahan kontrak saja. Jadi tidak mau terjebak dalam pesona seorang Danica Florencia.Di kamar lain, Flo juga melihat wajahnya dari pantulan cermin. Merutuki kebodohannya yang menyesap bibir Kafa untuk membuat darah di bibir Kafa berhenti. Kejadian hari ini benar-benar tak diduga oleh Flo. Namun, dia sadar jika menikah dengan Kafa adalah pilihan. Dikelilingi dengan popularitas, banyak pencari berita yang ingin memberitakannya.“Kenapa ak
Perut yang berdemo terus membuat mata yang tadinya terpejam, akhirnya terbuka perlahan. Flo melihat ke sekitar mencari letak jam dinding. Maklum, tempat baru, jadi dia tidak tahu di mana letak jam dinding. Waktu sudah menujukan jam tujuh malam. Itu artinya, dia sudah tidur cukup lama.Flo berangsur bangun. Hal pertama yang dilakukannya adalah menyegarkan dirinya terlebih dahulu. Sekalinya perutnya terus berdendang, tetap saja tidak akan nyaman ketika harus makan dalam keadaan tubuh yang bau.Mengayunkan langkahnya pasti, dia masuk ke kamar mandi. Netranya membola melihat pemandangan di hadapannya. “Kamar mandi ini lebih besar dibanding kamar kosku.” Rasanya jiwa miskin Flo meronta-ronta. Sungguh berapa banyak uang orang kayak hingga membuat kamar mandi begitu besar.“Untuk apa mereka membangun kamar mandi besar? Pada akhirnya, mereka hanya beberapa menit saja di kamar mandi,” cibir Flo. Tak mau juga berlama-lama di kamar mandi, dia pun bergegas untuk mandi.Tubu
Flo mengikuti Gala untuk menemui manager yang akan menanganinya. Flo yang melihat Dinda tersenyum. Dia pernah bertemu dengan Dinda saat mengantarkan berkas kala itu. Di mana terjadi sebelum kejadian foto yang beredar.“Din, ini model baru itu, istri dari Pak Kafa.” Gala memberitahu Dinda.“Hai, kita bertemu lagi.” Dinda menyapa Flo.“Iya, Bu.” “Panggil saja Dinda.” Dinda pastinya tidak enak mengingat yang menjadi modelnya adalah istri pemilik tempatnya bekerja. Flo hanya mengangguk.“Baiklah, Flo. Kamu bisa mulai bekerja, Dinda akan mengarahkanmu.” Gala menatap Flo. Kemudian pergi setelah mendapat anggukan dari Flo.Dinda yang melihat Flo tersenyum. Memintanya untuk duduk di sofa ruangannya. Tampak Flo begitu canggung.“Aku senang kamu bergabung di sini. Sejak awal aku melihatmu aku sudah tahu kamu cocok jadi model.” Wanita yang usianya tiga puluh lima tahun itu. Sejak awal dia melihat wajah Flo begitu menjual. Sehingga dia b
Flo dan Kafa menarik lembut tangan Kafa. Mengajaknya keluar dari ruangannya. Namun, sebelum mereka pergi Kafa mengajak Flo untuk melihat persiapan model yang akan tampil di fashion week lusa.Saat memasuki ruangan, Flo melihat jelas jika model-model itu sangat profesional berlenggak-lenggok. Mereka model yang sedang mempersiapkan diri itu adalah model profesional di K Management. Bentuk tubuh mereka sangat memenuhi standar model.Sejenak Flo merasa rendah diri. Mungkin berlenggak-lenggok seperti itu tidak akan pernah dilakukannya. Karena dirinya tidak memenuhi standar model.Kafa menanyakan jadwalnya, akan di urutan berapa dirinya keluar dari stage. Setelah mendapatkan info jika dia segera mengajak Flo untuk pergi. Melanjutkan niat untuk makan siang bersama.Kafa mengajak Flo makan di restoran yang berada di kantor. Restoran itu adalah ide Kafa, agar memudahkan para model makan sesuai dengan kebutuhannya.Flo yang pertama kali masuk ke restoran merasa heran.
Beberapa brand lokal dan internasional sudah membuka stand di acara fashion week. Semua menunjukkan koleksi mereka di tahun ini. Para pengunjung yang datang pun melihat-lihat koleksi keluaran terbaru yang hanya dikeluarkan di momen fashion week. Tak melepaskan kesempatan untuk mendapatkan koleksi limited edition.Di saat suasana di depan begitu ramai dengan pengunjung, di belakang stage para model bersiap untuk tampil di acara fashion show. Beberapa brand yang sudah memakai model-model dari K Management mulai menyiapkan persiapan penampilan mereka. Semua model di K Management hampir mendominasi acara. Membawakan koleksi brand-brand lokal mau pun internasional.Flo yang ikut Kafa ke acara melihat para model bersiap. Hiruk pikuk di belakang stage begitu membuat Flo baru tahu jika inilah yang terjadi di belakang panggung. Biasanya, dia hanya melihat hasil. Yaitu para model yang berjalan di catwalk dengan koleksi-koleksi yang mereka bawakan.Kafa juga langsung bersiap.