Share

My Sweet Husband
My Sweet Husband
Author: Alviprtwi

01

Menjadi anak tunggal dan perwaris utama dalam perusahaan ayah nya bukan hal yang harus gadis itu banggakan. Nyatanya semua itu tak seindah yang pernah dibanyangkan oleh semua orang. Dituntut harus menjadi apa yang tidak kita inginkan mungkin akan terlihat memaksakan hidup, dan itu yang sedang Shanin Adisty Atmaja rasakan dalam hidup nya. Setelah kepergian sang ibu, Shanin harus menerima kenyataan jika ayah nya harus menikah lagi dengan seorang wanita yang juga memiliki seorang anak perempuan.

Dongeng tentang ibu tiri mungkin bukanlah omong kosong belaka bahkan saat wanita itu sudah menjadi ibu tiri nya. Sikap dan perhatian orang ibu tidak diperlihatan oleh nya melainkan hanya kebencian pada Shanin. Ditambah saudari tiri nya yang selalu iri dan berlaku kasara padanya membuat nya seolah seperti dipenjara dirumah sendiri.

Tak hanya itu dengan berani nya meraka memprovokasi tuan Hendra Atmaja untuk membenci anaknya sendiri. Dan bahkan sering kali pria tua itu tak segan berlaku kasar oleh anak kandungnya jika Shanin membangkang dan keras kepala. Shanin sendiri tak berdaya saat ayahnya saja mempercayai orang seperti meraka, untuk apa ia harus membela dirinya. Ini hanya kepercumaan yang sia-sia.

Ia adalah sosok yang periang dan mudah rapuh. Mungkin ia terlihat keras kepala jika dibanding kan oleh dirinya yang dulu. Kehilangan sosok ibu dalam hidup nya membuat dirinya seolah dipaksa dewasa sebelum waktu nya.

Penderitaan selama belasan tahun mungkin sudah hal lumrah baginya jadi ia tak akan terkejut jika suatu saat takdir akan membuatnya menderita lebih hebat lagi, dan mungkin kebahagiaan tak berpihak dalam hidupnya.

18 tahun adalah usia yang mustahil untuk dijalan bagi semua orang saat dirinya harus menerima beban. Perusahaan ayah nya sendiri ditambah oleh tuntutan pendidikan yang mau tak mau harus Shanin jalanin sampai saat ini. Disaat kawan sebaya masih merasakan indahnya bermain. Keseharian hanya dipenuhi oleh tumpukan kertas tak pernah usia. 

Dentingan sendok menyeruak dalam acara makan malam itu. Tak ada satu pun orang yang berbicara, tatapan meraka hanya tertuju pada makanan yang sedang terhidang.

“Sebelum kau pergi aku ingin membicarakan hal penting pada mu pah” ucap salah seorang wanita yang tak lain adalah ibu tiri gadis itu.

Agnes Arumi, wanita dengan segala kelicikannya kini menatap serius tuan Hendra.

“Apa yang ingin kau bicarakan, sayang?” tanya Hendra.

Agnes melipat kedua tangannya ke dada memberi ekspresi sinis pada Shanin. Ya sudah jelas pembicaraan ini akan tertuju pada dirinya.

“mengapa kau tidak menggantikan Zhidni saja untuk perusahaan mu yang ingin gulung tikar itu pah? Kau sudah tahu jika Shanin itu sangat payah. Bahkan kinerjanya dirinya tak bisa kita andalkan, coba lihat sekarang apakah perusahaan mu ada kemajuan setelah dipimpin oleh dirinya? Cih yang benar saja!”

Rasanya begitu menyakitkan saat dirinya dihina oleh khalayak banyak orang. Shanin bisa melihat tatapan tuan Hendra yang penuh amarah disulutkan oleh nya. Sedangkan gadis yang bernama Zhidni Arumi, saudari tiri Shanin haya tersenyum licik penuh kemenangan padanya.

“Itu tidak benar pah, aku bisa melakukan yang terbaik bagi perusahaan kita. Aku hanya butuh waktu” sarkas Shanin penuh keyakinan.

Agnes tersenyum remeh. “sampai kapan waktu itu akan datang, Shanin? Sampai perusahaan ayah mu benar-benar gulung tikar? Kau terlalu percaya diri hingga tak sadar kau tak mampu melakukan hal itu.”

“Ya, yang dikatakan mama benar, pah” timpal Zhidni tak mau kalah.

Hendra hanya diam tak bergeming. Ia menatap Shanin penuh arti dan amarah. Kursi makan ia pukul mundur seraya bangkit dan mendekat pada sosok gadis yang juga menatapnya ngeri.

Plak ...

Satu tamparan mampu mengejutkan seisi ruang makan. Namun keterkejutan itu hanya ekspresi sementara yang diperlihatkan oleh kedua wanita kejam itu. Wajah kemenangan tersulut kembali saat tuan Hendra dengan angkuh menampar Shanin hingga tersungkur kebawah.

Darah dari sudut bibirnya mengalir tanpa henti. Nyeri yang ia rasakan menjalar keseluruhan tubuh nya yang kini gemetar.

“p-papah ....” lirih Shanin yang masih susah payah menahan tangisnya.

“Kau payah!” bentak Hendra dengan lantang.

Suara keras itu hampir memekakkan telinga gadis itu jika ia tak segera menutupnya saking begitu kerasnya.

“Hentikan! Aku tidak payah, kau yang tak pernah percaya padaku dari pada kedua wanita iblis itu!” ketus Shanin disela tangisnya yang lolos.

“Hei tutup mulut mu gadis bodoh!” tangan Hendra sudah bersiap menampar kembali namun bayangan wajah mendiang istri pertamanya seketika muncul disela wajah Shanin.

“Tampar saja aku pah lebih baik aku mati jika harus hidup seperti ini hiks ...”

Hendra menurun kan tangan nya dan mundur selangkah. Ada rasa bersalah yang muncul ketika ia menampar putri kandung nya sendiri. Seketika tangan itu bergetar hebat, dadanya seketika merasakan sesak yang luar biasa.

Tubuhnya tumbang dipangkuan Shanin yang ikut panik oleh keadaan nya.

Agnes dan Zhidni ikut beranjak dan mendekat seolah menyingkirkan Shanin dari keberadaan Hendra.

“Pah, apa yang terjadi pada mu?” tanya Agnes seolah panik.

Plak ...

Zhidni yang secara tiba-tiba menampar Shanin kembali mengejutkan mereka. “Ini semua terjadi karena ulah mu. Jika kau tidak keras kepala dan memberikan perusahaan itu pada ku maka papa tak akan seperti ini” bentak Zhidni.

“Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memberi perusahaan itu kepada iblis serakah seperti mu!” cetus Shanin tak mu kalah dan kembali menampar Zhidni.

“Hentikan!” bentak Hendra kembali bangkit. Tangan nya yang masih menempel pada dada kirinya kini menatap kedua putri dengan tatapan yang berbeda.

“Akan ku beri kau kesempatan sekali lagi jika kau tak bisa melakukan itu maka bersiaplah perusahaan itu akan ku tutup untuk selamanya.” tegas Hendra

“pah? Apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau memberi kesempatan pada gadis payah seperti dia?” decak Agnes.

“Baik pah aku tidak pernah mengecewakan mu lagi. Aku berjanji” ucap Shanin begitu tersenyum hangat. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status