Share

02

Tidak ada kemajuan yang terlihat dalam perusahaan yang masih dinaungi oleh Shanin saat ini. Keadaan semakin memburuk saat salah satu karyawan melakukan korupsi besar-besaran. Ratusan miliar lenyap begitu saja, ditambah hutang bank yang kian menumpuk yang mana mau tak mau Shanin harus memutar otak. Keadaan perusahaan diperparah setelah demo seluruh karyawan yang ingin dinaikan UMR nya.

Keadaan semakin memburuk. Sorotan wartawan dan awak media tak lepas dari cap buruk perusahaan nya yang kini di ambang kehancuran. Saat dirinya baru saja keluar dari gedung, ribuan wartawan sudah menunggu nya untuk memberi pernyataan tentang perusahaan yanh sebentar lagi akan gulung tikar.

“mba bisa jelaskan kronologi bagaimana perusahaan tekstil anda mengalami kerugian yang begitu drastis?”

“apakah benar UMR perusahaan ada sangat rendah?”

“berapa hutang yang dikatsir oleh bank kepada perusahaan anda?”

“apakah benar perusahaan anda terancam gulung tikar?”

Pertanyaan demi pertanyaan terus dilontar kepada Shanin tanpa henti. Namun dirinya memilih diam tanpa memberi komentar sedikit pun. Kilatan kamera seakan membuat nya muak saat ini. Memilih terus melangkah dan tak menggubris para wartawan yang haus akan berita dan masalah pribadinya. Apakah begitu penting jika dunia tahu tentang keadaan nya sekarang? Keputusan memilih untuk mempertahankan perusahaan itu mungkin adalah tindakan yang salah. Ia terlalu percaya diri dan gegabah. Ia bahkan telah mengecewakan tuan Hendra kembali.

Bagaimana jika ayah nya benar akan menutup perusahaan itu? Apa yang harus Shanin lakukan saat ini? Ia begitu lemah dalam mencerna setiap permasalahan yang kini ia hadapi.

“Gila! Kau serius tentang itu? Bagaimana bisa perusahaan besar mu memiliki hutang sebanyak itu?” tanya seorang gadis yang menatap Shanin tak percaya.

Shanin hanya menghela nafas berat. Memilih menumpu kelapanya pada tangan yang sudah tertumpu pada meja.

“20 triliun bukanlah uang yang sedikit, Shanin. Kau akan mencari nya dimana uang sebanyak itu?”

“Aku juga tidak berbicara bahwa uang itu sedikit huh! Berbicara pada mu sama saja seperti Gavin menyebalkan!” dengus Shanin.

Arana cukup tahu bagaimana sulit nya gadis itu selama ini.

“Lalu apa yang ingin kau lakukan sekarang?”

“tidak tahu” gidik nya acuh

“Hanya itu? Kau ingin menyerah? Ck ayolah hidup bukan tentang maju dan mundur kau juga berhak bahagia, Shanin.” Tegas Arana.

Yang dikatakan Arana mungkin ada benarnya tapi apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia telah kehilangan kepercayaan Tuan Hendra akibat kecerobohan nya sendiri karena tak bisa menebus semua hutang perusahaan nya.

Sebenarnya ini bukan lah sepenuh nya kesalahan dirinya. Hutang itu bermula karena tuan Hendra yang ingin berinvestasi namun terus saja gagal dan mengakibatkan bunga yang menumpuk hingga triliunan. Dan kini Shanin harus menerima beban itu sendiri.

“Mungkin aku kan mencari pekerjaan kali ini” sahut Shanin lagi sembari mendongak menatap Arana sedikit ragu.

“Kau yakin?” Arana bisa melihat wajah keraguan Shanin kali ini.

“Kau akan bekerja apa yang menghasilkan uang sebanyak itu? Jangan becanda!” gerutu Arana.

“Lalu aku harus melakukan apa sekarang? Berhutang kembali ke bank lain dan terus begitu?”

“Ck bukan begitu bodoh, aku punya tawaran untuk mu tapi ini sedikit ekstrim namun jika kau ingin ia akan memberi lebih dari yang kau butuhkan” jelas Arana serius.

Gadis itu hanya mengerit tak mengerti. Apa yang sedang dibicarakan oleh Arana padanya.

“aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan. Ekstrim? Dan siapa dia?” tanya Shanin bingung.

Arana menggeleng geram. “Kemari aku ku beri tahu”

Gadis itu seolah membisik sesuatu ditelinga Shanin. Suaranya begitu pelan tapi masih begitu jelas diperdengarnya.

Mata Shanin membelalak terkejut. “Kau gila bagaimana mana bisa kau menawarkan pekerjaan semacam itu pada ku?! Tidak aku tidak mau, kau keterlaluan, Arana!” ketus Shanin nada tinggi.

“Aish, terserah pada mu. Aku hanya memberi solusi yang memang tepat untuk mu. Lagi pula dimana pekerjaan yang sanggup membayar mu dengan harga begitu tinggi.”

“Tidak! Seburuk apapun keadaan ku sekarang aku tidak akan pernah melakukan hal itu” sarkas Shanin percaya diri.

“ya lupakan saja lagi pula kau memang keras kepala. Jangan sampai waktu membuat kau berubah fikiran dan memohon untuk memberikan pekerjaan itu padamu huh!” dengus Arana tak mau kalah.

Shanin tak menggubris perkataan sahabat nya itu dan memilih memainkan ponsel namun tiba-tiba ada sebuah pesan masuk.

Massage by Zhidni ;

‘Hey dimana kau payah!”

‘Kau memang benar-benar payah, bahkan saat papa masuk rumah sakit kau tidak ada disisi nya’

‘Kau memang payah dan bodoh!, kau harus membayar semua biayanya atau tidak papa akan tiada’

Getaran rasa sakit kini muncul kembali tuan Hendra ternyata masuk rumah sakit dan tentunya permasalahan nya kembali pada uang. Shanin tak mau munafik tentang kesukaan terhadap uang. Sejak kecil ia hidup bergelimang harta dan berkecukupan tentunya. Dan pada saat seperti ini rasanya begitu tak bisa ia terima.

Jujur saja ia tak bisa jauh dengan yang namanya uang. Mungkin uang bukan segalanya bagi Shanin namun segalanya bisa didapat oleh uang bukan? Itu lah sedang gadis itu fikirkan.

Pandangan Shanin kini tertuju pada Gadis yang menatapnya penuh tanya seolah bertanya apa yang sedang terjadi?

“Apa tawaran itu masih berlaku?”

“Hah? Ada apa dengan mu?” Tanya Arana seolah tak percaya.

“Ck. Katakan saja masih atau tidak”

“tentu saja, ini kartu nama pria itu kau bisa menemuinya di alamat yang sudah tertera dalam kartu itu”

Shanin meraih sebuah kartu yang diberikan kepada Arana. Memandangi nya cukup lama.

“YP WIJAYA Corporation” ucap Shanin sembari membaca detail kartu itu.

“Kau yakin sungguh akan menerima tawaran ku?”

Sesaat ada rasa berat hati untuk menjawab jika ini bukan lah keterpaksaan keadaan. Tetapi ini demi kesembuhan ayahnya. Apapun Shanin akan lalukan demi tuhan Hendra, jika pun ia harus kehilangan nyawanya Shanin siap.

“Aku yakin ....”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status