Setelah revisi dua kali dengan dua dosen yang sama, akhirnya proposal Felicia sudah sempurna. Ia sudah memeriksanya lagi mulai dari typo atau tanda baca yang salah juga format kepenulisan proposal penelitian sangat ia perhatikan. Demi menghindari adanya revisi lagi. Karena baik Bu Dinda maupun Bu Rahmi sangat teliti dengan tanda baca dan kesalahan penulisan. Entah mereka mungkin sudah terbiasa membimbing banyak mahasiswa jadi sudah hapal kesalahan- kesalahan dalam proposal.
Berhubung masih pagi, Felicia segera ke tempat fotoko
"Mending lo abisin makanan lo cepetan. Kita mau ke Bu Dinda loh.""Santai. Doi juga ngajar kok hari ini. Pasti ada sampe siang." Jayden tampak santai mengunyah makanannya tidak seperti Felicia yang bahkan sudah menghabiskan semangkuk soto dan teh manisnya.
Felicia memasang wajah masam, semasam es jeruk yang dipesannya kali ini. Ditambah mi ayam super pedas dengan setumpuk sambal diatasnya. Matanya melotot tajam pada pria yang kini asik memamerkan lipbalm buatannya ke para mahasiswi yang mendadak kepo ingin coba.Sepertinya presentasi mereka memang sukses. Jayden bahkan lebih mirip sales lipbalm dibanding mahasiswa yang presentasi. Lihat sendiri hasilnya. Banyak yang kepo dengan produk mereka.
"Hah? Nonton? Gak salah denger gue?" tanya Felicia sambil menggaruk kepalanya yang mendadak gatal."Gak lah. Kan masih jam delapan nih. Bisa kita nonton atau mau yang midnight?" tanya Jayden dengan santai."Gak ah gue ngantuk."
Akhirnya setelah mendapat tanda tangan semua dosen pembimbing dan dosen kaprodi, Jayden dan Felicia bisa mendaftar ke tata usaha untuk pelaksanaan seminar proposal yang diadakan minggu depan. Meskipun waktunya sangat mepet, mereka bersyukur masih bisa mendaftar.Felicia memicingkan matanya saat menulis biodata di buku dan melihat nama Harumi dipaling atas. Ternyata gadis itu sudah mendaftar lebih dulu dan tanpa mengabari di grup mereka. Iya sih gak perlu dikabarin segala tapi kalo begini kan rasanya seperti ... ditusuk dari be
Ternyata ucapan Jayden itu benar. Pria itu menjemput Felicia lagi ke kafe tempatnya bekerja. Ia pun mau tak mau akhirnya pulang bersama Jayden. Lumayan ada tumpangan."Jangan lupa besok kita ke Tangerang. Naik kereta. Baik kan gue ngajak lo naik kereta," ucap Jayden saat mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Felicia.
Felicia langsung menarik tangan Jayden agar segera masuk ke kereta yang pintunya terbuka. Juga tampak padatnya bagian dalam kereta yang membuat mereka harus mendorong tubuh mereka sekuat tenaga agar bisa masuk. Apalagi Felicia dan Jayden masuk ke gerbong umum.Jarak antara Jayden dan Felicia benar-benar terhapuskan. Jayden menahan tubuhnya agar posisi Felicia bisa lebih nyaman di antara para penumpang lain. Tubuh Felicia berada di antara lengan Jayden yang ditopang pria itu. Membuat Felicia menjadi lebih aman di posisinya kini
"Ansel?" Kening Felicia berkerut ketika melihat pria berkacamata itu berjalan mendekat ke arahnya. Ansel mengenakan jas laboratorium lengkap dengan nametag dan ID card pengunjung seperti miliknya.Senyum pria itu mengembang seketika saat menyadari jika gadis yang ia panggil benar-benar Felicia. "Kok ke sini?"
"Kamera lo nih. Thanks ya. Paling nanti gue minta datanya. Pas di kampus aja deh," ucap Felicia yang mengembalikan kameranya pada Ansel."Iya santai. Nanti gue pindahin ke flashdisk aja biar gampang."Felicia mengangguk.