Share

episode 5

26 Agustus 2020

Episode 5

Arsy menatap Sang suami curiga, menurutnya pria itu terlalu bersikap aneh hanya karena dirinya ingin mengundang tantenya Naira,”Kenapa?! Kau terlihat ragu,” sewotnya.

Zein menelan ludahnya sendiri, sepertinya gadis itu sedang kesal, kenapa perubahan sikapnya naik turun seperti wanita hamil? Sebentar-sebentar baik sebentar-sebentar sudah sewot, curigaan pula, padahal dirinya hanya merasa heran saja, karena tiba-tiba dia mengundang wanita yang dibencinya,”Khkhkh, tenanglah, sayang. Bukannya kau sangat tidak suka pada Kurnia?” katanya berusaha menjelaskan agar Sang istri tidak salah paham lagi.

“Itu kalau kau mulai jadi mata keranjang!” balas Arsy galak. Zein tersenyum simpul melihat Sang istri cemburu dengan wanita itu, dia tidak menyangka bisa dicemburui oleh seorang istri yang dulunya sangat kejam, hatinya merasa sangat bahagia karena itu artinya gadis itu benar-benar mencintainya.

“Tentu tidak, sayang. Lagi pula aku tidak mau kakakmu yang dingin itu membunuhku, suamimu ini masih ingin hidup,” canda Zein.

Gadis itu semakin melotot tajam mendengar candaan Sang suami yang menurutnya sangat tidak masuk akal, mana mungkin kakakknya akan membunuh orang tanpa alasan hanya karena sebuah kesalah pahaman kecil, ia pun mengacungkan pisau dapur pada suaminya,”Candaanmu tidak lucu, Zein. Tapi awas saja kalau kau coba-coba!”

Zein mengangkat tangannya menyerah melihat kegalakan istrinya, ia bukan tak mampu melawan gadis itu, bagaimana pun juga kekuatan pria lebih besar dari wanita tapi dia adalah istri tercinta, mana mungkin dirinya tega melukainya bukankah lebih baik mengalah dan menyerah agar hati istrinya merasa bahagia,”Percayalah, sayang. Aku selalu setia. Tiada yang lain yang aku cintai.”

Arsy masih saja kesal meski Zein sudah mengatakan hal itu, ia bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Sang suami, pria itu tidak akan begitu saja membiarkan wanita yang sedang cemburu pergi meninggalkannya, ia pun mengikuti di belakangnya, tapi sepertinya Sang istri tidak menggubrisnya sama sekali, dia pun pindah kedepan gadis itu. Arsy masih saja cemberut seperti kertas kusut, melihat kekesalan istrinya belum juga reda, ia pun merentangkan kedua tangannya berharap gadis itu masuk kedalam pelukannya dan memaafkannya, membuat wajah kusut tersebut. Hatinya hampir saja merasa lega dan bahagia melihat Sang istri berjalan mendekat kearahnya, saat ia hendak mendekap tubuh gadis kecil itu bukannya tubuh itu yang masuk kedalam pelukannya, tapi justru udara kosong masuk ia peluk karena ternyata Sang istri berjalan melewatinya, ia hanya mampu pasrah, setelah itu Zein kembali membalikkan tubuhnya lalu mengikuti Sang istri, ternyata wanita itu masuk kedalam kamarnya, matanya memperhatikan istrinya yang mulai mengeluarkan baju dari almari, hatiny terasa gunda khawatir kalau Sang istri akan meninggalkannya, ia pun mendekati gadis itu lalu memeluknya dari belakang,”Jangan tinggalkan aku, jangan pergi dariku,” pintanya.

Zein memabalikkan tubuh gadis itu agar menghadap kearahnya, tangannya terulur menyentuh dagus istrinya, sedikit mendongakkannya keatas agar mampu menatap wajahnya, perlahan ia pun mendekatkan wajahnya pada Sang istri mengeliminasi jarak diantara mereka, hampir saka kedua bibir itu saling bersentuhan kalau tidak mendengar suara pintu diketuk.

Arsy segera memisahkan diri Sang suami, ia kembali memasukkan bajunya kedalam koper, sebenar dia bukan niat ingin pergi dari rumah, tapi hanya memilih baju yang muat untuknya yang disimpan dalam almari,”Sayang, percayalah! Aku hanya mencintaimu. Lagi pula aku tidak bodoh meninggalkan yang muda untuk orang tua.” Zein benar-benar tidak tahu lagi bagaimana agar Sang istri mengerti, rasanya dia tidak ingin menggoda gadis itu lagi, kalau ngambek susah dibujuk.

“Gombal.” Asry terus memasukkan beberapa baju dalam koper, matanya enggan beralih pada Sang suami, bukannya dia masih gambek, tapi hanya malu karena wajahnya sudah bersemu merah, setelah itu ia meninggalkan Sang suami yang masih berada dalam kamar.

Zein menggelengkan kepalanya, rasanya gadis itu sangat menggemaskan. Kenapa pula dia bisa jatuh cinta pada gadis semacam itu, bahkan tidak pernah sedikit pun hatinya merasa kesal dengan apapun sikap yang diberikan untuknya, apa lagi kecemburuannya yang lebih sangat menggemaskan, ia pun melangkahkan kakinya menyusul Sang istri, jangan sampai kalau Maulana melihat gadis itu ngambek bisa-bisa kepalanya dipenggal.

Arsy mengulurkan tangannya membuka pintu apartemen untuk melihat siapa yang telah datang berkunjung, bibirnya menyunggingkan senyum ramah ketika melihat 4 orang gadis berdiri di depan pintu, Kurnia, Naira, Zia dan Syasya. Kurnia tersenyu ramah melihat Arsy di depan pintu. Tak lama kemudian beberapa tamu uandangan juga datang, Maulana, Firanda dan Evan pun juga datang, gadis itu merasa sangat bahagia karena mereka hadir untuk memenuhi undangannya,”Selamat datang semua,” sambutnya.

Arsy mempersilahkan para tamunya untuk masuk, membawa mereka keruang tamu dan mempersilahkan mereka untuk duduk, tak lama kemudian, Zein datang dengan senyum menawanya. Prai itu mendudukkan dirinya di samping Sang istri, posisi duduk mereka: Arsy disamping kanan Zein, Zia disamping kiri Zein, didepannya ada Evan, Kurnia, Naira dan Sasya, sedangkan Maulana bersama Firanda duduk di kusri samping Zein.

“Ayah. Ayah tahu tidak? Hanya untuk memenuhi undangan ayah, tante Kurnia sampai rela tidak pergi ke butik, lo,” kata Zia manja, gadis itu sengaja membuat ayahnya terkesan pada Kurnia.

“Benarkah?” Zein tersenyum lembut pada putrinya, lalu mengalihkan perhatiannya pada wanita itu, dia tidak menyangka Kurnia sampai melakukan itu untuknya, padahal yang mengundang bukan dirinya melainkan istrinya, sepertinya ada sebuah kesalah pahaman, karena dalam hatinya tidak pernah berniat membawa banyak orang ke apartemennya, akan lebih indah kalau dalam apartemennya hanya ada dirinya dan Sang istri.

“Terimakasih, Kurnia. Selain cantic kau juga wanita yang baik,” pujinya basa-basi, ia hanya ingin menghargai niat baik orang, tapi sepertinya wanita itu salah mengartikannya, lihat saja wajahnya yang sudah bersemu merah.

“Kau terlalu berlebihan, Zein,” balas Kurnia malu-malu. Arsy semakin kesal melihat suami dan wanita itu terlihat akrab, sejak kapan mereka bisa seakrab itu.

“Aku tidak berlebihan, Kurnia. Kau memang cantic,” ucap Zein. Firanda melirik calon adik iparnya, gadis itu terlihat kesal, ia pun melirik Sang kekasih yang sepertinya juga melihat kekesalan adiknya, mungkin Zein hanya berniat terimakasih saja pada wanita itu, tapi sepertinya pujiannya itu menimbulkkan kesalah pahaman bagi istrinya, mungkin ia harus sedikit memberikan teguran pada pria beristri itu.

“Maaf, tuan Surya. Tidakkah anda terlalu berlebihan memuji wanita lain di depan istrimu sendiri?” tegurnya halus. Zein tersentak, kenapa juga dirinya harus melupakan kedua tamu yang selalu memikirkan perasaan istri kecilnya itu, sepertinya ia juga harus menjelaskan agar tidak terjadi sebuah kesalah pahaman, matanya melirik Sang istri yang sepertinya sudah semakin kesal terhadapnya, menyesal rasanya telah memuji wanita lain di depan istrinya, mestinya cukup katakana terimakasih saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status