Share

episode 7

"Hari ini, apa yang anda lakukan, pak?"

tanya Hernandez. Pria itu berdiri di depan meja bossnya sambil memegang map hijau.

"Tidak ada, biarkan mereka menikmati masa tenang ini, aku tidak akan melakukan apapun pada perusahaan Netsu, selama mereka tidak membuat adikku bersedih, "

jawab Ivan tanpa mengalihkan perhatiannya pada kertas yang ada di depannya. Pria itu mengangguk kecil lalu menyerahkan map yang dia pegang.

"Ini, saham milik Yamada, dia bersedia menjualnya pada anda, "

ucapnya.  Ivan mendongakkan pandangannya, tangannya terulur untuk mengambil map itu lalu membukanya.

"Sepertinya banyak pemegang saham ingin berkhianat pada Merik,"

komentarnya.

"Itu benar tuan  Mizuruky,"

balas Hernandez.

Tes...

Cairan kental berwarna merah menetes tepat mengenai namanya yang tertera dalam kertas itu, matanya membulat lalu segera memutup hidungnya.

Hernandez mengerutkan keningnya ketika melihat bossnya mimisan.

"Anda sakit tuan Mizuruky?"

tanyanya.

"Buatkan salinannya! " alih-alih menjawab pertanyaan pria itu, Ivan justru memberikan perintah.

"Baik, "

patuhnya. Hernandez segera mengambil map hijau yang diletakkan kembali oleh bossnya, setelah itu ia menunduk hormat dan pergi meninggalkan ruang kerja bossnya.

Sepeninggalan Hernandez, Ivan menyandarkan kepalanya di kursi, matanya menerawang memandang langit-langit," Tuhan, tolong berikan aku sedikit waktu, aku belum memastikan adikku baik-baik saja, "

gumamnya berdoa.

**

Bel istirahat telah berbunyi menandakan pelajaran telah usai, Kauri segera mengemasi bukunya dan memasukkannya kedalam tas, setelah itu dia mengeluarkan bekal yang dia siapkan untuk anak tirinya, jika dulu dia menikah karena harta maka sekarang dia melakukan itu karena cinta.

"Kauri, "

panggil seorang pria. Gadis itu mendongakkan wajanya, ia melihat Nisio, salah satu temannya berjalan menghampirinya.

"Untuk siapa makanan itu? "

tanyanya penasaran. Gadis itu memandang sejenak kotak makanan yang digenggamnya kemudian dia kembali menatap Nisio.

"Untuk

Revi, aku ingin memperbaiki hubungan dengannya, "

jawabnya.

"Sepertinya nona

Kauri, benar-benar jatuh cinta pada tuan

Netsu,"

batin Nisio.

"Aku pergi dulu Nisio, "

pamitnya.  Setelah itu dia meninggalkan ruang kelasnya, ia mencari keberadaan anak tirinya, tak sengaja matanya menangkap sosok mantan kekasihnya yang berjalan kearahnya.

"Reva! "

panggilnya setengah berteriak. Pria itu menghentikan langkahnya sejenak,  dia mengalihkan perhatiannya pada Kauri, gadis itu tersenyum lalu menghampirinya.

"Ada apa kau memanggilku? "

tanyanya. Gadis itu tersenyum ramah. Senyum itu adalah senyum yang dulu pernah membuatnya tersihir dan kini kembali membuatnya tersihir. Dari kejauhan Revi melihat Sang kekasih menatal ibu tirinya intens, dia mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih, "Brengsek! Dasar wanita murahan,"

umpatnya.

Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati mereka, hatinya semakin kesal saat melihat ibu tirinya seperti hendak menyerahkan kotak makan siang pada kekasihnya.

Brak....

Kauri membelalakkan matanya saat kotak makanan yang dibuatnya jatuh akibat dilempar oleh anak tirinya, dia ingin sekali memaki gadis itu, tapi harus dia tahan karena dirinya ingin menjadi ibu yang baik untuk anak tirinya semua dia lakukan demi cinta pada sang suami.

"Jangan kau pikir,  aku benar-benar menerima mu sebagai istri ayahku! Dan jangan berani menggoda kekasihku!"b

entak Revi.

"Revi, aku mintak maaf jika selama ini aku tidak pernah jadi ibu yang baik untukmu, atau istri yang baik untuk ayahmu,  tapi aku benar-benar mencintainya, aku mohon percayalah padaku,"

pinta Kauri. Revi menatap ibu tirinya penuh dengan selidik,  dia tidak akan mudah percaya begitu saja, lagi pula bisa saja ini hanya akal-akalannya.

Plak....

Kauri hanya diam, dia menerima tamparan itu, ia menganggap ini adalah balasan baginya karena waktu itu dia juga menampar anak tirinya.

Reva membulatkan matanya saat gadis itu hanya diam menerima perlakuan kasar dari kekasihnya.

"Revi! "tegurnya.  Gadis itu mengalihkan perhatiannya pada sang kekasih.

"Kenapa kau menamparnya?"

tanya Reva tidak mengerti. Revi kembali mandang ibu tirinya.

"Aku membencinya, "

desisnya.

Kauri memandang anak tirinya, matanya memancarkan kesedihan, ia dapat memaklumi kebencian itu,  dia tau kesalahannya sangat besar,  dirinya menikah karena harta dan gadis itupun selalu kena marah oleh ayahnya karena sang ayah selalu membelanya, jadi wajar jika Revi sangat membencinya, meskipun dirinya sudah berusaha untuk berubah dan ingin memperbaiki segelanya tapi sepertinya gadis itu belum bisa menerima niat baik darinya,"Aku mengerti

Revi, kau pantas membenciku,  sekali lagi maafkan aku, "

 sesal.

Kauri pergi meninggalkan anak tirinya, hatinya sakit menerima perlakuan kasar itu,  tapi dia bahkan tak bisa membalasnya, tangannya menghapus air mata yang menetes mewakili sakit hatinya, "Aku akan berusaha lebih keras lagi

Merik,  aku mencintaimu,"  batinnya.

**

Merik membereskan pekerjaannya, dia bersiap untuk menjemput anak dan istrinya, hatinya merasa sangat berbunga, meski ia sendiri tak tau kenapa wanita itu tiba-tiba ingin berubah menjadi lebih baik lagi.

Langkahnya terasa ringan saat meninggalkan ruang kerjanya, bibirnya bahkan selalu tersenyum saat berpapasan dengan para karyawan,"Apa kau sudah mulai gila, boss? "

tanya Rumina tiba-tiba.

Merik tetap berjalan tanpa perduli pertanyaan menjengkelkan dari sekretarisnya,  hatinya sedang bahagia, ia bahkan tak tau darimana pria itu datang, tiba-tiba sudah ada di

sampingnnya dan bertanya semacam itu.

"Mau kemana?"

tanya Rumina penasaran.

"Menjemput anak dan istriku,"

jawab Merik.

"Ya

sudah,  setelah itu kembalilah kemari, "

balas Rumina.

"Pasti, "

jawab Merik penuh keyakinan. Setelah itu dia meninggalkan pria itu.

"Brengsek!"

umpat Ivan.  Pria itu menggeram marah melihat layar di laptopnya, dia melihat dengan jelas apa yang dilakukan adiknya saat disekolah,  karena sebelum membiarkan adiknya kembali pada sang suami, ia memberikan sebuah kalung pada Sang adik.

Flash back on

Kauri memandangi kalung berlian yang dibelinya menggunakan uang kakaknya, dia berlutut di

atas ranjang saat memandanginya, "kalung ini terlalu bagus untukku, aku ingin yang simpel tapi indah, "

gumamnya.

"Jika itu yang kau mau, "

sahut Ivan yang tiba-tiba sudah berada di

ambang pintu. Pria itu melangkahkan kakinya menghampiri Sang adik, gadis itu mengalihkan perhatiannya pada Sang kakak.

Sebuah kalung dari emas putih dan bandul permata biru diperlihatkanlah padanya, mata gadis itu langsung berbinar melihat kalung yang ada di tangan kakaknya tersebut," wah, bagus sekali,"

pujinya.

"Aku akan memasangkan di lehermu, "

ucap Ivan. Gadis itu mengangguk lalu mengangkat rambut belakangnya untuk memudahkan Sang kakak melakukannya.

"Sudah, "

ucap Ivan setelah selesai.  Gadis itu tersenyum melihat bandul kalung itu,  dia tak tau saja jika di

sana terdapat alat perekam seperti kamera cctv.

Flash back off

"Aku pastikan kau akan membayarnya, dasar anak ingusan, berani sekali kau bermain-main denganku! " geramnya.

**

Kauri berdiri di

depan pintu gerbang sekolahnya, dia berniat menunggu Sang suami datang menjemputnya, tak lama kemudian Revi datang bersama teman-temannya, melihat ibu tirinya berdiri di depan gerbang, terlintas ide jahil di otaknya, dia pun berjalan menghampiri wanita itu, tapi niat untuk berbuat jahil harus dia urungkan saat mobil ayahnya terlihat dan berhenti didepan gerbang,"Kali ini kau selamat, wanita sialan, "

gumamnya.  Dia pun segera kembali pada teman-temannya.

Kauri tersenyum lembut menyambut kehadiran Sang suami tercinta, terlihat langkahnya sangat ringan saat menghmapiri dirinya.

"Hei,

sayang, "

sapa Merik. Kauri tersenyum sebagai jawaban sapaan suaminya.  Pria itu mengalihkan perhatiannya pada putrinya yang masih berdiri bersama teman -temannya.

"Revi, "

panggilnya.  Setelah berpamitan pada teman-temannya, Revi berjalan menghampiri ayahnya.

Cup....

Dia mengecup singkat pipi sang ayah.

"Hari ini kita akan kembali kerumah dan tinggal bersama lagi, "

ucap Merik. Kedua gadis itu tersenyum mendengar ucapan pria itu.

**

Reva duduk di

tepi kolam renang, matanya terus memandangi kolam tersebut, entah kenapa air dalam kolam tersebut jadi menarik di

matanya, bayangan mantan kekasih yang hanya diam tak membalas saat menerima tamparan dari kekasihnya menari indah dalam pikirannya, "Apa yang kau pikirkan, Kauri? "

tanyanya entah pada siapa. Tanpa dia sadari seorang wanita cantik dengan rambut yang disanggul tersenyum mendengar pertanyaan pria itu.

"Kau memikirkan Kauri,  Reva? "

tanyanya.  Hampir saja jantung pria yang dipanggil Reva itu melompat keluar karena terkejut mendengar pertanyaan dari ibunya, seingatnya tadi Sang ibu tidak ada d

irumah, pria itu menoleh kebelakang, wanita itu berjalan menghampiri putra tercintanya. Reva bangkit dari posisi duduknya untuk menyambut sang ibu.

"Apa kau masih mencintainya? "

tanya sang ibu penasaran. Pria itu tersenyum lalu memeluk sang ibu sejenak lalu melepaskannya lagi.

"Tidak ibu, aku hanya bingung saja dengan sikapnya hari ini, "

jawabnya. Wanita itu semakin penasaran dengan cerita anaknya,  mengerti ekpresi sang ibu yang terlihat penasaran mau tidak mau dia harus menjelaskannya.

"Begini bu, tadi saya di

sekola, Revi menampar

Kauri, yang ku tau dia pasti akan membalasnya,

tapi ternyata tidak. Kauri,  bersikap sangat lembut seakan memahami alasan

Revi melakukannya, "

jelasnya.  Wanita itu mengangguk, ia dapat memahami cerita yang disampaikan oleh putranya dan iya juga tau kenapa gadis itu melakukannya.

"Reva,

ada yang ingin ibu katakan mengenai

Kauri yang sesungguhnya,"

ucapnya.  Reva tersentak, ia jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.

"Tadi saat ibu di restoran, ibu tidak sengaja melihat ibunya

Kauri

bersama pria yang usianya sekitar 50 tahunan,  kebetulan meja ibu dekat dengannya,  tapi dia tidak tau kalau meja kita bersebelahan.....

Flash back on

Terlihat seorang wanita tengah duduk berhadapan dengan seorang pria berumur 50 tahunan, di sebelahnya ada seorang wanita mengenakan gaun hitam dengan rambut di sanggul, "Bukannya itu ibunya, Kauri? "

gumamnya. Wanita itu menajamkan indra pendengarannya, ia pansaran apa yang dilakukan orang itu dan apa yang mereka bicarakan.

"Itu benar

tuan,  jika anda sanggup membayarnya mahar 100 jt dan emas 100 gram, putri ku akan menjadi istrimu."

"Tapi, bukannya putri mu yang cantik itu sudah menikah? "

"Itu bisa diatur, tinggal membuat mereka bercerai saja, lagi pula perusahaan Netsu sebentar lagi akan hancur di tangan anak tiriku, "

Flash back off

"Jadi, tante

Irina,  akan membuat

Kauri

dan paman

Merik

bercerai?" Tanya Reva memastikan.

"Bisa jadi, tapi mungkin dilakukan jika kakak Kauri berhasil menghancurkan perusahaan Netsu," jawab Ibu.  Pria itu mulai memikirkan sesuatu.

"Apa mungkin, kak Ivan,berniat menghancurkan perusahaan Netsu? Apa mereka berdua bekerja sama untuk membuat Kauri  dan paman Merik,

berpisah?" Reva berfikir.

"Ibu juga tidak tahu,  tapi setau ibu, Irina dan

Ivan

 itu tak pernah akur, apalagi semenjak

Mizuruky Sinya

meninggal,"

balas ibu.

"Itu artinya, aku harus pergi menemui paman

Merik

sekarang, lalu aku akan memberitahu rencana jahat tante,

Irina, "

ucap Reva. 

"Itu benar,  jangan sampai anak itu kembali kehilangan cintanya karena ulah ibu dan kakak tirinya, "

timpal Ibu.  Reva memandang sang ibu bingung.

"Kembali kehilangan cintanya? "

tanya Reva bingung. Wanita itu menghela napas, sepertinya memang putranya itu tak pernah tahu kenapa Kauri memutuskannya dan menikahi Merik.

"Kau, dia harus kehilangan dirimu, kau adalah orang yang sangat dicintainya. Tapi, Irina

memaksa Kauri

untuk menikah dengan

Merik

karena Irina

 hanya ingin hartanya saja, gadis itu pada dasarnya hanyalah seorang anak yang ingin berbakti kepada orang tuanya saja, terpaksa menuruti keinginan ibunya," jelasnya. 

Reva tertegun mendengar penjelasan dari ibunya, jadi selama ini gadis itu juga menderita, bukan hanya dirinya saja yang sakit hati, dan sekarang ibunya ingin melakukan hal itu lagi, saat anaknya sudah benar-benar jatuh cinta pada suaminya, ini sungguh tak adil.

"Ibu, aku pergi dulu,"

pamitnya.

"Kemana? "

tanya Ibu. 

"Aku akan menemui paman Merik,"

jawabnya.

"Apa

Merik

 akan percaya? "

tanya ibu ragu.

"Lalu aku harus bagaimana?"

tanya Reva semakin bingung.

"Temui

Ivan, aku yakin dia bisa mengatasi ibu tirinya, sejahat-jahatnya pria itu,  dia sangat menyayangi Kauri, "

jawab ibu.

"Baiklah, aku pergi dulu,

"

pamit Reva.  Setelah itu ia pergi meninggalkan ibunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status