Share

episode 6

28 Agustus 20202

Zein tidak tahu lagi harus bagaimana, calon kakak iparnya itu ternyata sangat pandai untuk membuat dirinya terlihat seperti pria brengsek yang akan merayu wanita lain di depan istrinya, tidak sadarkah kalau dari tadi Sang istri tercinta sudah seperti ular kobra yang bersiap untuk mengeluarkan racunnya, kalau dirinya tidak segera berusaha menjelaskan di depan istrinya, bisa-bisa gadis itu tidak memberikannya jatah malam,”Ah, maksudku. Saya hanya sekedar mengucapkan terimakasih padanya, itu saja dokter Firdaus,” jelasnya agar tidak lagi menimbulkan kealah pahaman.

Firanda firadus menyeringai, bagaimana mungkin seseorang yang hanya ingin berterimakasih terhadap seorang wanita yang bukan istrinya harus memujinya cantic, bukankah cukup ucapkan terimakasih itu sudah lebih dari cukup? Dan itu hanya pada satu orang saja, lalu yang lain seperti dirinya, kekasihnya yang bahkan harus meninggalkan rapat penting hanya untuk memenuhi undangan adiknya tidak mendapat ucapan terimakasih yang serupa.” Hanya padanya? Lalu bagaimana dengan kami? Kau tahu? Aku bahkan melewatkan waktu bersama pasien dan teman-temanku di rumah sakit untuk kesini. Keasihku ini tidak meninggalkan rapat penting hanya untuk kesini. Sebagai seorang suami, tolong hargai persaan istrimu, sadarlah anda sudah tidak muda lagi. Kusarankan jangan suka tebar pesona!” gadis itu mewakili calon adik iparnya memberikan teguran keras.

Zein zulkarnain tercengang, ia bahkan seperti lupa caranya menutup mulut, tidak pernah menyangka sedikit pun, seorang dokter yang begitu lembut bisa bersika setegas itu, pantasalah seorang Maulana bisa memilihnya. Firanda mengalihkan perhatiannya pada wanita canti yang baru saja merasa hatinya berbunga karena mendapat pujian dari seorang yang disukainya,” Dan kau! Sebagai seorang wanita sadarlah akan siapa dirimu, tidak bisakah kau tidak mencari perhatian dari suami orang?!” matanya berkilat tajam, sebagai sesame wanita dokter cantic itu bisa merasakan sakit hati ketika orang yang pling kita cintai justru memuji wanita lain di depan mata kita tanpa perduli perasaankita sebagai seorang istri.

Kurnia merasa harga dirinya terluka dengan perktaan dokter cantic tersebut, gadis itu lebih muda darinya tapi mulutnya bisa berkata begitu tajam dan menyakitkan, rasanya hatinya ingin menangis baru kali ini dirinya sebagai seorang wanita baik-baik merasa dipermalukan.

Zia mengalikan perhatiannya pada Kurnia, wanita itu terlihat sock setelah menerima ucapan begitu menghina dari dokter tersebut, sebagai seorang calon anak tiri, gadis itu tidak akan membiarkan calon ibu tirinya begtu saja mendapat penghinaan seperti ini,”Tunggu tante! Kau bicara seaolah-olah kau tahu segalanya, sekarang dengarkan aku baik-baik!” gadis itu bangkit dari tempat duduknya, meantap nyalang dokter cantic tersebut.

Zein merasakan uara panas menguar dari sekitarnya, matanya melirik kakak iparnya, pria itu terlihat tenang tapi warna gelap sudah sangat terlihat kua disekitarnya, rasanya memang dirinyalah yang bersalah kerena terlalu berlebihan memuji wanita lain di depan istrinya, matanya beralih pada Sang istri yang sudah terlihat sangat kesal, pasti gadis itu merasa dirinya pria bresngsek yang suka mencari perhatian wanita lain.

“Sudahlah, Zia.” Pria itu menyentuh bahu putrinya, tapi sepertinya gadis kecil itu tidak setuju ayahnya berusaha menghentikan semua ini, baginya penghinaan yang diterima tantenya Naira harus terbalaskan, ia merasa ayahnya itu hanya ingin membela dokter cantic tersebut, padahal dokter itulah yang memulai pertarungan dengannya.  

“Ayah. Ayah tidak lihat? Wanita ini sudah tidak menghargai tante Kurnia, harusnya ayah marah karena dia sudah menghina calon ibu tiriku, wanita yang akan menjadi istrimu. Oh, atau karena dia kemari bersama pebisnis muda terkaya itu, Aku sudah tahu ayah. 49% saham perusaan keluarga kita sekarang menjadi atas Namanya.” Zia benar-benar kehilangan kendali, ia berbicara tanpa memperhitungkan keadaan sekitarnya, gadis itu bahkan tidak merasa salah sama sekali pada ibu tirinya yang menahan tangis mendengar ucapannya kalau suaminya akan menikahi wanita lain selain dirinya. Maulana memandang Sang adik tercinta, dalam hati ia bersumpah kalau sampai air mata gadis itu jatuh, pasti akan dibuat hancur apartemen ini.

“Dan Mizuruky itu adalah selingkuhan pelacur itu, ayah.” Zia bahkan tidak sadar ketika dia menghina ibu tirinya saat itu juga keluarga besarnya terancam jatuh miskin dan dirinya bisa jadi akan kehilangan mahkotanya sebagai seorang gadis. Zein terkejut mendengar putrinya bisa menuduh hubungan seorang kakak dan adik sebagai perselingkuhan, ia bahkan sangat takut membayangkan malapetakan yang akan menimpa gadis itu ketika menghina seseorang yang tak berdosa sebagai seorang pelacur.

“Dia sengaja bersekongkol dengan selingkuhannya untuk membuat ayah jatuh miskin, dia tidak mencintai ayah. Percayalah padaku, ayah! Aku melihatnya sendiri, dia berpelukan dengan tuan Maulana,” katanya berusaha meyakinkan Sang ayah yang terlihat masih belum mempercayai dirinya. Maulana tidak menyangka gadis kecil itu sangat berani menghina adiknya tepat di depannya, dalam hati ia bersumpah sebentar lagi akan membuat gadis itu akan membayar semua penghinaan yang dilakukannya pada adiknya.

Plak…

Zein sudah tidak bisa lagi mentolelir putranya, gadis itu sudah sangat keterlaluan. Tanpa menyelidiki dulu kebenarannya langsung menghina orang bahkan menuduhnya berselingkuh hanya karena matanya melihat sendiri Arsy berpelukan dengan Maulana, dia bahkan tidak menanyakan dulu apa hubungan mereka, baginya ini sungguh sangat memalukan dan tidak dapat dimaafkan, menfitnah orang.

“Kau sudah melewati batas, Zia. Arsy tidak selingkuh, Maulana itu adalah kakak seayah beda ibu dari Arsy,” bentaknya. Zia sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau ibu tirinya bukan orang miskin seperti yang terlihat selama ini, bahkan dia memiliki kakak seorang milyader, tapi karena dirinya tidak tahu justru mengira mereka sedang berselingkuh.

“Aku memuji Kurnia bukan karena aku tertarik padanya, Zia. Aku tidak perduli seandainya aku tidak memiliki apapun di dunia ini, bagiku istriku sangat berharga. Ayah kecewa padamu, Zia. Kau menuduh orang tanpa alasan hanya karena kebencianmu pada, Arsy. Ayah kira, kau akan berubah dengan ayah membiarkanmu tinggal sendiri tanpa ayah. Ayah pikir kau akan menyadari kesalahanmu, tapi ternyata ayah salah, kau sama sekali tidak pernah berubah.” Zia menundukkan kepalanya tak sanggup menatap Sang ayah yang telah dibuatnya kecewa padanya, ia menggingit bibir bawahnya menahan isak tangis yang mungkin saja bisa keluar kapan saja, hatinya benar-benar merasa bersalah membuat ayahnya malu dengan menuduh seseorang tanpa bukti dan terbukti dirinyalah yang bersalah.

“Maafkan aku ayah,” sesalnya. Entah bagaimana lagi Zein harus bersikap pada buah hatinya, apakah harus memaafkannya atau tidak, rasa kecewa, sedih bercampur menjadi satu dalam hatinya. Arsy merasakan Sang suami begitu sangat marah, hatinya menjadi khawatir kalau pria itu akan kembali drop jika emosinya terlalu tidak bisa dibendung, ia pun mengambil tangan suaminya lalu menggenggamnya lembut, gadis itu tidak ingin melihat kondisi suaminya semakin buruk, apapun yang terjadi dirinya akan selalu berusha menjaga Sang suami, dalam suka dan duka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status