Home / Romansa / NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama / Kenapa Masih Dihancurkan Lagi?

Share

Kenapa Masih Dihancurkan Lagi?

last update Last Updated: 2025-09-08 17:09:44

"Jadinya mau pesan apa??" tanya Nayanika, tanpa peduli dengan ocehan Meisya tadi.

"Berikan yang paling mahal dan yang paling enak!" cetus Meisya sambil meletakkan daftar menu ke atas meja dengan agak kasar.

"Baik. Kalau begitu, ditunggu. Akan segera kami siapkan," ucap Nayanika, yang kini pergi dari hadapan sahabatnya sendiri.

"Pesan apa, Nay??" tanya Andre yang sudah siap-siap di dapur, untuk membuat pesanan.

"Mau yang paling mahal dan paling enak katanya," ucap Nayanika.

"Ah? Ya apa dong??" tanya Andre, karena takut salah.

"Macha latte sama beef bowl kan??" ucap Nayanika.

"Jadi, buat itu aja??" tanya Andre lagi.

"Ya iya," jawab Nayanika yang pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, saat customer yang benar-benar customer sudah datang.

"Ini, silahkan," ucap Annisa seraya menaruh pesanan milik Meisya.

"Kok kamu yang antar?? Waiterss yang tadi mana??" tanya Meisya dan Nayanika yang sedang mencatat menu bagi pelanggan yang lainnya, pun langsung menajamkan indra pendengarannya, saat mulai dari wanita itu berbicara.

"Eum, yang itu sedang melayani tamu yang lainnya, Kak," jawab Annisa.

"Ya udah. Bawa lagi! Dia yang layani saya tadi! Dia juga yang harus bawa makanannya ke sini!!" seru Meisya dan Nayanika nampak menghela nafas di meja lainnya sambil mencatat bahwa pesanan.

"Itu aja deh, Mbak," ucap pelanggan kepada Nayanika.

"Baik. Akan kami siapkan dulu. Mohon ditunggu," ucap Nayanika, yang cepat-cepat kembali ke belakang dan menempelkan kertas pesanan

, di dekat lubang yang langsung terhubung ke dapur.

"Nay, pelanggan yang tadi mau kamu yang antar ke mejanya dia bilang," ucap Annisa.

Nayanika menghela nafas. Lalu menarik nampan dan membawa pesanan Meisya tadi.

"Iya. Aku antar dulu," ucap Nayanika seraya bergegas untuk membereskan satu wanita, yang benar-benar mengusik ketenangannya.

"Pesanan datang. Ini silahkan," ucap Nayanika seraya menyajikan makanan di atas meja.

"Selamat menikmati," ucap Nayanika sembari hendak pergi. Tetapi Meisya malah menahannya.

"Tunggu dulu!!" seru Meisya.

Nayanika mengembuskan napas sembari mengerjap-ngerjapkan matanya dua kali. Apa lagi kali ini!??

"Iya. Apa ada yang bisa saya bantu lagi??" tanya Nayanika sembari menahan kekesalannya.

"Tunggu di sini. Aku harus memastikan, kalau makanan ini benar-benar steril," ucap Meisya yang mencoba beef bowl-nya terlebih dahulu dan langsung mengeluarkan ekspresi wajah yang aneh. Dahinya mengerut dan bibirnya pun mengerucut.

"Ini tidak ada rasanya!" cetus Meisya, hingga pekerja cafe lainnya segera menatap ke meja, yang ada Nayanika di sana.

Meisya pun kini mencoba minumnya dan ekspresi wajah aneh seperti tadi, malah muncul lagi.

"Pait! Ini sangat pait!" seru Meisya. "Makanan di sini benar-benar buruk!! Pelayanannya juga! Nggak ada ramah-ramahnya sama sekali!! seru Meisya, hingga semua orang yang ada di sini jadi terdiam.

"Mana Bos kamu! Saya mau bertemu dengannya!" seru Meisya kepada Nayanika yang hanya terdiam ini. Hingga pemilik cafe yang mendengar kegaduhan, sampai datang sendiri ke sana.

"Ada apa ini ribut-ribut??" tanya si pemilik cafe tersebut.

"Saya mau komplen!! Makanan dan minumannya tidak enak!! Tadi itu, saya sudah pesan makanan terbaik di sini, ke pelayan yang ini! Tapi, dia malah memberikan saya makanan yang tidak layak! Apa segini kualitas cafe ini!??" seru Meisya,

Pemilik cafe menatap sinis kepada Nayanika dan kemudian bicara kepada Meisya. "Maaf beribu-ribu maaf. Tetapi, kami di sini selalu menyediakan makanan dan minuman yang terbaik. Koki yang memasak pun bersertifikat. Kami tidak asal-asalan, dalam membuat usaha ini. Buktinya, cafe ini pun selalu ramai pengunjung. Tetapi saya tetap akan meminta maaf, apabila makanan dan minuman di sini, tidak memenuhi selera anda. Kami akan perbaiki dengan sebaik-baiknya."

"Pelayanannya juga kurang memuaskan! Sejak saya datang, dia bahkan nggak menyambut saya dengan baik! Senyum juga nggak!" ucap Meisya, yang kini menyasar langsung pada personal Nayanika. Dia, benar-benar ingin membuatnya hancur tanpa tanggung-tanggung.

Nayanika diam menunduk. Ia ingin sekali menimpali ucapan Meisya tadi. Tapi di sini sangat ramai. Ia tidak mau membuat keributan di tempatnya mencari nafkah.

"Maaf. Maafkan kami. Sebagai gantinya, tidak perlu membayar semua makanan ini. Kami berikan secara cuma-cuma alias gratis," ujar sang pemilik cafe.

"Jangan lupa pecat pelayan yang buruk ini!" ucap Meisya yang dengan terang-terangan menunjuk Nayanika, lalu mengambil tasnya dari atas meja dan keluar dari cafe tersebut.

Sang pemilik cafe nampak menahan kekesalannya dan berbicara kepada para pelanggan yang datang.

"Maafkan kami, atas keributan yang terjadi. Silahkan. Silahkan nikmati makanannya," ucapnya sambil tersenyum dan kemudian berbicara kepada Nayanika juga.

"Ayo ikut ke kantor!" cetus si pemilik cafe ini, yang langsung melangkah dan diikuti oleh Nayanika di belakangnya.

Di dalam kantor.

Pemilik cafe nampak berdiri di hadapan Nayanika sambil memberikan peringatan keras kepadanya.

"Ada apa sih dengan kamu?? Kamu sudah bosan bekerja di sini huh?? Kenapa kamu buat nama cafe ini menjadi jelek?? Kamu ingin membuat saya bangkrut atau bagaimana???" cecar si pemilik cafe.

"Maaf, Pak. Saya nggak bermaksud begitu. Tapi, saya cuma mau bapak tau, kalau yang tadi itu teman SMA saya. Dia memang punya masalah dengan saya dan tadi itu, dia sengaja, Pak. Dia emang berniat menghancurkan saya, Pak," ucap Nayanika membela dirinya.

"Saya tidak peduli mau teman SMA mau teman TK sekalipun! Tapi, semua hal tadi sudah sangat mencoreng reputasi cafe saya! Saya merintis usaha ini dari bawah. Saya tidak mau sampai hancur karena satu orang yang punya teman SMA. Jadi, mulai hari ini, saya berhentikan kamu!" cetus sang pemilik cafe dan Nayanika sontak menggelengkan kepalanya.

"Tapi, Pak. Apa bapak tidak bisa memberikan saya kesempatan?? Tadi itu karena dia punya masalah dengan saya, Pak. Jadi dia mengarang-ngarang cerita, untuk menjatuhkan saya," ucap Nayanika dengan memelas.

"Justru itu. Karena kamu punya masalahnya dengannya, cafe saya ini jadi terbawa-bawa. Kalau ada masalah, ya selesaikanlah di luar. Jangan cafe saya dijadikan tempat untuk saling menjatuhkan, sampai nama cafe saya ikut menjadi taruhan. Sudah cukup Naya, saya tidak mau ambil resiko yang lebih besar dari ini. Saya akan hitung gaji kamu bulan ini," ucap si pemilik cafe yang sesegera mungkin menghitung dan menyiapkan sejumlah uang, yang kini diberikan kepada Nayanika.

"Ini, ambilah. Ini gaji kamu yang terakhir dan mulai besok, jangan kembali lagi ke sini," ucap si pemilik cafe seraya menyodorkan amplop cokelat yang berisi uang gaji.

Nayanika menelan salivanya sendiri. Ia ambil amplop cokelat itu dan memeganginya.

"Terima kasih, Pak. Karena sudah pernah memberikan saya kesempatan, untuk bekerja di sini. Maaf, bila saya banyak salah. Saya pamit dulu, Pak," ucap Nayanika seraya berjalan keluar dari ruangan dengan langkah yang lemas.

Meisya benar-benar keterlaluan. Ia sudah hancur diawal. Tapi kenapa masih dihancurkan lagi??

Kesucian, pekerjaannya dan lalu, apa lagi setelah ini?? Kenapa dia begitu jahat? Padahal, ia sudah sampai merelakan segalanya, hanya untuk menutupi kesalahannya di depan suaminya itu.

Nayanika menarik dan mengembuskan nafas dengan panjang. Ia pergi ke loker dan mengemasi barang-barangnya, lalu berpamitan kepada rekan-rekannya yang lain.

"Nay, serius udahan??" ucap Annisa yang sudah berkaca-kaca matanya. Dia masuk bersama dengan Nayanika ke cafe ini. Tetapi malah Nayanika pergi keluar duluan.

"Iya. Maaf ya?? Kalau aku banyak salah. Buat kalian juga, maaf kalau aku udah buat keributan di sini. Semoga kalian semua sehat dan sukses semuanya. Aku pamit dulu," ucap Nayanika yang hendak pergi tapi direngkuh dan dipeluk oleh Annisa terlebih dahulu.

"Kamu juga sehat-sehat ya?? Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang lebih, Nay," ucap Annisa.

"Iya, Nis. Makasih ya? Aku pergi dulu," ucap Nayanika seraya melepaskan dekapan temannya dan keluar dari dalam cafe.

Nayanika pergi ke motornya lalu melaju dan pergi dari tempatnya mencari nafkah, sambil sesekali menahan diri, untuk tidak menangis. Ini bukanlah akhir. Ia yakin, bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini. Ia akan mencari pekerjaan yang lain. Jangan menyerah, biarpun rasanya sangatlah melelahkan dan juga menyesakkan. Wanita yang sedang hamil, yang harusnya lebih banyak beristirahat di rumah. Tapi demi keluarganya dan demi anaknya juga, ia harus bisa dan juga kuat. Tidak boleh menjadi wanita lemah dan juga manja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Membutuhkan Seseorang

    Nayanika membekap wajahnya sendiri. Ia sedang berusaha keras, untuk menghentikan aliran air yang mengalir deras dari kedua matanya ini. Terlalu sering menahan, sekalinya air itu keluar, malah tidak mau berhenti juga sedari tadi. "Nggak apa-apa. Aku bisa. Aku kuat kok," ucap Nayanika, kepada dirinya sendiri. Tidak ada yang memberikannya support. Maka, dirinya sendirilah yang akan melakukannya.Nayanika terus menerus menarik dan mengembuskan nafas. Ia tenangkan dirinya yang penuh dengan kekalutan. Ia usap lagi pipinya yang basah dan kemudian, ia berjalan pulang kembali ke rumahnya. Setibanya Nayanika di rumah. Dia bergegas masuk ke dalam rumahnya lagi. Dia pergi ke dalam kamar dan melepaskan jaketnya di sana, lalu naik ke atas tempat tidur dan meringkuk di atas ranjangnya itu.Rasa laparnya belum hilang. Keinginannya pun masih belum padam dan sekarang, malah ditambah dengan mood yang hancur habis-habisan. Harusnya tadi, ia tidak perlu keluar. Tida

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Akan Tetap Mempertahankan

    "Kak?? Kakak kok udah pulang jam segini?? Masih sore lho ini, Kak," tanya Mentari, yang sedang menyuapi sang ibunda di teras rumah."Iya. Kakak berhenti, Dek," jawab Nayanika lesu."Kenapa berhenti, Kak??" tanya Mentari."Ada masalah sedikit di tempat kerja. Jadi harus berhenti. Tapi nanti kakak cari kerjaan yang lain kok. Kamu sekolah aja yang bener ya?? Nggak usah mikir macem-macem. Spp bulan ini udah kan??" tanya Nayanika."Iya, Kak. Udah sih, Kak," jawab Mentari yang tetap kelihatan lesu. Ia tidak tahu bagaimana keuangan sang kakak sekarang. Kalau tidak bekerja, siapa yang akan mencari untuk ia dan juga ibu mereka??"Apa Mentari ikut cari uang aja ya, Kak??" ucap Mentari dan Nayanika malah terlihat membuat senyuman masam."Buat apa? Kalau kita kerja semua, nanti siapa yang jagain Mama?? Kamu tinggal belajar aja yang rajin. Masalah kerjaan, biar kakak yang urus. Kakak masih punya pegangan uang lumayan banyak kok. Kamu nggak us

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Kenapa Masih Dihancurkan Lagi?

    "Jadinya mau pesan apa??" tanya Nayanika, tanpa peduli dengan ocehan Meisya tadi."Berikan yang paling mahal dan yang paling enak!" cetus Meisya sambil meletakkan daftar menu ke atas meja dengan agak kasar."Baik. Kalau begitu, ditunggu. Akan segera kami siapkan," ucap Nayanika, yang kini pergi dari hadapan sahabatnya sendiri."Pesan apa, Nay??" tanya Andre yang sudah siap-siap di dapur, untuk membuat pesanan."Mau yang paling mahal dan paling enak katanya," ucap Nayanika."Ah? Ya apa dong??" tanya Andre, karena takut salah."Macha latte sama beef bowl kan??" ucap Nayanika."Jadi, buat itu aja??" tanya Andre lagi."Ya iya," jawab Nayanika yang pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, saat customer yang benar-benar customer sudah datang."Ini, silahkan," ucap Annisa seraya menaruh pesanan milik Meisya."Kok kamu yang antar?? Waiterss yang tadi mana??" tanya Meisya dan Nayanika yang sedang mencatat menu bagi pelanggan yang lainnya, pun langsung menajamkan indra pendengarannya, saat

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Dibayang-bayangi

    Nayanika mendorong ibunya yang duduk di kursi roda dan mensejajarkan dengan posisi kursi, yang baru saja ia duduki. Nayanika telan salivanya dan melirik pria, yang sedang membaca rekam medis milik ibunya. Garis wajah yang tegas. Model rambut side part, yang memberikan kesan dewasa dan juga berkelas. Kulit putih dan bibir yang terlihat merah muda, karena pria yang ditatapnya juga bukanlah seorang perokok. Wajar sekali, untuk ukuran seorang dokter, yang pastinya mengutamakan kesehatan. Belum lagi tangannya yang terlihat kekar, dengan urat-urat tangannya yang nampak menonjol itu.Nayanika memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya sekali. Saat bayang sentuhan tangan itu, malah terbesit di dalam kepalanya juga. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Jangan membayangkan yang bukan-bukan. Karena kenyataannya, laki-laki yang duduk di hadapannya sekarang, adalah suami orang."Nama pasien, Ibu Renata ya?" ucap pria tersebut sembari menatap Nayanika, yang malah berpaling muka ke bawah."Iya, dok,

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Ingin Mempertahankan

    Kini, Nayanika pun baru berani memutar kepalanya dan menatap sahabatnya, Meisya."Ha? Gimana?" tanya Nayanika."Gugurin anak itu, Nay! Jangan kamu biarin dia lahir! Gugurin dari sekarang juga!!" pekik Meisya, sampai tatapan ngeri itu, Nayanika tujukan untuk sahabatnya ini."Kenapa?? Kenapa aku harus lakukan itu??" tanya Nayanika."Kenapa?? Kamu tanya kenapa??? Jangan tinggalkan jejak apapun! Jangan sampai Mas Abiyaksa tahu, kalau kamu itu pernah tidur dengan dia dan lagi mengandung anaknya!!" seru Meisya, dengan amat sangat menggebu-gebu. Dia yang memulai permainan ini dan sekarang, dia juga yang panik sendiri.Meisya kira, Nayanika akan mengambil uang yang ia berikan. Namun, hal yang selanjutnya terjadi, malah membuat Meisya semakin tidak habis pikir jadinya.Amplop cokelat yang berisi uang tadi, kini malah ditaruh pada dashboard mobil, lalu diikuti dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Nayanika juga."Aku nggak bisa terima itu," ucap Nayanika dan Meisya pun sontak tersenyum masam.

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Perintah Meisya

    "Mas salah liat mungkin!" cetus Meisya."Ah masa? Aku ingat jelas kok mukanya. Dia teman kamu, yang waktu itu jadi bridesmaid kan?? Masa salah orang.""Ya bisa aja kan? Orangnya cuma mirip-mirip," ucap Meisya sembari mengoleskan krim wajah dengan terburu-buru.Abiyaksa bergeming dan mengingat-ingat kembali kejadian tadi. Terutama, di bagian wajah wanita, yang ia temui saat di rumah sakit.Tapi setelah itu, ia menoleh kepada Meisya yang sibuk mengusap wajah dengan krim dan berucap kepadanya lagi."Kamu sudah terlambat datang bulan belum?" tanya Abiyaksa dan Meisya hanya melirik kaku dan nampak tak terlalu peduli, dengan pertanyaan yang Abiyaksa ajukan."Belum! Aku kan baru selesai datang bulan Minggu kemarin!" jawab Meisya dengan sedikit ketus. Abiyaksa menghela nafas. Ia ingin segera punya bayi juga. Tanpa tahu, bila diam-diam istrinya selalu rutin meminum pil kontrasepsi, sedari masih berpacaran. Dia belum terpikirkan ingin memiliki anak. Masih ingin have fun. Masih menikmati masa k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status