Home / Romansa / NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN / Bagian 6. Bertemu Lagi

Share

Bagian 6. Bertemu Lagi

Author: Putri Barata
last update Last Updated: 2021-12-05 18:35:44

Mungkin pertemuan kita ini hanya sekadar pertemuan yang tak akan berarti apa-apa.

***

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Tak terasa acara pernikahan akan terselenggarakan. Ibu, bapak, aku dan Nea ke kota mengecek gedung tempat berlangsungnya pernikahan. Bukan itu saja melainkan orang tua Deni memesang beberapa kamar di hotel di mana jarak antara gedung dan hotel cukup dekat hanya bersampingan saja.

Ketika orang tuaku masuk gedung. Aku lebih memilih menarik Nea tidak masuk ke sana. Mengajak Nea berkeliling. Lebih tepatnya sedang mencari makan siang untuk kita berdua.

Jujur saja aku tidak ingin ambil pusing persoalan pernikahan meski yang akan menikah itu aku. Aku hanya mengikut apa kata orang tuaku saja. Dan lebih memilih mencari makan disekitaran dari pada menghabiskan waktu di dalam gedung.

Berharap bisa mendapati jajan atau tempat makan pinggir jalan. Bukan apanya, aku tidak memiliki cukup uang untuk makan ditempat bagus seperti restaurant ataupun cafe. Maka dari itu kami memilih mencari makan pinggiran jalan, di mana rasanya juga khas dan enak. Perlu diketahui bahwa jajanan pinggir jalan juga tak kalah lezat dari makanan cafe.

Setelah berkeliling 15 menit. Mataku tertuju ke satu gerobak tak jauh lagi. Segera kutarik pergelangan tangan Nea di mana dia hanya mengikut. Pandangannya berkeliling melihat kota dan padatnya kendaraan berlalu lalang.

Napasku hampir tercekat saat sampai depan gerobak. Melepas tangan Nea dan berusaha menormalkan napas ini. Entah apa yang dipikirkan sahabatku ini sampai-sampai tidak melihat aku disampingnya. Dari tadi matanya hanya terfokus ke sekitaran.

"Kak, pesan dua batagornya. Yang satu pedas dan yang satu nggak pedas." Bagaimana tidak kupanggili Kakak saat dia masih sangat terlihat muda. Mungkin sekitaran tua 5 tahun dari aku.

"Mau dimakan di sini atau dibungkus?" tanya dia ramah. Aku melihat banyak kursi yang kosong di dalam tenda. Saat itu senyumku merekah karena senang. "Makan di sini saja."

"Nea ayuk duduk." Aku menarik Nea kembali.

"Ah, eh, iya, maap Rhena aku terpukau dengan suasana kota begitu rame," ucapnya sambil menyengir kuda. Kami akhirnya duduk berdua saling berhadapan.

"Kalau aku tinggal di kota pasti betah banget. Mana di sini makanan mudah dicari. Di desa kita mau makan begini saja harus ke desa sebelah," kata Nea sedikit cemberut. Aku hanya tersenyum, lagian yang dia katakan semua adalah fakta.

"Makanya nikah aja sama orang kota biar bisa tinggal di kota," ejekku lalu menutup mulut tertawa sendiri.

"Yeh, enak aja. Umur aku masih 20 tahun belum boleh nikah. Kamu aja tuh yang kecepatan nikah padahal masih umur 18 tahun," cerocos Nea sambil menatapku. Seketika tawa tadi langsung berhenti mendengar fakta-fakta tersampaikan darinya. Padahal diumur ku dan umur Nea sudah cukup untuk menikah.

"Ini bukan mauku, Nea. Mauku ingin menyelesaikan sekolah tinggal 1 semester tapi orang tuaku berkata lain."

"Tetep saja, kamu nggak nolak berarti mau."

"Aku udah nolak tapi orang tuaku memaksa." Aku tersenyum kecut atas pengutaraan barusan. Jika saja Nea tahu aku ingin terlepas dari perjodohan ini, aku tidak ingin melakukan ini semua dan aku hanya ingin melanjutkan sekolah juga mengejar mimpiku.

Tak lama pesanan kami datang. Mata Nea terlihat berbinar melihat porsi batagor begitu babyak dan aroma menggiurkan. "Ayuk makan, Rhena. Nggak usah bahas itu dulu," ujarnya kulihat membaca doa kemudian memakan makananya.

Sudah aku katakan Rhena memang sedikit aneh, terkadang menyebalkan. Terkadang juga semanis ini. Jika saja dia bukan sahabatku sudah kupastikan Nea kubuang ke Antartika.

"Ahh, pedis bangettt," pekik Nea sambil terbatuk kecil. Aku panik dan berdiri dari duduk. Baru saja tadi aku ingin memakan batagor punyaku, namun, Nea mengagetkan.

Karena gelas di meja ini tidak kulihat tersedia jadilah aku segera ke gerobak tadi meminta gelas darinya. "Kak, minta gelasnya." Tanpa melihat ke arah penjual aku segera menuju ke Nea saat ditanganku ada gelas.

Segera kutuang air dingin tersedia di meja buat Nea. Perempuan itu langsung saja meneguk banyak kali sampai rasa pedas itu terhenti. Kusapu punggung Nea setelah berhenti minum. Aku melihat batagornya lalu beralih ke batagorku. Membulatkan mata ternyata punya kami tertukar.

Nea dangat tidak suka dengan pedas. Aku juga sampai lupa memeriksanya ketika diberikan batagor sama kakak penjual. "Kamu sih nggak cek dulu," omelku ke Nea masih mengibas tangan ke wajahnya memerah akibat kepedasan.

"Pedas banget Rhena," keluhnya membuatku bingung harus apa.

Seseorang dari belakang menepuk pundakku. Mungkin kakak penjual tadi. Leherku berbalik kebelakang melihat siapa. Betapa terkejutnya aku melihat pemuda itu sambil menyodorkan tangannya terisi beberapa permen ke arah aku. Kulit putihnya sangat mendukung bentuk wajahnya begitu perfect.

Pemuda yang sempat aku tabrak di rumah dan sekarang bertemu ditempat seperti ini. Sedangkan Nea tadi masih mengibas ikut berbalik. Dia juga sangat kaget melihat pemuda tampan itu. "Ambil ini buat teman lo," ucap nya ramah langsung kuangguki begitu saja. Sebenarnya siapa sih dia? tanyaku dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 28. Good Morning, Dear

    Jangan salahkan jika seorang takut pada situasinya."Good morning, Dear," sapa Deni kala Rhena menggeliat manja. Meskipun rambut acak-acakan wajahnya tetap terlihat cantik natural tanpa polesan make up. Sudah banyak yang mengakui Rhena cantik dan jika dilihat dia tak seperti anak sekolah sewaktu belum menikah.Perlahan mata Rhena terbuka. Deni tersenyum bahagia lalu cepat mengecup kening istrinya. Tidak sadar jam berapa dia tidur semalam, Rhena lalu menepuk kening kala mengingat belum menunaikan kewajibannya tadi subuh."Aauuughh." Langsung saja Rhena ingin bangun dari tidur dan meringis kesakitan pada bagian intim tubuhnya."Hati-hati, Sayang." Dengan sigap Deni membantu Rhena dan berusaha menutupi tubuh indah milik Rhena dengan selimut mengingat dia sedang tidak memakai apapun. Tersadar akan hal itu Rhena langsung terkejut seakan lupa kejadian semalam.Menggeleng kecil mengingat kejadian. Mata kini tertuju pada Deni di samping tak berbaring lagi. Dia sudah memakai handuk dipinggang

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 27. I Love You, Rhena

    Pengakuan bagaikan hasutan merobohkan diri.Author POVLumatan kecil antara bibir sepasang suami istri tu terhenti. Deni menatap Rhena penuh keyakinan bahwa dirinya benar menyayangi sang istri. Perlahan menarik pergelangan tangan Rhena menuju kamar. Perempuan itu hanya mengekor tanpa banyak bertanya.Sampainya dalam kamar Deni menuntun Rhena duduk ke kasur lalu kembali menutup pintu kamar. Untung saja rumah juga sudah dikunci tadinya. Perempuan itu hanya terdiam membisu, entah apa yang sedang dipikirkan hingga bisa menurut begitu saja.Deni kembali kepada Rhena. "Kenapa diam saja?" tanya laki-laki yang sudah menjadi suami sah dari Rhena hanya dibalas gelengan kecil."Kamu mau tidur?" Lagi-lagi Rhena menggeleng. Seharusnya dia mengantuk dan tidur tapi pertengkaran tadi membuat rasa kantuk hilang seketika."Boleh?" Entah apa yang sudah memasuki Rhena barusan. Dia hanya mengangguk polos. Apa mengiyakan suaminya kembali menciumnya. Kemungkunan bukan itu yang dimaksud Deni melainkan hal la

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 26. Deni Cemburu

    Aku tidak pernah bermaksud untuk mendatangkan rasa cemburu itu.Aku menghela napas lega kala mobil Vaeru melaju meninggalkan pakarangan rumah. Viyata sangat beruntung memiliki kakak seperti Vaeru yang sangat menyayangi sang adik. Bahkan, mereka masih bercanda sebelum pamit tadi.Pagar ku dorong dan menguncinya kembali. Di mall setelah menonton kami bertiga memutuskan membeli baju yang sama.Baru saja ingin mengetuk pintu rumah ternyata Deni lebih dulu membuka pintu Aku tersenyum melihatnya. Dia hanya terdiam lalu meninggalkanku sendiri di ruang tamu."Kamu sudah makan?" tanyaku. Mata melirik jam pada dinding telah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku menggigit bibir bawah sedikit kikuk. Apalagi Deni tadi hanya menghiraukan pertanyaanku dan masuk ke dalam kamar.Apa dia lagi marah? batinku bersuara.Setelah semua pintu termasuk pagar aku kunci. Dan mengecek dapur melihat makanan ternyata Deni sudah makan. Aku sempat masak sebelum dia mengantarku tadi. Perlahan aku masuk ke kamar, Deni

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 25. Pergi Mall

    Sungguh untuk memberi tahu kenyataan pada orang lain aku belum bisa mengungkap sebenarnya.Deni memberi izin malam ini. Bahkan dia mengantarku ke mall tempat kami janjian. Sebenarnya Oza dan Viyata ingin menjemput tapi aku melarangnya takut sewaktu-waktu Deni tidak memberi izin. Setelah aku sampai 30 menit yang lalu, Deni juga mengatakan keluar malam ini bersama temannya mengingat ada urusan pekerjaan."Temenin gue pipis dong. Please!" Viyata membujuk Oza di mana kami sedang berada di dalam salah satu tono kosmetik."Apaan sih, ngerepotin orang mulu." Oza mendengus kesal. "Sini gue temenin cepet," lanjutnya dibalas cengiran."Rhena, lo tolong tunggu di luar ya, kaka gue mau datang. Mau ikut nonton." Langsung saja Viyata memberikan HP nya ke aku. "Kalau dia telepon angkat aja, dia nggak tahu posisi kita. Tunggu di sini aja ya!" Tanpa menunggu aba-aba dari aku, dia langsung menarik tangan Oza ke toilet.Aku menghela napas. Kebetulan ada sofa duduk tak jauh dari toko kosmetik tadi. Menun

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 24. Kunjungan Oza dan Viyata

    Teman yang benar teman tidak meninggalkan dalam keadaan apapun.•••Sore hari Oza dan Viyata datang ke rumah berniat menjengukku. Awalnya kaget melihat aku yang tidak berbaring di kasur layaknya orang sakit malah membersihkan halaman. Padahal aku sudah melarangnya menjenguk mengingat sudah sembuh tinggal pusing sedikit saja. Baru saja Deni keluar beralasan ada urusan, Oza dan Viyata datang."Gue pikir lo udah sekarat," ejek Oza. Kami sedang duduk di teras luar. Karena kursi teras hanya ada dua jadinya aku mengambil satu kursi makan dari dapur untuk diduduki."Astaghfirullah, jangan sampai ih. Gue cuman demam aja."Disisi lain Viyata menikmati makanan yang dia bawa sendiri bersama Oza. Memang banyak makanan, ada buah mangga,

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 23. Benih-Benih Cinta

    Perasaan ini semakin nyata akan benih cinta yang tumbuh.•••Melakukan hubungan intim pada status yang halal sebagai suami dan istri merupakan kebutuhan tiap pasangan untuk memperoleh keturunan nantinya. Namun, hal ini aku belum bisa wujudkan dikarenakan ketakutan mengingat umur masih terbilang muda untuk merasakan hamil.Meskipun demikian, hari semalam berhasil menciptakan benih-benih dalam hatiku. Deni berhasil mengambil firs kiss yang kusimpan baik untuk suami ku nantinya. Aku memang awam untuk perihal itu tapi adanya Deni yang selalu berusaha memberi kenyamanan tiap sentuhan bibir dan menikmati tubuh mungil ini.Hanya saja, jika untuk lebih jauh. Lagi-lagi kukatakan aku belum bisa melakukannya. Deni sangat senang atas afsu terladeni meskipun organ intimnya tidak menyentuh. Cukup bagian tubuh dari ku dirasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status