Share

NIKAH? TAPI BOHONG!
NIKAH? TAPI BOHONG!
Author: Herofah

1. PROLOG

Seorang lelaki berseragam putih abu-abu tengah berlari ke arah lapangan basket. Senyumnya terus merekah menghiasi wajahnya yang tampan nan rupawan.

Mendapati seorang gadis yang merupakan sahabat karibnya di sekolah sedang asik bermain basket sendirian, Arka lantas berteriak.

"Sitta!" Dia melambaikan tangan mengisyaratkan Sitta, sang sahabat, agar mendekat.

Sitta melempar bola basket secara asal ke sembarang tempat, berjalan gontai mendekati Arka.

"I Love You," Ucap Arka begitu Sitta sudah berdiri tepat di hadapannya.

"I Love You," Ulang Arka, membuat Sitta terbengong.

Untung kondisi lapangan basket sedang sepi dan hanya ada mereka berdua saja di sana, sebab jika tidak, Sitta pastikan dirinya akan menjadi bahan ejekan teman-teman satu sekolahnya.

"Arka? Lo sakit?" Tanya Sitta meski dalam hati dia berteriak kegirangan.

Padahal, awalnya, alasan Sitta mengajak Arka untuk menemuinya di lapangan basket hari ini karena Sitta yang memang ingin mengutarakan isi hatinya pada Arka, sebelum hari kelulusan tiba.

Tapi yang terjadi, dirinya justru mendapat kejutan lebih dulu dari Arka, saat ini.

"Nggak, gue nggak sakit. Gue sehat, Ta." Jawab Arka.

"Oh, gue tau, lo pasti abis mabok?" Balas Sitta yang masih berusaha untuk jaim.

Arka berdecak. "Come on, Sit! Gue baru abis ikut mata pelajaran Pak Kamal tadi, ya kali gue minum dulu gitu?"

"Terus..." Perasaan Sitta semakin dibuat jumpalitan. Apakah Arka benar-benar serius dengan perkataannya tadi?

"Ya, gue cuma mau bilang, I Love You, udah gitu aja," kekeh Arka seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lelaki berlesung pipi itu mengedikkan bahu, seperti putus asa. "Gue emang payah banget, kan?" Tambahnya kemudian. Arka menjatuhkan tasnya dan berjalan mengambil bola basket.

Remaja itu mendrible bola dan memasukkan bola itu ke ring namun gagal. Beberapa kali Arka terus mencoba tapi dia tetap saja gagal. Membuat Sitta semakin dibuat kebingungan dengan tingkah sahabatnya itu.

"Ka, lo serius sama kata-kata lo?" Tanya Sitta mencoba meyakinkan kembali bahwa apa yang dia dengar keluar dari mulut Arka tadi adalah benar adanya, lelaki itu yang baru saja menyatakan perasaan cinta padanya.

Arka mencintainya?

Tapi, sejak kapan?

Dan siapa yang lebih dulu jatuh cinta di antara mereka?

Arka atau dirinya?

Pada akhirnya, Sitta hanya bisa bertanya-tanya sendiri dalam hati.

Arka menghentikan kegiatannya. Membalikkan tubuh dan tersenyum getir.

"Gue serius Ta."

Dan ucapan Arka merubah dunia Sitta menjadi warna-warni.

Sitta sungguh bahagia.

"Jujur, ini pertama kalinya gue merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaan gue sama seseorang," jelas Arka kemudian.

Sitta masih bergulat dengan kebahagiaan di dalam hatinya yang kian membuncah.

"Mungkin karena perasaan gue kali ini emang bener-bener dalem banget, Ta!" Lanjut Arka.

Sitta masih mendengarkan. Senyuman di wajahnya yang manis semakin lebar.

"Itulah sebabnya, gue jadi bingung harus memulai semuanya dengan cara bagaimana? Gue takut kalah sebelum berperang! Gue takut dia menolak cinta gue, Ta. Gue harus gimana?"

Dalam hitungan detik senyuman lebar di wajah Sitta meredup.

Seperti mendapat sebuah hantaman kuat di dadanya, hingga nyerinya tak terkira saat Sitta tahu bahwa apa yang dikatakan Arka, semuanya tidak benar.

"Dia?" Gumam Sitta dengan hatinya yang remuk redam.

"Ya, Dinda, gue suka sama dia Ta! Lo nggak peka banget sih?" Keluh Arka dengan wajah jengkel. Tanpa pernah Arka menyadari, bahwa ada sebongkah hati yang patah saat itu.

Ya, hati milik seorang wanita bernama Sitta Khairunnisa, sahabat karibnya sendiri.

Nyatanya, cinta yang Sitta rasakan selama ini pada Arka, bertepuk sebelah tangan.

*****

"Sitta, cepat keluar, makan malam sudah siap," teriak Ranti, ibunda Sitta.

Suara pintu yang terbuka menandakan bahwa Sitta baru saja keluar dari kamar.

Sitta menuruni tangga dengan langkah cepat sambil menggemblok sebuah tas Ransel besar di punggung.

"Loh, kamu mau kemana?" Tanya Ranti yang terkejut melihat penampilan Sitta yang rapi. Padahal hari sudah malam.

"Mau trekking!" Jawab Sitta tak acuh. Gadis berambut pendek itu berjalan melewati Ranti bahkan tanpa dia berpamitan.

"Bunda tidak mengizinkan kamu pergi ya Sitta, besok kamu kan masih harus sekolah? Ini sudah malam dan lagi Bunda tau kalau teman-teman trekking kamu itu semuanya laki-laki! Mau jadi apa kamu? Disuruh pakai hijab kalau keluar rumah nggak mau! Dan sekarang mau pergi mendaki gunung sama laki-laki yang jelas-jelas bukan mahram kamu! Pokoknya Bunda nggak mengizinkan! Titik!" Tegas Ranti yang memang sejak awal selalu melarang Sitta bergaul dengan lelaki terlalu dekat. Ranti adalah sosok Ibu yang paham agama, hanya saja dirinya terlambat mendidik Sitta sesuai syariat Islam hingga sosok Sitta tumbuh menjadi perempuan urakan, tomboy, keras kepala dan sangat melawan padanya.

"Sitta nggak perlu izin Bunda untuk melakukan apa pun karena Sitta udah dewasa! Lagian minggu depan juga udah lulus-lulusan kok. Mau masuk atau bolos udah nggak akan ngaruh ke nilai," bantah Sitta yang memang keras kepala.

Dan malam itu, Sitta tetap pergi meski tak mendapat izin dari sang Ibunda.

Efek sakit hati atas kenyataan bahwa cintanya terhadap Arka bertepuk sebelah tangan, Sitta memilih untuk ikut trekking bersama teman-teman genk motornya.

Dan kali ini, kepergian Sitta tanpa Arka.

Jika sebelumnya, setiap kali Sitta ikut kegiatan mendaki gunung, pasti Arka tak pernah tertinggal. Keduanya sudah seperti dua sejoli yang tak terpisahkan di sekolah mereka.

Hampir seantero SMA Mahadika tahu bahwa Sitta dan Arka adalah sepasang sahabat fenomenal di sekolah mereka.

Persahabatan yang terjalin begitu saja sejak mereka masih duduk di bangku SD dan berlanjut hingga ke SMA, membuat hubungan keduanya sangat dekat dan lengket.

Arka si badboy dan Sitta yang tomboy, mereka memiliki banyak kesamaan dan sudah melalui begitu banyak hal bersama. Meski pada akhirnya, Sitta harus hancur dengan perasaannya sendiri terhadap Arka.

Perasaan yang tidak seharusnya dia rasakan.

Saat itu, Sitta sudah berada di perjalanan menuju lokasi pendakian.

Bayang-bayang kemesraan Arka dengan Dinda seolah menyiksa batin Sitta tanpa ampun.

Sitta masih terdiam dalam duduknya di dalam mobil ketika ponselnya tiba-tiba berdering.

Tanda adanya sebuah pesan baru masuk.

Sitta merogoh ponselnya di saku celana, entah kenapa, besar harapan Sitta bahwa yang mengirim pesan saat ini padanya adalah Arka.

Dan saat Sitta membukanya, ternyata benar pesan itu memang dari Arka.

Arkadian

Ta, lo di mana? Gue ke rumah lo ya sekarang?

Sitta

Gue lagi di jalan ikut Bang Keling, mau nanjak!

Arkadian

Hah? Gila lo! Rombongan Bang Keling kan mau nanjak ke gunung Semeru? Lo seriusan ikut? Terus nyokap lo ngizinin gitu?

Sitta

Nggak usah basa-basi, lo mau ngapain ke rumah gue?

Arkadian

Gue cuma mau kasih tau kalau Dinda udah terima cinta gue.

Cukup lama Sitta menatap layar ponselnya itu hingga setelahnya, Sitta hendak membalas, namun tidak jadi.

Dengan cepat Sitta menyeka sudut matanya yang basah. Tak mau terlihat cengeng meski dia seorang wanita, Sitta pantang menangis.

Saat itu, Sitta tidak membalas pesan Arka. Dia hendak memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana saat sebuah pesan baru tiba-tiba dia terima.

Merasa penasaran, akhirnya Sitta kembali membukanya.

Ternyata, itu bukan pesan dari Arka melainkan sebuah pesan dari nomor baru.

+6281****123

Saya dapat nomor ini dari seorang mucikari bernama Yasa. Dia bilang kamu free malam ini? Saya ingin booking. Jam sepuluh malam di apartemen saya. Ini alamat saya.

Kening Sitta berkerut. Ada segelintir amarah yang meletup di dadanya begitu selesai membaca isi pesan tersebut.

Tanpa membalas pesan nyasar itu, Sitta langsung menghapusnya.

Hingga pesan kedua pun masuk.

Masih tetap dari nomor yang sama dengan isi pesan yang sama juga, namun kali ini si pengirim pesan menambahkan kata "Balas secepatnya" di akhir pesan yang dia kirim. Hal ini jelas membuat Sitta menjadi geram.

Hingga Sitta pun menelepon balik nomor itu.

Dering pertama tidak diangkat.

Dering kedua pun masih belum diangkat.

Hingga di dering ketiga akhirnya panggilan Sitta pun dijawab juga.

"Heh, gue bukan Lonte! Anj***!" Maki Sitta kesal dan langsung menutup kembali teleponnya. Suara Sitta yang keras membuat kawan-kawan satu gengnya yang mulai dihantui rasa kantuk jadi terkejut. Para lelaki itu menatap Sitta dengan tatapan bingung.

"Kenapa Ta?" Tanya Bang Keling, orang yang paling dituakan di dalam genk mereka.

"Orang kirim sms ke gue, dikira gue lonte, kan brengsek!"

"Salah kirim itu," celetuk Andi.

"Yaiyalah salah kirim! Jelas-jelas gue bukan lonte! Bego lo!" Omel Sitta seraya menoyor kepala Andi yang duduk di depannya.

"Wuidih, ganas amat Bu, lagi PMS apa?" Tanya Ojan yang duduk di samping Sitta.

"Paling juga dia sewot gegara belahan jiwanya nggak ikut," sambung Dion.

"Hahaha, Arka lagi kepincut sama anak Guru baru, si seksi Adinda."

Bugh!

"Awww ..."

"Sekali lagi lo ngebacot, gue sumpel mulut lo pake obat nyamuk ya!" Ancam Sitta pada Andi yang memang paling senang meledeknya.

"Udah-udah, Sitta jangan digangguin terus," suara Bang Keling pun terdengar menengahi. Hingga setelahnya, suasana di dalam mobil kembali hening seperti semula.

Saat itu, Sitta kembali mengecek ponselnya di mana di sana tertera sebuah pesan baru masuk dari nomor baru tadi.

Meski kesal, Sitta tetap merasa penasaran hingga dia pun memutuskan untuk membukanya.

+6281****123

Maaf jika saya sudah salah orang. Tapi saya sudah terlanjur mengirimkan lokasi tempat tinggal saya pada anda dan perlu anda tau, hal itu sangat privasi bagi saya. Saya minta kerjasama anda untuk tidak menyebarluaskan informasi yang telah saya kirim tadi. Ingat, jika saya sampai terkena masalah setelah ini, anda orang pertama yang saya cari! Sekali lagi maaf...

Dasar orang sinting, udah tau salah berani-beraninya dia pake ngancem gue!

Ujar Sitta, kesal dalam hati.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Itta Irawan
awal yg seru nih, kasian sitta, tp emng persahabatan cowok cewek itu emng meresahkan sih pasti salah satu diantaranya ada yg baper,isssh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status