Share

Bab 3

Author: Eka_Mom
last update Last Updated: 2025-09-12 21:32:02

Pov Andini

Sejak kulihat pesan singkat yang tak sengaja terbaca tadi, hatiku seketika hancur. Rupanya selama ini, Mas Iqbal mengirimkan uang yang begitu banyak kepada ibu mertuaku. Bahkan nafkahku, hanya seperempat dari uang yang dia berikan kepada ibunya.

Aku berusaha untuk tetap tenang dan sedikitpun tak marah padanya. Karena percuma saja, jika aku protes, Mas Iqbal akan tetap membela ibunya. Aku berusaha diam dan tak banyak bicara untuk saat ini. Semoga dengan begini, Mas Iqbal sadar akan kesalahannya.

Sepertinya aku harus mengambil lebih banyak waktu untuk bekerja di rumah Bu Sinta. Bu Sinta adalah pengusaha katering di daerahku. Beliau cukup sukses dalam menjalankan usahanya. Beliau juga banyak mempekerjakan ibu - ibu di daerah sini untuk membantunya dalam menjalankan usaha kateringnya.

Aku sudah bekerja dengan beliau sejak awal menikah dulu. Tetapi hanya beberapa jam saja aku bekerja. Tentunya setelah Mas Iqbal berangkat bekerja. Itu semua kulakukan demi menutup kekurangan biaya kebutuhan rumah tanggaku sehari - harinya.

Namun saat ini aku bertekad untuk mengumpulkan banyak uang agar aku bisa hidup mandiri dan tak bergantung kepada Mas Iqbal. Apalagi pesan yang kubaca tadi pagi benar - benar membuatku tak ada artinya sebagai istrinya. 

Hari ini aku meminta ijin kepada Bu Sinta untuk bekerja di kateringnya sampai jam 3 sore. Biasanya aku hanya bekerja sampai jam 12 siang saja.

"Bu Sinta, kalau ibu mengizinkan, apa saya bisa menambah jam kerja hingga jam 3 sore nanti?" Bu Sinta terlihat terkejut saat aku menanyakan hal ini.

"Tumben Bu Andini ingin mengambil jam kerja lebih? Apa ada masalah Bu?"

"Hmnn saya hanya ingin menghabiskan waktu luang saja bu. Maklum Bu, saya bosan dirumah terus." Aku terpaksa berbohong kepada Bu Sinta. Aku tak ingin menceritakan masalah rumah tanggaku saat ini.

"Saya tak masalah jika ibu mengambil jam lebih. Yang penting suami mengizinkan. Kebetulan beberapa hari ini, orderan saya membludak." 

"Alhamdulillah kalau Bu Sinta mengizinkan. Kalau begitu mulai hari ini saya lanjutkan sampai jam 3 ya Bu?"

Aku langsung meminta izin kepada beliau. Bu Sinta langsung menganggukan kepalanya tanda setuju. Seketika aku tersenyum dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada beliau. Aku pun mulai melanjutkan pekerjaanku untuk mempersiapkan kotak makanan yang akan dikirim ke pelanggan sore ini.

Tepat jam 3 sore, aku pamit kepada Bu Sinta untuk segera pulang kerumah. Jarak rumahku dari kediaman Bu Sinta cukup jauh. Aku menempuhnya dengan berjalan kaki selama 30 menit. Aku terpaksa berjalan kaki, untuk menghemat biaya dan segera bisa mengumpulkan uang yang banyak.

Tepat jam setengah empat sore, aku sudah sampai dirumah. Aku bergegas membersihkan tubuhku dan menjalankan sholat. Setelah itu kulanjutkan dengan membersihkan rumah. Tak lama kemudian tampak Mas Iqbal datang menenteng kotak kecil ditangannya. Sepertinya dia membawa martabak kesukaanku. Jarang sekali dia membawa oleh - oleh sepulang kerja.

Namun aku tampak cuek dan lebih melanjutkan pekerjaanku. Belum sampai Mas Iqbal masuk ke rumah, ibu mertuaku tiba - tiba datang. Aku langsung menghentikan pekerjaanku dan langsung menghampiri mereka.

"Assalamualaikum Iqbal. Kamu juga baru pulang? " Mas Iqbal terkejut dengan kedatangan ibu yang baru datang. Aku mencium punggung tangan ibu dan mempersilahkannya untuk masuk.

Aku bergegas menuju dapur untuk membuatkannya secangkir teh hangat. Tampak mereka sedang berbicara berdua dengan nada suara yang pelan. Aku pun diam - diam mendengarkan pembicaraan mereka itu.

"Iqbal, mana bagian ibu. Sudah cairkan uangnya? Ibu ingin membeli perhiasan."

"Bu, nanti aku transfer. Untuk sekarang ada Andini dirumah. Aku tak ingin bertengkar dengannya."

"Andini tak akan tahu jika kamu diam saja. Ingat transfer ibu 5 juta sekarang. Kamu mau jadi anak durhaka, karena tak menuruti keinginan ibu."

Aku meremas bajuku, seakan gemas melihat tingkah laku ibu mertuaku. Baru saja kemarin Mas Iqbal mengirimkan uang 4 juta, sekarang meminta lagi 5 juta. Sedangkan aku sebagai istrinya hanya diberikan uang satu juta saja. Itu pun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ini. Mendengar hal itu aku sudah tak tahan dan langsung mendatangi mereka.

"Baru dapat bonus mas?" Kuletakkan secangkir teh hangat di meja. Kulihat raut wajah keduanya yang tiba - tiba berubah menjadi gugup saat melihat aku yang tiba - tiba datang.

"Hmnnn iya sayang, ini ada martabak buat kamu. Alhamdulillah mas tadi dapat bonus." Kuterima kotak martabak itu dan membukanya.

"Hanya ini saja? Bukannya kamu mendapat bonus banyak mas?" Aku berbicara sembari menatap remeh ke arah suamiku. Seketika ibu mertuaku membelalakkan matanya saat mendengar ucapanku.

"Eh Andini, seharusnya kamu bersyukur Iqbal masih membelikanmu oleh - oleh. Kamu tak berhak mendapatkan yang lebih dari anakku." Ibu mertuaku terlihat tak senang aku berbicara seperti itu.

"Oh ya? Sedangkan ibu mendapatkan 5 juta dari mas Iqbal hari ini." Tampak ada screenshot bukti transfer ke rekening ibu yang tampak dari layar ponsel Mas Iqbal yang belum dia tutup. Mas Iqbal menyadarinya dan buru - buru menutup aplikasi itu.

"Mas kita perlu bicara!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 8

    Pov AndiniAku melihat Mas Iqbal sering melamun akhir - akhir ini. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya kepadanya."Mas, kamu kenapa? Kok akhir - akhir ini sering melamun?" "Aku ingin jujur sesuatu padamu sayang. Tapi aku takut kamu akan marah kepadaku." Terlihat raut wajah Mas Iqbal berubah menjadi gelisah."Katakanlah apa yang sedang mengganggu pikiranmu mas.""Kamu janji tak akan marah jika aku bicara jujur kepadamu sayang?""Ya mas, aku tak akan marah. Kecuali aku akan marah jika kamu berencana menikah lagi." Tiba - tiba terbesit dipikiranku jika Mas Iqbal akan menikah lagi. Jika itu sampai terjadi, aku akan langsung meminta cerai kepadanya. Seketika Mas Iqbal tertawa terbahak - bahak mendengar ucapanku."Hahaha, kamu tuh lucu sayang. Mana mungkin aku berbuat seperti itu. Perempuan yang mas cintai cuma kamu.""Lalu apa yang ingin kamu bicarakan mas. Aku lihat kamu sering murung beberapa hari ini." Aku kembali menanyakan hal ini kepada Mas

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 7

    Pov IqbalAku bersyukur karena Andini sudah tidak marah lagi kepadaku. Beruntung aku menuruti ide dari Adi. Tapi seketika aku teringat jika aku baru saja menolak permintaan ibu. Sebenarnya aku tak tega, mengingat jika beliau adalah ibu kandungku. Tapi aku tak mau mengecewakan Andini untuk kedua kalinya. Aku gak mau kehilangan istriku.Apalagi selama ini aku sudah membuat dirinya menderita. Bodohnya diriku yang hanya memberikan nafkah satu juta saja pada dirinya. Aku gak mau mengulangi kesalahan itu lagi.Tiba - tiba saja ada pesan masuk dari ibu. Aku bergegas membuka ponselku.Sejak kapan kau mulai melawan ibu yang sudah melahirkanmu ini. Perempuan itu sudah berhasil mencuci otakmu. Kutunggu kau dirumah, ada hal yang ingin ibu bicarakan.Baik BuAku hanya bisa menghela nafas panjang saat membaca pesan singkat ibu. Aku yakin saat ini ibu sangat marah kepadaku.Sepulang dari bekerja, aku bergegas mengendarai motorku menuju rumah ibuku."Bagus ya, sejak kapan kau menolak permintaan ibu.

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 6

    Pov IqbalSejak kejadian aku menampar Andini, aku sungguh sangat menyesal. Tak henti - hentinya Adi memarahiku."Apa kau gila, memberikan nafkah sejuta kepada istrimu. Aku tahu kau sedang mengumpulkan uang untuk membeli rumah. Tapi bukan begini caranya bro." Adi tampak marah setelah mendengarkan apa yang baru saja kualami."Lalu aku harus bagaimana di. Aku tak sengaja menamparnya tadi pagi.""Apa aku tak salah dengar? Semarah apapun kita jangan sampai berbuat kasar kepada perempuan. Apalagi kau memberikan nafkah yang lebih kecil dibandingkan yang kau berikan kepada ibumu. Jelas saja Andini marah.""Aku harus bagaimana sekarang. Aku bingung di. Aku tak ingin berpisah dengannya. Apalagi dia mengembalikan uang nafkahku selama setahun ini," Adi seketika menggeleng - nggelengkan kepalanya setelah mendengarkan ucapanku. Mungkin dia tak menyangka jika selama ini aku bisa bertindak sekejam itu."Tabunganmu ada berapa sekarang?""Sekitat 50 jutaan di.""Aku punya teman yang mau menjual rumahny

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 5

    Pov AndiniAku tak menyangka, Mas Iqbal menamparku. Aku hanya ingin menjadi perempuan mandiri dan tak akan merepotkannya lagi. Kuambil baju kerjanya dan kugantungkan di depan pintu kamar kami. Aku tak ingin bertemu dengannya lagi untuk saat ini. Aku masih terkejut dengan apa yang baru saja Mas Iqbal lakukan kepadaku. Apakah aku salah jika ingin bekerja kembali?Tak kuhiraukan Mas Iqbal yang berkali - kali mengetuk pintu kamarku. Bisa kudengar permintaan maafnya dari luar. Namun aku tak menggubrisnya dan tetap berdiam diri di dalam kamar.Tak berapa lama kemudian, terdengar Mas Iqbal sudah berangkat bekerja. Aku bergegas keluar dari kamar dan mulai membersihkan rumah ini. Tak berapa lama kemudian kubaca pesan masuk dari Mas Iqbal.Maafkan aku sayang. Aku tak sengaja menamparmu tadi. Mas khilaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Amplop coklat kemarin mas taruh di laci ya. Itu semua sudah nafkahmu yang mas berikan kepadamu.Aku tak membalas pesan singkat dari Mas Iqbal. Aku langs

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 4

    Pov IqbalAndini langsung menarik tanganku menuju ke kamar kami. Aku menyuruh ibuku untuk tetap duduk tenang di ruang tamu. Saat berada di dalam kamar, Andini langsung menatapku dengan tatapan tajamnya."Ada apa Ndin?""Mas, aku tak masalah jika kamu hanya memberiku uang sejuta. Tapi setidaknya kamu harus bersikap adil padaku mas," bisa ku lihat raut wajah kemarahan dari Andini."Ya sayang, mas minta maaf. Nanti uang nafkahmu aku tambahkan 500 ribu. Jadi 1,5 juta cukup kan untuk kebutuhan kita sebulan? Lagipula kita masih belum mempunyai anak. Tentu uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sebulan." Mendengar hal itu seketika Andini tersenyum sinis melihatku. Aku tahu dia sedang kesal karena aku masih saja memberikan uang untuk ibuku. Tapi ini uangku. Terserah aku mau apakan uangku ini. Andini hanya terdiam dan langsung meninggalkanku sendirian. Dia berlalu pergi entah kemana. Aku bergegas menghampiri ibuku yang sedang menikmati secangkir teh buatan Andini."Bagaimana, apa Andin

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 3

    Pov AndiniSejak kulihat pesan singkat yang tak sengaja terbaca tadi, hatiku seketika hancur. Rupanya selama ini, Mas Iqbal mengirimkan uang yang begitu banyak kepada ibu mertuaku. Bahkan nafkahku, hanya seperempat dari uang yang dia berikan kepada ibunya.Aku berusaha untuk tetap tenang dan sedikitpun tak marah padanya. Karena percuma saja, jika aku protes, Mas Iqbal akan tetap membela ibunya. Aku berusaha diam dan tak banyak bicara untuk saat ini. Semoga dengan begini, Mas Iqbal sadar akan kesalahannya.Sepertinya aku harus mengambil lebih banyak waktu untuk bekerja di rumah Bu Sinta. Bu Sinta adalah pengusaha katering di daerahku. Beliau cukup sukses dalam menjalankan usahanya. Beliau juga banyak mempekerjakan ibu - ibu di daerah sini untuk membantunya dalam menjalankan usaha kateringnya.Aku sudah bekerja dengan beliau sejak awal menikah dulu. Tetapi hanya beberapa jam saja aku bekerja. Tentunya setelah Mas Iqbal berangkat bekerja. Itu semua kulakukan demi menutup kekurangan biaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status