Share

Bab 2

Author: Eka_Mom
last update Last Updated: 2025-09-12 21:25:21

Pov Iqbal

"Dek, kenapa kamu lancang sekali membuka ponselku?" seketika aku merebut ponselku darinya. Apa Andini juga sudah melihat jika aku baru saja mengirimkan uang 4 juta kepada ibuku?

"Maaf mas, aku tidak sengaja membaca pesan dari ibumu. Aku ke kamar mandi dulu ya mas. Aku mau mencuci baju dulu." Andini berjalan meninggalkanku dengan ekspresi wajah yang diam saja. Aku seketika terdiam memaku melihat ekspresi Andini saat ini. Sekalipun Andini tak protes setelah membaca pesan dari ibuku.

"Dek, apa kamu marah kepadaku?" Aku menahan tangannya, karena sikapnya yang tidak seperti biasanya. Biasanya Andini akan marah jika mengetahui aku mengirimkan uang dalam jumlah banyak kepada ibu.

"Aku tidak marah mas. Berangkatlah hari sudah siang." Andini melanjutkan mencuci pakaian kami di kamar mandi. Kontrakan kami memang kecil. Untuk sekedar mencuci baju, kami menggunakan kamar mandi.

Hatiku sedikit lega saat mendengar ucapan Andini. Mungkin Andini sudah menerima keputusanku. Aku memang berjanji kepada almarhum bapak, agar menjaga ibu dan adikku. 

Aku pernah bertanya kepada ibu, uang nafkah berapa yang harus kuberikan kepada Andini. Ibu mengatakan sejuta saja cukup. Toh kami juga belum mempunyai anak. 

Aku pun pamit kepada istriku untuk berangkat kerja. Seperti biasanya Andini akan menyalamiku. Namun kini sikapnya lebih diam dan tak banyak bicara padaku. Biasanya dia akan berbicara banyak saat aku akan berangkat bekerja. 

Namun aku cuek saja melihat perubahan sikapnya. Nanti malam juga dia akan kembali seperti semula lagi. Aku bergegas melajukan motorku menuju ke kantor.

Sejak aku menikahi Andini, entah mengapa rejekiku tak pernah putus. Baru saja aku diangkat SPV dan membuat gajiku yang semula 5 juta menjadi 10 juta. Aku rahasiakan hal ini kepada Andini. Aku tak ingin nafkah yang kuberikan bertambah agar dia belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik dan tak boros. Sebagian aku tabung direkeningku dan tak lupa jatah 4 juta kukirimkan kepada ibu untuk biaya hidup sehari - harinya. 

"Bro, aku besok cuti ya. Kebetulan aku akan mengajak istriku jalan - jalan. Uang bonus kita kan sudah cair." Temanku Adi menghampiriku dan mengabarkan kalau besok dia akan mengambil cuti.

"Lho sudah cair ternyata. Aku kira besok cairnya." Aku segera mengecek mbanking ku. Dan ternyata ada uang masuk 15 juta dari perusahaan tempat aku bekerja.

"Alhamdulillah Bal. Besok aku akan mengajak istriku jalan - jalan dan belanja apa yang saja yang dia inginkan. Jadi sementara waktu, bisa kan kamu handel semuanya?" tampak Adi berbicara sembari melahap makan siang yang dia bawa dari rumah. 

"Kamu tenang saja Di. Berliburlah dengan nyaman. Tak usah kamu pikirkan pekerjaan disini. Di, apa kau tak takut uangmu habis jika istrimu membelanjakan semua uangmu?" mendengar hal itu seketika Adi menghentikan kunyahannya. Adi pun langsung menatap wajahku dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Kamu itu aneh, buat istri kok perhitungan. Biar saja mereka menghabiskan uang kita. Kamu tak akan jatuh miskin karena menyenangkan istrimu. Justru rezekimu akan semakin banyak. Apa jangan - jangan kamu tak memberikan semua gajimu pada istrimu?" Adi langsung memicingkan matanya kearahku. Dengan santainya aku menanggapi ucapan Adi.

"Buat apa aku memberikan semua uang gajiku untuknya. Aku bisa menyimpannya sendiri," seketika Adi hanya menggeleng - nggelengkan kepalanya saat mendengar ucapanku.

"Bal, asal kamu tahu mereka sudah cukup pintar untuk mengatur uang kita. Bahkan sejak uangku dipegang istriku, kami sudah bisa membeli rumah. Ya walaupun tidak terlalu besar. Jangan pelit kepada istri, nanti rejekimu seret."

Setelah mengatakan hal itu, Adi meninggalkanku sendiri dalam keheningan. Apa benar yang Adi katakan. Tapi selama ini aku yang capek - capek kerja, masa Andini yang menikmati. Mending uangnya aku simpan sendiri. Toh ini untuk tabungan masa depan kami.

Aku melanjutkan makan siangku yang sudah kubeli tadi di kantin. Andini tak pernah membawakanku bekal makan siang. Pernah sekali dia membawakanku nasi, tempe, dan sambal untuk bekal makan siangku. Seketika beberapa teman - temanku mengejek bekal makanan yang kubawa. Sekelas SPV tapi bekalnya hanya tempe.

Apa uang yang kuberikan kurang untuk sekedar membeli ayam saja. Aku tak habis pikir dengan istriku itu. Sejak saat itu, tak kuijinkan Andini membawakanku bekal makan siang.

Berbeda dengan Adi, setiap harinya dia membawa bekal dari rumah. Istrinya selalu memasakkan makanan enak seperti daging, ayam, ikan. Terkadang Adi membawa lauk lebih ke kantornya. Istri Adi saja pintar dalam melayani suaminya. Seharusnya dia belajar dari istri Adi.

Jam menunjukan pukul 4 sore. Aku bergegas pulang kembali kerumah. Hari ini sengaja aku membeli martabak kesukaan Andini. Sudah lama aku tak membelikannya martabak. Apalagi aku baru saja mendapatkan bonus dari perusahaan.

Kupakirkan motorku di depan rumah. Kulihat Andini sedang menyapu halaman rumah. Apa saja yang dia lakukan hari ini. Sudah sesore ini , dia baru saja menyapu. Pasti dia seharian bermalas-malasan. 

Saat aku ingin menghampirinya, tiba - tiba ibu muncul dibelakangku. Aku dibuat terkejut akan kehadirannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 8

    Pov AndiniAku melihat Mas Iqbal sering melamun akhir - akhir ini. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya kepadanya."Mas, kamu kenapa? Kok akhir - akhir ini sering melamun?" "Aku ingin jujur sesuatu padamu sayang. Tapi aku takut kamu akan marah kepadaku." Terlihat raut wajah Mas Iqbal berubah menjadi gelisah."Katakanlah apa yang sedang mengganggu pikiranmu mas.""Kamu janji tak akan marah jika aku bicara jujur kepadamu sayang?""Ya mas, aku tak akan marah. Kecuali aku akan marah jika kamu berencana menikah lagi." Tiba - tiba terbesit dipikiranku jika Mas Iqbal akan menikah lagi. Jika itu sampai terjadi, aku akan langsung meminta cerai kepadanya. Seketika Mas Iqbal tertawa terbahak - bahak mendengar ucapanku."Hahaha, kamu tuh lucu sayang. Mana mungkin aku berbuat seperti itu. Perempuan yang mas cintai cuma kamu.""Lalu apa yang ingin kamu bicarakan mas. Aku lihat kamu sering murung beberapa hari ini." Aku kembali menanyakan hal ini kepada Mas

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 7

    Pov IqbalAku bersyukur karena Andini sudah tidak marah lagi kepadaku. Beruntung aku menuruti ide dari Adi. Tapi seketika aku teringat jika aku baru saja menolak permintaan ibu. Sebenarnya aku tak tega, mengingat jika beliau adalah ibu kandungku. Tapi aku tak mau mengecewakan Andini untuk kedua kalinya. Aku gak mau kehilangan istriku.Apalagi selama ini aku sudah membuat dirinya menderita. Bodohnya diriku yang hanya memberikan nafkah satu juta saja pada dirinya. Aku gak mau mengulangi kesalahan itu lagi.Tiba - tiba saja ada pesan masuk dari ibu. Aku bergegas membuka ponselku.Sejak kapan kau mulai melawan ibu yang sudah melahirkanmu ini. Perempuan itu sudah berhasil mencuci otakmu. Kutunggu kau dirumah, ada hal yang ingin ibu bicarakan.Baik BuAku hanya bisa menghela nafas panjang saat membaca pesan singkat ibu. Aku yakin saat ini ibu sangat marah kepadaku.Sepulang dari bekerja, aku bergegas mengendarai motorku menuju rumah ibuku."Bagus ya, sejak kapan kau menolak permintaan ibu.

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 6

    Pov IqbalSejak kejadian aku menampar Andini, aku sungguh sangat menyesal. Tak henti - hentinya Adi memarahiku."Apa kau gila, memberikan nafkah sejuta kepada istrimu. Aku tahu kau sedang mengumpulkan uang untuk membeli rumah. Tapi bukan begini caranya bro." Adi tampak marah setelah mendengarkan apa yang baru saja kualami."Lalu aku harus bagaimana di. Aku tak sengaja menamparnya tadi pagi.""Apa aku tak salah dengar? Semarah apapun kita jangan sampai berbuat kasar kepada perempuan. Apalagi kau memberikan nafkah yang lebih kecil dibandingkan yang kau berikan kepada ibumu. Jelas saja Andini marah.""Aku harus bagaimana sekarang. Aku bingung di. Aku tak ingin berpisah dengannya. Apalagi dia mengembalikan uang nafkahku selama setahun ini," Adi seketika menggeleng - nggelengkan kepalanya setelah mendengarkan ucapanku. Mungkin dia tak menyangka jika selama ini aku bisa bertindak sekejam itu."Tabunganmu ada berapa sekarang?""Sekitat 50 jutaan di.""Aku punya teman yang mau menjual rumahny

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 5

    Pov AndiniAku tak menyangka, Mas Iqbal menamparku. Aku hanya ingin menjadi perempuan mandiri dan tak akan merepotkannya lagi. Kuambil baju kerjanya dan kugantungkan di depan pintu kamar kami. Aku tak ingin bertemu dengannya lagi untuk saat ini. Aku masih terkejut dengan apa yang baru saja Mas Iqbal lakukan kepadaku. Apakah aku salah jika ingin bekerja kembali?Tak kuhiraukan Mas Iqbal yang berkali - kali mengetuk pintu kamarku. Bisa kudengar permintaan maafnya dari luar. Namun aku tak menggubrisnya dan tetap berdiam diri di dalam kamar.Tak berapa lama kemudian, terdengar Mas Iqbal sudah berangkat bekerja. Aku bergegas keluar dari kamar dan mulai membersihkan rumah ini. Tak berapa lama kemudian kubaca pesan masuk dari Mas Iqbal.Maafkan aku sayang. Aku tak sengaja menamparmu tadi. Mas khilaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Amplop coklat kemarin mas taruh di laci ya. Itu semua sudah nafkahmu yang mas berikan kepadamu.Aku tak membalas pesan singkat dari Mas Iqbal. Aku langs

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 4

    Pov IqbalAndini langsung menarik tanganku menuju ke kamar kami. Aku menyuruh ibuku untuk tetap duduk tenang di ruang tamu. Saat berada di dalam kamar, Andini langsung menatapku dengan tatapan tajamnya."Ada apa Ndin?""Mas, aku tak masalah jika kamu hanya memberiku uang sejuta. Tapi setidaknya kamu harus bersikap adil padaku mas," bisa ku lihat raut wajah kemarahan dari Andini."Ya sayang, mas minta maaf. Nanti uang nafkahmu aku tambahkan 500 ribu. Jadi 1,5 juta cukup kan untuk kebutuhan kita sebulan? Lagipula kita masih belum mempunyai anak. Tentu uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan kita sebulan." Mendengar hal itu seketika Andini tersenyum sinis melihatku. Aku tahu dia sedang kesal karena aku masih saja memberikan uang untuk ibuku. Tapi ini uangku. Terserah aku mau apakan uangku ini. Andini hanya terdiam dan langsung meninggalkanku sendirian. Dia berlalu pergi entah kemana. Aku bergegas menghampiri ibuku yang sedang menikmati secangkir teh buatan Andini."Bagaimana, apa Andin

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 3

    Pov AndiniSejak kulihat pesan singkat yang tak sengaja terbaca tadi, hatiku seketika hancur. Rupanya selama ini, Mas Iqbal mengirimkan uang yang begitu banyak kepada ibu mertuaku. Bahkan nafkahku, hanya seperempat dari uang yang dia berikan kepada ibunya.Aku berusaha untuk tetap tenang dan sedikitpun tak marah padanya. Karena percuma saja, jika aku protes, Mas Iqbal akan tetap membela ibunya. Aku berusaha diam dan tak banyak bicara untuk saat ini. Semoga dengan begini, Mas Iqbal sadar akan kesalahannya.Sepertinya aku harus mengambil lebih banyak waktu untuk bekerja di rumah Bu Sinta. Bu Sinta adalah pengusaha katering di daerahku. Beliau cukup sukses dalam menjalankan usahanya. Beliau juga banyak mempekerjakan ibu - ibu di daerah sini untuk membantunya dalam menjalankan usaha kateringnya.Aku sudah bekerja dengan beliau sejak awal menikah dulu. Tetapi hanya beberapa jam saja aku bekerja. Tentunya setelah Mas Iqbal berangkat bekerja. Itu semua kulakukan demi menutup kekurangan biaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status