Share

Bab 5

Author: Eka_Mom
last update Last Updated: 2025-09-12 21:53:07

Pov Andini

Aku tak menyangka, Mas Iqbal menamparku. Aku hanya ingin menjadi perempuan mandiri dan tak akan merepotkannya lagi. 

Kuambil baju kerjanya dan kugantungkan di depan pintu kamar kami. Aku tak ingin bertemu dengannya lagi untuk saat ini. Aku masih terkejut dengan apa yang baru saja Mas Iqbal lakukan kepadaku. Apakah aku salah jika ingin bekerja kembali?

Tak kuhiraukan Mas Iqbal yang berkali - kali mengetuk pintu kamarku. Bisa kudengar permintaan maafnya dari luar. Namun aku tak menggubrisnya dan tetap berdiam diri di dalam kamar.

Tak berapa lama kemudian, terdengar Mas Iqbal sudah berangkat bekerja. Aku bergegas keluar dari kamar dan mulai membersihkan rumah ini. Tak berapa lama kemudian kubaca pesan masuk dari Mas Iqbal.

Maafkan aku sayang. Aku tak sengaja menamparmu tadi. Mas khilaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Amplop coklat kemarin mas taruh di laci ya. Itu semua sudah nafkahmu yang mas berikan kepadamu.

Aku tak membalas pesan singkat dari Mas Iqbal. Aku langsung mengecek uang itu di laci. Uang itu masih utuh dan aku mengembalikannya di tempat semula.

Semalam aku terpaksa meminjam kepada Bu Sinta semalam dengan alasan kebutuhan mendadak. Entah mengapa Bu Sinta langsung memberikan pinjaman yang tidak sedikit itu padaku. Aku hanya kesal melihat sikap Mas Iqbal yang sudah sangat keterlaluan.

Tak lama kemudian aku merasakan perutku keroncongan. Untung saja ada nasi sisa semalam. Namun saat aku mengeceknya ternyata nasi itu sudah basi.

Pandanganku beralih ke arah gentong tempat aku menaruh beras. Namun tak kutemukan sebutir beraspun di dalam sana. Aku hanya bisa menghela nafas panjang saat melihat ini semua.

Akhirnya aku menggoreng tempe yang tersisa beberapa potong. Perutku sudah terasa lapar. Dari semalam aku tak makan apapun. Ingin sekali makan martabak yang dibawakan Mas Iqbal kemarin. Namun tak kutemukan di meja. Sepertinya ibu mertuaku sudah membawanya pulang. Sungguh tega sekali ibu mertuaku itu. 

Alhamdulillah setidaknya siang ini aku masih bisa makan. Nasi dan tempe goreng sudah tersedia di meja. Aku menangis menitikan air mataku. Aku mulai menyantap nasi dan tempe itu dengan pandangan kosongku. Tanpa sadar Mas Iqbal tiba - tiba pulang membawa barang belanjaan.

Seketika Mas Iqbal menghentikanku untuk memakan nasi basi dan tempe itu. Mas Iqbal langsung memelukku. Aku hanya diam saja melihat apa yang dilakukan Mas Iqbal.

"Sayang, apa yang kamu makan? Maafkan aku. Ini mas bawakan kamu bahan belanjaan untuk kamu masak. Mas lihat tadi tak ada apapun di dapur," aku melepaskan pelukannya dan mulai membereskan semua belanjaan itu.

Sesekali kuusap air mata yang berjatuhan ini. Aku hanya diam dan tak berbicara sepatah kata apapun kepadanya. Aku lupa jika hari ini Mas Iqbal hanya masuk setengah hari saja. 

"Amplop yang kemarin mengapa masih disini sayang. Mas kan sudah minta maaf." 

"Kembalikan saja ke Bu Sinta mas. Aku meminjamnya kemarin."

Aku mulai menata makanan yang sudah kumasak tadi. Entah mengapa Mas Iqbal hari ini membelikan aku begitu banyak lauk. Ada ayam, ikan, daging, dan aneka sayuran.

"Tenang saja, aku tak menceritakan apapun kepada orang lain. Aku beralasan ada kebutuhan mendadak." 

Bagaimanapun juga aku tak mungkin menceritakan masalahku kepada orang lain. Aku hanya berbicara seperlunya dengan Mas Iqbal. Entah mengapa hatiku sangat sakit saat dia menamparku tadi pagi. Tiba - tiba Mas Iqbal berlutut di hadapanku. Aku hanya diam saja sembari menatap wajahnya itu.

"Maafkan aku ndin, mulai sekarang mas janji akan berbuat adil padamu." Mas Iqbal menggenggam tanganku dan menghapus air mataku yang sudah lama menetes.

Aku hanya diam tak menanggapi perkataannya. Mas Iqbal mengeluarkan sebuah kunci dan menyerahkannya padaku.

"Ini kunci rumah kita yang baru. Alhamdulillah mas bisa membeli rumah baru untuk kita, walaupun menyicil," sejenak aku terdiam membeku sembari memegang kunci itu.

"Maafkan aku ya tidak menceritakan hal ini kepadamu. Selama ini aku menabung agar bisa membeli rumah impian kita. Kebetulan ada orang yang menjual rumah itu dengan harga murah. Akhirnya aku membelinya. Beruntungnya sisa kekurangannya bisa aku cicil."

"Mengapa kamu gak bilang sama aku mas?" aku langsung menatap Mas Iqbal dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Aku hanya ingin memberikan kejutan kepadamu sayang. Maafkan aku sudah menamparmu tadi pagi. Seharusnya aku bisa menahan emosiku."

Bisa kulihat raut wajah penyesalan darinya. Aku pun langsung menganggukkan kepalaku berusaha untuk memaafkannya.

"Lalu bagaimana dengan ibu dan Rony mas, apa kamu tetap memberikannya uang?"

"Aku akan tetap memberikan uang kepada Ibu jika kamu mengijinkan."

"Mas... aku tak pernah melarangmu untuk memberikan uang kepada ibu. Tapi sewajarnya saja untuk kebutuhan sehari - harinya ibu."

"Ya sayang, maafkan mas ya, yang sudah berbuat dzolim kepadamu." Mas Iqbal mengecup keningku dan memelukku erat.

Jika Mas Iqbal jujur padaku kalau dia berjuang keras mengumpulkan uang untuk membeli rumah, tentu aku tak semarah ini. 

Aku bergegas meminta izin kepada Mas Iqbal untuk kerumah Bu Sinta. Uang yang kupinjam kemarin segera kukembalikan dan berpamitan kepada beliau bahwa aku sudah tidak bekerja kembali. Melihat bagaimana perubahan Mas Iqbal aku yakin dia sudah berubah. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 39

    Hari ini adalah sidang perceraian Iqbal dengan Rima. Rima tak menyangka jika Iqbal benar - benar menceraikannya. Rima pikir setelah kepergian ibunya, Rima berhasil membujuk Iqbal untuk mau tetap hidup bersamanya. Namun nyatanya keputusan Iqbal tak berubah.Mediasi mereka pun gagal. Rima berusaha untuk menolak perceraian itu. Namun bukti hasil tes DNA dan kesuburan membuat dirinya tak bisa membatalkan perceraian ini. Apalagi Iqbal benar - benar ingin berpisah darinya.Setelah melewati dua kali sidang perceraian, akhirnya hari ini hakim mengabulkan perceraian mereka. Iqbal dan Rima kini sudah resmi bercerai. Saat keluar dari ruangan pengadilan, Rima pun memanggil dirinya."Mas Iqbal..."Iqbal menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Rima. Wajah Rima tampak kusut akibat proses perceraiannya ini."Rima, maaf jika selama menjadi suamimu, aku belum bisa membahagiakan kamu. Semoga kamu mendapatkan laki - laki yang jauh lebih baik dariku. Yang terpenting tidak mandul sepertiku.""Mas, aku

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 38

    "Untuk apa ibu ingin bertemu denganku mas? Apa ibu ingin menghinaku lagi?""Ndin maafkan sikap ibu yang dulu. Ini semua memang permintaan ibu. Saat ini ibu sakit Ndin. Ibu memintaku untuk membawamu kesana.""Ibu sakit mas?""Ya ndin. Tolong penuhi permintaanku kali ini saja. Setelah ini aku tak akan menganggumu lagi."Sejenak Andini terdiam memikirkan ucapan Iqbal. Tentu dirinya harus meminta izin kepada suaminya dulu untuk menemui mantan mertuanya itu."Aku gak bisa janji mas. Aku harus izin kepada suamiku dulu.""Ya ndin aku tahu. Tapi aku mohon kali ini saja temui ibuku. Aku merasa ibu akan meninggalkanmu selamanya." Iqbal pun menundukkan kepalanya sembari menahan tangisannya itu. Andini tak tega melihat ekpresi Iqbal saat ini."Mas, jangan bicara seperti itu. Jodoh dan maut hanya Allah yang tahu.""Ya Ndin aku tahu. Tapi untuk kali ini saja penuhi permintaan ibu Ndin. Aku mohon..." Iqbal berbicara sembari menangkupkan kedua tangannya kepada Andini."Tunggu sebentar ya mas. Aku aka

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 37

    Satu bulan sudah berlalu sejak Iqbal diusir oleh ibunya sendiri. Saat ini Iqbal tinggal di sebuah kos - kosan. Iqbal juga sudah bekerja kembali atas bantuan Adi. Walaupun gajinya tak sebesar dulu, namun Iqbal bersyukur masih bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.Tentang ibunya, Iqbal tak pernah tahu bagaimana kabarnya. Sari memang mengirim pesan kepadanya berulang kali. Namun Iqbal tak pernah membalasnya. Iqbal merasa sakit hati karena sikap ibunya selama ini.Iqbal sudah mengurus perceraiannya. Iqbal terpaksa meminjam uang kepada Adi agar bisa secepatnya resmi bercerai dari Rima. Surat panggilan sidang itu sudah keluar dan mungkin satu minggu lagi sidang perceraiannya akan dilaksanakan.Banyak perubahan yang terjadi pada diri Iqbal. Termasuk kini dirinya jauh lebih fokus beribadah. Meminta ampun kepada sang pencipta karena selama ini dia sering meninggalkan perintah - Nya. Sejak saat itu hati Iqbal jauh lebih tenang dibanding sebelumnya.Mas Iqbal, ibu sakit. Bisakah kamu pulang dan me

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 36

    "Di aku butuh pekerjaan."Malam itu Iqbal mendatangi kediaman Adi untuk meminta pekerjaan kepadanya. Mengingat saat ini Adi sudah diangkat menjadi karyawan bagian HRD di tempat bekerjanya yang lama."Wah seorang menantu perusahaan kenapa meminta pekerjaan kepadaku?""Aku sudah menceraikan Rima. Aku sudah tak tinggal di rumahnya. Dan sekarang aku butuh uang untuk memenuhi kebutuhanku sehari - hari.""APA! Bercerai? Kalian baru saja menikah beberapa bulan ini. Bahkan Rima sudah melahirkan anakmu. Kenapa kamu tiba - tiba menceraikannya?""Aku mandul Di. Anak yang dilahirkannya bukan darah dagingku."Adi terkejut mendengar ucapan Iqbal. Iqbal pun mulai menceritakan semuanya. Adi hanya terdiam mendengarkan semua kejadian yang dialami oleh Iqbal."Sepertinya aku terkena karma Di. Dulu ibuku menuduh Andini yang mandul. Tapi ternyata di sini aku lah yang mandul. Seharusnya dari dulu aku mengikuti saran Andini untuk memeriksakan kondisiku ke rumah sakit. Jika tahu aku mandul, tentu aku tak aka

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 35

    "Begitu rendahnya harga diri ibu di mata wanita licik dan pembohong ini bu.""Iqbal bukan begitu maksud ibu. Ibu hanya ingin menjaga nama baikmu nak. Apa kata orang jika ternyata kamu mandul. Setidaknya jika dengan menjaga rahasia ini, kamu tak akan dihina oleh orang lain. Lagi pula ibu sudah menyayangi Mutiara nak.""Bu, selama ini aku sudah berkorban banyak untuk ibu. Bahkan rumah tanggaku bersama Andini hancur hanya untuk kebahagiaan ibu. Lalu sekarang apakah aku harus berkorban lagi untukmu bu. Apakah selama ini ibu tak memikirkan kebahagiaanku?"Iqbal meneteskan air matanya sembari menatap ibunya itu. Yang ada di pikiran Sari hanya uang dan uang saja. Tentu saja tanpa memikirkan perasaannya. Iqbal tahu ibunya sampai berkata seperti itu karena tak ingin kehilangan menantu kaya seperti Rima. Yang bisa memberikannya banyak uang kepada dirinya. Walaupun sampai harus merendahkan harga dirinya."Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu nak.""Sayangnya semua ini bukan terbaik untukku bu. K

  • Nafkah Sejuta Suamiku   Bab 34

    Brak!!!Rima terkejut saat melihat Iqbal membuka pintu kamarnya dengan keras. Iqbal berjalan masuk ke dalam dan langsung menjambak rambut istrinya itu."Mas apa yang kamu lakukan. Kenapa kamu menjambak rambutku.""Berani sekali kamu membohongiku Rima.""Maksud kamu apa mas. Aku gak ngerti.""Aku rela bercerai dari Andini hanya untuk bertanggung jawab atas bayi yang kamu kandung. Tapi rupanya semua ini hanya permainanmu saja."Rima seketika terdiam membisu saat mendengar ucapan Iqbal. Perasaan Rima tiba - tiba tak enak. Apakah mungkin Iqbal sudah tahu jika Mutiara bukan darah dagingnya."Mas kamu bicara apa? Aku gak ngerti." Rima pun berpura - pura bodoh. Tak mungkin Iqbal mengetahui rahasianya."Jangan pura - pura tak tahu kamu. Kamu pikir aku masih bisa kamu bodohi. Anak itu bukan darah dagingku kan? Kamu membohongiku Rima. KAMU MEMBOHONGIKU!'Teriakan Iqbal membuat Mutiara bangun dan menangis kencang. Rima membelalakkan matanya saat Iqbal mengatakan hal itu. Rima tak menyangka jika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status