Share

Tujuh

Sebenarnya ada hal lain yang aku nantikan hari ini. Yaitu kabar dari kak Gema tentang tempat tinggal Mas Dio yang katanya akan dia cari melalui GPS. Tapi sampai nalam tiba, tak sekali pun Kak Gema menggububgiku.

Berulang kali aku mengecek ponsel, menunggu kabar dari Kak Gema. Tapi ponselku tetap saja sepi, tak ada yang menghububgiku sama sekali baik Kak Gema ataupun Mas Dio.

[Kak Gema, maafkan aku ganggu malam-mala. Sudah ada hasil pencarian keberadaan Mas Dio belum?] Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada Kak Gema langsung melalui pesan singkat. Berharap Kak Gema akan segera memberikan jawaban.

Cukup lama sampai akhirnya ponselku berdering menandakan ada pesan yang masuk. Gegas aku membukanya, ternyata benar dari Kak Gema. Tapi isi pesan tersebut tak sesuai dengan harapanku.

[Maaf Silvi, hari ini aku masih belum berhasil mendapatkan alamat Dio, besok jika sudah ada aku akan menghubungimu!]

Kecewa? Tentu saja aku merasa kecewa karena usahaku masih juga belum membuahkan hasil sama sekali seharian ini. Padahal aku semakin penasaran tentang Mas Dio dan tak ingin lagi membuang waktu.

Sudah hari ketiga dan Kak Gema belum juga memberikan kabar apapun. Sepertinya aku harus melupakan janjinya tersebut yang katanya akan membantuku.

Sepertinya aku memang hanya bisa pasrah saja kini tentang apa yang dilakukan Mas Dio di luar sana. Toh dia tidak lalai terhadap kewajibannya pada aku dan Dita. Bahkan dia berusaha memberikan yang terbaik pada kami kini. Kurasa tentang apa yang dilakukannya biar menjadi tanggung jawabnya saja dengan Tuhan nanti.

Memang seperti itulah seharusnya sikap seorang istri, kan? Percaya pada suami, tidak menaruh banyak curiga dan terus mendoakan kebaikan untuknya.

Baiklah, mulai saat ini aku tak akan lagi curiga dan memilih percaya saja. Aku tak mau ambil pusing, dan ingin menikmati hidupku seperti yang Mas Dio minta.

Saat menjelang sore, setelah selesai membereskan rumah, kulihat sebuah motor terparkir di depan rumahku. Lalu sosok yang kunanti beberapa hari ini pun tiba-tiba turun dari motor tersebut.

"Maaf Silvi, aku baru bisa datang lagi!" ucapnya penuh penyesalan.

Aku pun meminta kak Gema untuk masuk terlebih dahulu dan duduk di ruang tamu. Sementara aku menyiapkan minuman untuknya.

Saat kembali dengan menbawakan minuman dan beberapa cemilan, kulihat Kak Gema tengah konsentrasi, sibuk dengan laptopnya. Wajahnya tampak sangat serius sekali. Tiba-tiba aku jadi penasaran apa dia memiliki informasi terkait Mas Dio?

Hah ..., apa aku masih membutuhkannya padahal baru saja aku memutuskan untuk menerima kondisi ini dan berhenti untuk curiga pada suamiku.

"Maaf aku baru bisa datang hari ini Silvi, aku butuh banyak waktu untuk mengumpulkan informasi tentang suamimu," jelasnya tanpa kuminta sama sekali.

"Jadi ..., aku mendapatkan suamimu berpindah-pindah tempat terus selama empat hari ini, Silvi," lanjutnya lagi tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya sama sekali.

Tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang mendapat informasi ini. Kenapa bisa Mas Dio berpindah-pindah tempat terus? Apa sebenarnya yang dilakukannya di sana?

"Ini, lima tempat yang berhasil aku dapatkan tentang keberadaan suamimu selama beberapa hari ini." Kak Gema menyodorkan sebuah kertas, sembari menatapku dengan tatapan yang entah.

Kuterima kertas tersebut dan segera membacanya dengan seksama. Jantungku makin berdebar kencang dibuatnya setelah membaca tempat keberadaan Mas Dio satu persatu.

Masih belum jelas memang, tapi tetap saja membuatku ketakutan dan makin penasaran atas yang dilakukan suamiku itu kini. Kira-kira apa yang dilakukan Mas Dio yang dalam empat hari bisa berpindah ke empat hotel dan satu restoran di Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya?

Ada banyak kemungkinan, bisa saja positif atau negatif, aku tak akan pernah tahu jika tidak datang dan membuktikannya langsung dengan mata kepala sendiri, mencari tahu apa yang dilakukannya kini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status