Share

JAGA JARAK -6-

Setelah kejadian beberapa hari dulu, sekarang Namiya jadi lebih menjaga jarak atau lebih tepatnya menjauh dariku, sudah aku duga ini akan terjadi namun bagaimana pun aku harus menyadarkan gadis itu akan pasal terakhir dalam kontrak kami.

Aku selalu berusaha mendekati gadis itu dengan perlahan-lahan, walaupun terlihat tidak profesional dalam bekerja, namun aku tetap melakukannya, menarik perhatian seorang gadis bukanlah diriku, namun saat melihat gadis itu menjauh dariku membuat aku risih, contohnya seperti saat ini.

Mereka sedang makan siang bersama klien, namun gadis itu malah mengambil tempat duduk di samping klien, ketimbang di sampingku. Hal itu pun membuat aku kesal dan langsung memerintah kembali gadis itu.

"Namiya, duduk di samping saya."

"Baik, Pak."

Terlihat sekali bahwa gadis itu terpaksa menuruti keinginannya, sebelum gadis itu duduk, ia sengaja mendekatkan kursi di sampingnya ke arahnya, namun gadis itu malah menjauhkannya lagi, hal itu membuatnya menghela nafas kasar dan memilih tetap diam. Walaupun jaga jarak namun kinerja kerja gadis itu tak diragukan lagi, dia sigap dan cepat tangkap akan hal baru, saat pembicaraan penting antara aku dan klien dimulai, dia langsung mengambil buku kecil yang merupakan buku catatannya untuk mulai menulis hal paling penting yang nanti akan ia salin dan ia jadikan satu dengan catatan lain, lalu memberikannya padaku sebagai catatan untukku dan laporan pekerjaannya.

Setelah diskusi akan proyek kerja sama dengan klien, akhirnya pembicaraan santai pun dimulai dan makanan untuk makan siang pun sudah dihidangkan pelayan restoran. Aku melihat ke arah gadis itu yang makan dengan tenang, sebelum akhirnya aku menganggu ketenangan gadis itu dengan menyentuh kaki Namiya yang ada di bawah meja menggunakan sepatunya dengan gerakan perlahan-lahan. Jika biasanya wanita lain akan merespon dengan balas menggoda, maka gadis ini berbeda, ia bisa melihat tangan wanita itu terkepal kuat seakan berusaha menahan amarah dalam dirinya dan berusaha bersikap acuh seakan ia tak melakukan apa pun.

"Sekretaris sangat cantik, dia pun berkompeten di bidangnya, Anda sangat pintar memilih Nyonya ....

Kliennya berhenti sejenak untuk menanyakan nama dari gadis di sampingnya, ia bisa lihat gadis itu tersenyum tipis lalu menyebutkan namanya. Entah kenapa ia tak suka gadis itu ramah dengan pria lain namun tidak dengan dirinya.

"Namiya."

"Nyonya Namiya benar-benar memiliki kualitas tinggi."

"Terima kasih atas pujiannya, Pak Toni."

"Ya, sama-sama."

"Pak Toni, maaf kami ada urusan penting lagi jadi harus segera pergi, kami pamit pergi."

Setelah mengatakan hal itu, ia bisa melihat jika gadis di sampingnya ini terlihat terkejut mendengar kebohongannya karena memang tak ada urusan penting atau pertemuan lainnya setelah makan siang ini. Namun ia bersyukur karena sekretarisnya itu tetap diam untuk menjaga nama baiknya.

"Baik, kalau begitu, senang bisa bekerja sama dengan Anda."

"Saya pun sama. Namiya, ayo kita pergi."

"Baik, Pak."

Aku pun pergi dari restoran ini disusul dengan gadis itu di belakangku, tak ada satu kata patah pun keluar dari bibirnya selama di dalam mobil saat hendak kembali ke kantor. Gadis itu sibuk dengan tugasnya yaitu memeriksa jadwalku dan menandai mana yang sudah selesai. Rasanya aku ingin sekali Namiya berubah menjadi wanita liar seperti sekretarisku yang sebelum-sebelumnya walaupun mustahil.

"Kamu punya kekasih?"

Ia menatap ke arah gadis itu dan bisa melihat tatapan terkejut di kelopak mata indah itu ketika ia bertanya hal privasi dan jauh dari pekerjaan. Namun gadis itu tetap menjawab dengan sopan.

"Belum punya, Pak."

"Kenapa? Kamu cantik, pintar, dan memiliki karir yang cemerlang, pasti semua pria ingin bersamamu."

"Tapi saya tidak punya waktu untuk menjalin hubungan kasih dengan pria mana pun, saya harus bekerja keras untuk bertahan hidup."

Adalah yang lebih menyebalkan dari keseriusan dan profesional kerja seorang Namiya? Maka jawabannya adalah tidak, bahkan saat ia mencoba santai dengan memberi pertanyaan yang santai namun gadis itu tetap kaku, sekaku patung pahlawan.

Namun tanpa ia sadari bahwa saat ini Namiya sedang menahan diri untuk tidak menampar wajah tampan bosnya karena sudah bersikap kurang ajar, mengingat ini ada di kontrak kerja.

"Nanti malam ada acara?"

"Engga ada, Pak."

"Kamu datang bersama saya ke Club untuk mengunjungi pesta ulang tahun teman saya."

"Tapi itu di luar jam kantor, Pak."

"Terus saya peduli? Intinya kamu siap-siap untuk nanti malam dan jangan lupa kirim alamat rumah kamu, saya akan menjemput kamu."

Ia tak mau mendengar apalagi peduli dengan penolakan sekretarisnya itu, gadis itu terus saja menolak setiap perintahnya, padahal setiap wanita yang ia temui pasti bersedia ia ajak kencan walau tahu besoknya akan dibuang.

Ia bisa lihat gadis itu menghela nafas kasar karena frustasi dengan tingkahnya, namun ia memilih untuk tidak melihat dan tidak peduli, nanti malam ia akan memperlihatkan bagaimana kehidupannya di depan Namiya dan membuat gadis itu menghabiskan satu malam dengannya dan dilanjut dengan malam-malam berikutnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rima Syarofi
kok nyonya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status