Share

Bab 3. Persyaratan Ibu

Satu Bulan Kemudian

Kilatan cahaya lampu dari sebuah kamera seorang Kameraman sudah menjadi pemandangan biasa bagi Ayana. Tahun ini dia kembali mendapatkan penghargaan sebagai Artis terbaik yang sudah pasti malam ini para Wartawan tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk mewawancarai Ayana dan lain sebagainya. Bukan sebuah mimpi bagi Ayana, tetapi itulah kenyataannya. Dia Ayana Birdie seorang Artis papan atas yang tengah terkenal tahun ini.

“Bagaimana perasaan Anda ketika kembali mendapat penghargaan di tahun ini?” tanya salah satu Wartawan.

“Pastinya aku sangat bersyukur dan bahagia atas semua yang telah aku raih,” jawab Ayana dengan senyuman ramahnya.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan wartawan Ayana segera masuk ke dalam mobil dibantu para Petugas Keamanan yang melerai jalannya dan juga langkah kakinya dari kerumunan para Wartawan dan Fans. Mustahil bagi Ayana menjawab semua pertanyaan Wartawan yang tidak ada habisnya, apalagi ketika ada yang bertanya ‘Kapan akan mengakhiri masa lajangnya, Kak?’ rasanya Ayana ingin menyumpal mulut Wartawan tersebut dengan mic yang dia suguhkan tepat di depan mulutnya. Terdengar jahat sih, tapi dia hanya tidak suka ketika mendengar pertanyaan macam itu. Hal itu pun mungkin akan sama dirasakan oleh para jomblo di luar sana.

“Malam ini aku ingin istirahat. Jadi, aku mohon jangan ada orang yang menggangguku,” pesan Ayana kepada Septha selaku Asisten pribadinya.

“Iya baiklah, kamu boleh istirahat. Kata Mbak Hanna kamu sudah menyelesaikan semua pekerjaanmu degan baik.”

“Oh iya. Apakah minggu ini tidak ada kabar buruk tentangku di media?” tanyaku yang masih cemas akan tindakan Arsenio yang tidak aku ketahui.

“Tidak ada. Kamu ini kenapa selama beberapa minggu ini selalu menanyakan hal yang sama secara berulang?” tanya Septha.

“Tidak apa-apa,” jawab Ayana singkat.

Ayana berbincang di dalam hatinya sambil terus mencoba berpikir positif, “Mungkin Arsenio bukanlah orang jahat yang seperti aku pikirkan dan mungkin saja malam itu dia tidak mengambil gambar atau apapun dariku. Aku yakin Arsenio bukan lagi anak remaja, lebih baik lupakan hal itu.”

Tidak lama akhirnya malam ini Ayana dan semua rekan kerjanya sampai di rumah atau sebuah tempat tinggal kedua yang sengaja Ayana bangun beberapa tahun lalu agar tidak satu rumah dengan Ibunya. Ayana sengaja pindah rumah agar Ibunya tidak terganggu dengan semua aktifitas yang dia kerjakan dan semua aktifitas rekan kerjanya yang tinggal satu rumah dengannya.

Rumah bernuansa minimalis yang tidak terlalu mewah berwarna putih tersebut memiliki kolam renang di halaman belakang yang luas dan juga halaman depan yang dipenuhi rumput hijau. Rumah yang Ayana desain sendiri membuat Ayana nyaman tinggal di rumah pribadinya sendiri dibanding tinggal di rumah ibunya, selain tidak nyaman tinggal bersama ibunya kesibukan Ayana juga mengharuskan Ayana jarang mengunjungi ibunya dan tinggal disana.

“Lelahnya!” keluh Ayana sambil membuka high heels yang membelenggu kakinya sejak tadi siang. Dia biasa menggunakan high heels yang tingginya lebih dari 7 cm, agar tubuhnya terlihat semakin jenjang di mata semua orang.

Ekspektasi memang tidak seindah realita, selama perjalanan pulang Ayana sudah membayangkan akan beristirahat dan langsung berbaring di atas ranjangnya yang empuk. Namun, tiba-tiba suara bernada sopran sedikit bergetar memekik seisi ruangan ketika dia hendak naik ke lantai atas.

“AYANAAA!”

Mendengar dari suaranya itu adalah suara Ibu kandung Ayana yang bernama Laras. Ayana menghentikan langkahnya, dengan sangat terpaksa dia berbalik sambil menghela napas dalam. Ingin rasanya wanita cantik itu meninggalkan ibunya dan langsung pergi ke kamar, tapi dia rasa itu hal yang tidak mungkin. Ayana tidak mau dicap sebagai anak durhaka yang tidak mau mendengarkan perkataan ibunya.

“Maaf Non, Mbak tidak bisa melarang Ibu Laras untuk masuk ke rumah. Mbak takut dipecat,” kata Mbak Sari, Asisten rumah tangga Ayana.

“Tidak apa-apa, Mbak. Lebih baik Mbak tidur saja, sudah malam.”

Semua pekerja atau rekan kerja Ayana paling takut apabila waktu istirahat majikannya di ganggu. Katanya yang pernah semua orang dengar dari Septha, akan menyebalkan dan menjadi singa buas apabila waktu istirahat Ayana di ganggu. Tapi, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa malam ini apalagi yang mengganggu istirahat Ayana kali ini adalah ibunya sendiri.

“Ada apa, Bu? Kapan Ibu datang?” tanya Ayana sambil mencium pipi kiri dan kanan Laras.

“Sampai kapan? Sampai kapan kamu akan seperti ini Ayana? Sekarang usiamu sudah menginjak hampir 28 tahun dan masih belum memiliki pasangan. Kapan kamu akan menikah? Saudara dan teman-teman seusiamu semuanya sudah menikah!” tanyanya.

Selalu saja hal itu yang selalu dibahas oleh Laras, seperti tidak ada pembahasan lain lagi. Misalnya, Laras menanyakan karir, penghargaan atau karya yang anaknya capai selama ini. Jujur lelah rasanya bagi Ayana mendengar perkataan ibunya itu, karena Ayana pikir pernikahan itu tidak bisa diprediksi apalagi ini perihal jodoh yang semuanya sudah di tuliskan oleh sang maha kuasa.

“Bu, aku masih belum memikirkan hal itu. Aku masih 28 tahun, masih banyak para Artis yang usianya sudah diatas 30 tahun belum menikah. Tenang saja bu, Ayana yakin nanti juga jika sudah waktunya Ayana akan menikah, kok.”

“Kapan? Pasangan saja kamu masih belum punya!” timpalnya, “jika nanti tepat usiamu 29 tahun dan masih belum memiliki pasangan, kamu harus menerima laki-laki pilihan Ibu.”

“Bu!” sentak Ayana yang tidak setuju dengan keputusan sang ibu.

“Sudah, pokoknya itu persyaratan dari Ibu. Ibu pulang dulu,” pamit Laras sambil membawa tas jinjing warna hitam, berbahan kulit buaya asli yang Ayana tahu tas tersebut harganya sangat mahal.

Semula Ayana yang sudah mengantuk, tiba-tiba matanya sangat sulit untuk dipejamkan malam ini. Mengingat persyaratan dari Laras yang menginginkan dia menikah di usia 29 tahun adalah sebuah persyaratan yang sangat sulit untuk Ayana wujudkan dan entah kenapa bayangan Arsenio sampai saat ini tidak bisa untuk Ayana lupakan.

“Apakah aku jatuh cinta kepadanya?” tanya Ayana dalam hati, “tapi, meskipun aku jatuh cinta kepadanya, rasanya tidak mungkin Arsenio jatuh cinta kepadaku. Aku yakin level wanita yang Arsenio inginkan jauh lebih dariku.”

Sesaat Ayana melupakan persyaratan dari sang ibu. Malam ini kedua jarinya berselancar di layar ponsel untuk mencari informasi lebih mengenai Arsenio dan anehnya meskipun Arsenio seorang pengusaha muda tampan dan sukses, identitasnya tidak terlalu banyak dimuat di internet. Namun, satu hal yang Ayana tahu dari pencariannya malam ini kalau Arsenio ternyata belum menikah di usianya yang sudah menginjak 30 tahun itu.

“Lupakan saja, dia tidak mungkin aku dapatkan!” kata Ayana sambil menyimpan ponsel dan tidur.

Selama hampir satu bulan sepulang dari Bali seperti biasa Ayana menjalankan semua rutinitasnya yang semakin hari semakin banyak dan padat, bahkan Ayana lupa kalau hari ini adalah pemeriksaan kesehatan dengan Dokter pribadinya.

Hari ini Ayana di undang salah satu stasiun televisi untuk hadir diacara tersebut, Ayana diharuskan menjawab pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Host secara langsung dan acara tersebut pun disiarkan secara langsung pula. Jadi, apapun yang akan terjadi pasti akan terekam. Sebelum segmen Ayana masuk ke acara tersebut, siang ini dia duduk di ruangan makeup sambil menunggu panggilan.

“Mbak Ayana, mau melakukan pemeriksaan kesehatan hari ini?” tanya Septha, “katanya Dokter sudah menunggu.”

“Nanti saja, hari ini sampai satu minggu ke depan jadwal aku padat,” jawab Ayana, “katakan kepada Dokter Lingga, aku mengganti jadwal temu.”

“Baiklah,” jawab Septha patuh.

“Mbak Aya! Sekarang giliran kamu masuk,” ucap salah satu crew.

Ayana berjalan menuju koridor dan masuk ke acara terebut. Kedatangan Ayana disambut hangat oleh para Host da juga tepuk tangan dari para fans Ayana yang berada di lokasi tersebut untuk menonton. Selama beberapa menit hingga sampai jeda iklan Ayana masih merasakan tubuhnya baik-baik saja. Tapi, setelah jeda iklan dan acara akan dimulai kembali, Ayana merasakan pusing yang begitu luar biasa.

“Setelah mendapat penghargaan sebagai artis terbaik tahun ini. Apa lagi yang ingin kamu capai?” tanya Host kepada Ayana.

Alih-alih menjawab Ayana hanya terdiam merasakan kepalanya yang semakin berputar dan perutnya yang terasa mual dan ingin muntah. Pandangan matanya tiba-tiba menjadi buram, dia mendengar para Host terus memanggil namanya, tetapi perlahan mulai terdengar samar di telinganya. Ayana merasakan sekujur tubuhnya tiba-tiba lemas dan tiba-tiba pertahanan tubuhnya ambruk. Hal tersebut membuat semua orang yang ada di studio kaget dan panik, terlebih lagi para crew dan Septa selaku asisten pribadinya.

“Ayana bangun!” kata Septha yang terdengar begitu mengkhawatirkan keadaan Ayana yang tidak sadarkan diri .

“Tolong, cepat bawa dia!” ujar salah satu host yang membawakan acara hari ini.

Para Crew televisi langsung bergegas utuk menggendong Ayana keluar dari depan kamera, tetapi tidak sadarkan dirinya Ayana sudah terekam serta sudah disiarkan secara langsung membuat semua orang tahu mengenai hal tersebut.

Sebenarnya apa yang terjadi kepada Ayana? Kenapa bisa terjadi hal seperti itu? Apakah dia kelelahan? Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut semua orang yang melihat hal tersebut, bahkan para wartawan acara gosip langsung sigap untuk mencari informasi tersebut, mereka ingin tahu jelas hal apa yang terjadi kepada selebritis yang tengah naik daun tahun ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status