Sudah seperti bodyguard, Sally menemani Taylor pulang hingga Dave datang menjemput. Padahal, Taylor sudah menolak, tetapi Sally memaksa.
"Terima kasih, sudah menjaganya." Dave berbicara pada Sally melalui jendela mobil yang terbuka.
"Sama-sama, Paman. Aku sebagai ketua kelas harus bertanggungjawab juga akan kesehatan murid kelas," balas Sally dengan sopan.
Melihat perilaku Sally yang begitu baik dan peduli, Dave memilih mempercayai Sally untuk menjaga Taylor di sekolah. Tidak ada lagi bersahabat dengan murid laki-laki. Boleh saja, tetapi jangan terlalu dekat.
"Terima kasih ...."
"Sally, namaku Sally."
"Terima kasih, Sally. Saya harap, kamu mau menjaga Taylor selalu."
Sally dengan senang hati akan melakukannya. "Tenang saja, Paman. Ingat, saya ketua kelas, dan itu sudah jadi tanggungjawab. Aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa Taylor. Jaga kesehatanmu, ya, Tay." Sally pun memberi lambaian tangan.
Balasan Taylor hanya lamba
Sudah terbiasa bangun pagi, Dave dengan sengaja tidak turun dari ranjang. Melihat Taylor yang tidur dengan nyenyak, mampu membuat Dave betah menatap dan tersenyum.Hampir memakan banyak waktu, Dave tersadar karena suara alarm Taylor yang berbunyi."Gadis dingin, bangun. Kamu harus sekolah." Suara Dave yang serak di pagi hari, mampu membius para wanita di sebelahnya, tetapi tidak pada Taylor. Tidak ada pergerakkan dari Taylor, sepertinya Taylor mengantuk berat.Dave teringat cara untuk membangunkan Taylor yang sulit bangun. Saat Taylor berumur 10 tahun, Dave selalu menggunakan cara ini.Kedua pipi Taylor dikecup bergantian. Tidak hanya pipi, tetapi dahi dan hidung juga. Kenapa dikecup? Itu akan membuat Taylor risih dan terbangun. Cara itu selalu berhasil."Lima menit lagi." Taylor mulai tersadar. Sempat berpindah posisi untuk membelakangi Dave."Tidak bisa, nanti kamu telat, lalu menyalahkanku," tolak Dave, yang kembali ingin mengecup pipi Ta
Calon dan senior model saling memegang naskah masing-masing. Taylor fokus dengan isi naskah, sedangkan mata Sidney tidak pindah dari wajah Taylor."Aku membawa gunting di tas. Jangan sampai guntingku menancap di matamu," ancam Taylor, yang masih fokus pada naskah.Sama seperti Dave, ancaman Taylor tidak ampuh pada Sidney. Reaksi yang sama, yaitu tertawa."Dengan perilakumu seperti itu, kamu tidak akan bisa menjadi model. Ekspresi kaku. Kenapa Pamanmu berniat sekali menjadikanmu model?" Dengan punggung menyandar pada sandaran kursi, serta kaki kanan yang dinaikkan pada paha kiri, membuat Sidney terlihat menawan. Bagi para penggemar.Tidak dengan Taylor, yang sekarang sedang menatap tajam. "Sebagai rekan, harusnya kamu mengajari calon model yang berekspresi kaku ini. Mulutmu tidak ada bedanya dengan mulut Ibu-ibu."Salah satu ujung bibir Sidney menaik, ketika berjalan mendekati Taylor. Bisikan Sidney terdengar tepat di telinga Taylor, ketika tubuh Si
Bersiap untuk masuk ke sekolah bersama Sally, Dave menghentikan Taylor untuk memberi pesan."Gadis dingin, aku sudah meminta ijin pada wali kelasmu. Ingat, saat istirahat, aku akan menjemputmu, lalu langsung menuju lokasi shooting.""Paman Jo kabari saja, kalau sudah sampai di sini," balas Taylor seakan sudah tahu. Padahal, Dave baru memberitahu sekarang.Dave hanya mengangguk, sambil memberi acungan jempol. "Aku pergi dulu. Fokus dalam pelajaran."Lagi dan lagi, Taylor menghela napas, kali ini dengan kasar. Tidak ada lagi mata genit dan kecupan jarak jauh. Apakah karena Dave akan menikah dengan Donna, atau Dave sudah tidak ingin melakukannya lagi karena Taylor tidak suka?"Tay, memangnya, kamu akan shooting apa? Sahabatku menjadi artis!" Sally yang sedari tadi berdiri di sebelah Taylor, berteriak gembira, membuat Taylor menutup mulut sang ketua kelas."Jangan berteriak. Aku tidak ingin ada yang mengerumuniku." Setelah Sally mengangguk, Tayl
"Taylor, ceritakan pada kami. Bagaimana kamu melakukan shooting iklan kemarin? Tanpamu di kelas, rasanya hampa sekali." Sally mengoceh sedari awal duduk di kelas."Semua berjalan lancar. Antara dua atau tiga hari, iklan akan terpampang di televisi kalian. Semoga saja wajahku diburamkan."Pernyataan Taylor membuat Sally dan teman-teman tertawa. Mereka menganggap itu sebagai candaan, tetapi tidak bagi Taylor. Taylor bahkan berharap wajahnya tidak terlihat ditelevisi. Pemikiran yang aneh."Kalau sudah resmi ada iklannya, aku akan membeli parfum itu." Judie, salah satu teman Sally berkomentar."Aku juga!" Diikuti teman-teman perempuan lain.Seperti yang Taylor katakan di pabrik. Parfum terbaru yang Dave resmikan pasti akan terjual laris. Belum diresmikan saja, sudah banyak yang bersiap, apalagi sudah diresmikan?"Berarti, kamu akan kehilangan banyak pelajaran sekolah? Karena kamu jadi model, pasti waktumu tidak cukup untuk belajar," imbuh Sally.
Tanpa aba-aba, Taylor sudah seperti orang kesurupan. Rambut Donna langsung dijambak, supaya menjauh dari Dave. Tidak peduli dengan Donna yang meronta-ronta kesakitan, Taylor tetap menarik Donna hampir ke pintu utama.Dave yang terkejut memilih untuk memakai baju yang sempat dilepas, lalu dengan cepat melepas jambakan Taylor. "Kasihan dia. Kenapa kamu menjambaknya?""Kenapa? Paman pikir saja sendiri! Ingin bercinta di tempat terbuka? Sekalian saja di tengah jalan! Katanya ingin mempersiapkan acara pernikahan." Taylor sungguh mengeluarkan amarahnya kali ini. Tidak peduli dengan asma."Dengar dulu, jangan emosi berlebihan, Taylor. Asmamu bisa kam-""Aku tidak peduli! Kali ini tidak peduli! Aku tidak suka lihat Paman dengannya yang asal bercinta! Kalian sudah seperti hewan! Menjijikan!""Hey! Dengar, ya, anak kecil! Asal kamu tahu saja. Aku dan Dave sudah lama berhubungan seperti ini, jadi kamu tidak punya hak untuk mengatur!" Donna melawan, setelah me
Sudah tidak ada lagi kecupan manja dan mata genit, yang ada justru kecanggungan. Antara Dave dan Taylor. Mereka berdua sulit untuk mengatakan isi hati yang sebenarnya."Tay!" Sally berlari mendekati Taylor. "Aku dengar dari Sidney, kamu dan Paman Jo bertengkar di jalanan kemarin malam. Apa itu benar? Kamu menangis, dan Paman Jo menarikmu pulang," lanjutnya, sambil mengatur napas.Taylor menatap Dave yang juga menatap Taylor. Diam sementara untuk mempertimbangkan jawaban."Tidak ada masalah apa pun. Bukan begitu, gadis dingin?" Dave seakan menyuruh Taylor untuk menutup mulut."Ya, tidak ada masalah." Wajah tidak sama dengan ucapan, begitu juga dengan hati dan pikiran. Sulit untuk menutup rahasia pada Sally, jadi Taylor akan bercerita setelah Dave pergi.Sally hanya mengangguk percaya di depan Dave. Padahal, Sally tahu bahwa ada yang terjadi."Aku jemput atau-""Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri," tolak Taylor mentah-mentah. "Aku aka
Sama seperti apa yang Taylor lakukan pada Donna, menjambak rambut seperti orang kesurupan. Namun, Taylor tidak ingin sakit sendirian, Donna pun kembali dijambak."Kamu memang jalang! Sengaja merebut Dave dariku! Dengan gaun seperti itu, kamu tetap tidak bisa membuatnya tertarik!""Aku bukan sepertimu, yang suka memamerkan tubuh! Tanya sendiri padanya! Dia sendiri yang menyuruhku mencoba gaun ini!""Kalian berdua! Cukup!" Dave melepas jambakan Donna dan Taylor. Setelah terlepas, Dave langsung menarik Donna keluar kamar. "Kenapa kamu di sini?""Kenapa? Aku calon istrimu! Aku berhak datang ke sini untuk bertemu calon suami! Katakan padaku, apa dia menggodamu?" Donna tidak mendengar adanya jawaban dari Dave. "Dia menggodamu, 'kan?""Kamu memang pantas disakiti!" lanjut Donna yang masih belum puas.Tiba-tiba Dave menarik Donna, mengantar Donna pulang supaya tidak ada keributan di rumah."Nola, tolong urus Taylor di kamarku," pinta Dave pad
Menunggu tidaklah menyenangkan. Sama seperti Taylor yang sedang duduk di mobil, menunggu Dave yang mendadak melakukan rapat."Jangan keluar, sebelum aku keluar." Seperti itulah pesan terakhir yang Dave sampaikan.Betapa membosankan hanya duduk diam di mobil. Radio pun terdengar kurang mendukung. Tidur? Taylor sudah banyak tidur, setelah peristiwa tidak menyenangkan terjadi.Peristiwa di ruang makan teringat kembali. Taylor sampai memegang bibir dan tersenyum sendiri."Cukup, Taylor. Aku tidak ingin gila seperti Si Jo menyebalkan itu," gumam Taylor dengan menoleh ke ara gedung perusahaan Dave. "Baru kali ini menjadi orang ketiga. Kenapa tidak aku menolak tadi?" Helaan napas keluar.Melihat ada lelaki muda yang berdiri dengan pakaian trendi, membuat Taylor berpikir dua kali.Menjadi kekasih dari Dave Jo, bukankah terdengar menggelikan?Semua orang akan mengira mereka hanyalah papa dan anak. Umur mereka juga terpaut jauh.Seharusn