Share

Bab 3

Penulis: R15
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-09 15:45:17

Khania terdiam dan menatap dirinya di depan cermin, penampilan yang tidak pernah dia sangka, ternyata akan dikenakannya hari ini. 

Gaun serba putih dengan renda yang indah, rambut cokelat sebahu yang biasa terurai kini dibentuk sanggul kecil dihiasi mutiara, dan riasan tak biasa di wajah cantiknya membuat Khania bahkan tidak mengenal dirinya.

Gadis itu menghela napas saat kembali mengingat apa yang akan terjadi hari ini.

Leo, pria itu tidak menarik kata-katanya saat bilang acara pernikahan mereka akan dilaksanakan hari ini. 

Khania pun kesal saat keinginannya untuk meminta waktu agar lebih mengenal satu sama lain tidak didengar, Leo mengatakan hal itu tidak akan berguna. 

TOK! TOK! 

"Nona, lima menit lagi anda sudah harus keluar," ujar Icha di balik pintu.

"Ya, aku mengerti," jawab Khania. 

Sudah hampir setengah jam Khania terdiam di ruangan ini, dia tidak berani keluar karena keadaan di sana begitu asing. Banyak mata yang melihatnya aneh dan itu membuatnya tidak nyaman. 

"Bibi, aku merindukanmu."

Khania menundukkan kepala, sekuat tenaga dia menahan agar tidak menangis. Meski sudah meyakinkan diri untuk tegar, tapi sesungguhnya saat ini dia butuh dukungan.

CKLEK! 

Khania terlonjak kaget saat ada yang membuka pintu tanpa permisi. 

"Leo, apa kau ada di sini?" tanya sosok itu yang ternyata adalah seorang pria. 

Keduanya terdiam saat melihat satu sama lain. 

"Kau? Bukankah Khania?" tanya pria itu. 

Khania menatap pria itu lama sambil mengingat siapa pria itu. Dia adalah teman satu kelasnya saat SMA!

"Siron?" Mana mungkin Khania dapat melupakan pria yang dikenalnya sejak awal masuk sekolah itu. Sosok yang populer karena ketampanannya, dengan wajah tirus dan rambut hitam di tambah bola mata keemasannya begitu mencolok.

Tapi hanya satu tahun Khania mengenal Siron, karena setelah kenaikan kelas, pria itu pindah ke luar negeri. 

"Tadi dia mencari Leo, apa mungkin Siron temannya?" batin Khania. 

Pria itu menghampiri Khania dengan tatapan tak percaya, matanya memandang Khania dari atas sampai bawah hingga membuat gadis itu merasa tidak nyaman. 

"Kau, adalah pengantin wanitanya?" tanya Siron. 

Khania mengangguk tanpa bersuara.

Pria itu terdiam sesaat lalu bergumam, "Bagaimana bisa?"

"Kenapa pintunya terbuka?" Suara Leo membuat kedua sosok itu seketika menoleh.

"Leo, apa gadis ini yang akan menjadi pengantinmu?" tanya Siron dengan tatapan serius. 

Leo mengernyitkan alis, heran dengan sikap sang sahabat. "Iya, memangnya kenapa?"

"Jadi dia yang jadi bahan omongan semua orang? Yang mereka sebut sebagai nona satu milyar?" Siron melayangkan beberapa pertanyaan dengan ekspresi kesal. 

Khania hanya diam mendengar semua itu. Meski diam-diam, egonya terasa terluka.

Leo lalu menatap Khania dan beralih pada Siron. Dengan sinis, Leo berkata pada Siron, "Apapun itu, bukan urusanmu." 

"Kau!" bentak Siron yang menghampiri Leo lalu menarik kerah baju pria itu.

"Aku heran, ada apa denganmu sebenarnya?" Leo hanya membalas perlakuan sang sahabat dengan ekspresi bingung. 

Siron melepas cengkramannya dengan kasar, dia menoleh ke arah Khania dan berjalan menghampiri gadis itu. 

Khania melihat Siron yang sudah ada dihadapannya, pria itu menatapnya dengan ekspresi sedih. 

TEP! 

Tiba-tiba tangan Khania di genggam oleh Siron, pria itu menarik tubuh Khania dengan cepat hendak meninggalkan ruangan sampai Leo menahannya. 

"Kau mau membawanya ke mana?" tanya Leo mulai menunjukkan ekspresi marah.

"Pergi dari sini," jawab Siron. 

SET! 

"Akh!" Khania meringis saat Leo menariknya dengan kasar.

"Dia sudah menjadi milikku, jangan lancang," ujar Leo sinis. 

"Kau menikahinya bukan atas dasar cinta! Jangan libatkan dia pada obsesimu yang gila itu!" bentak Siron. 

Leo menyeringai. "Kenapa kau begitu peduli padanya?"

"Dengan satu milyar, kau membelinya? Kalau begitu, aku akan membayarmu berkali-kali lipat, jadi tolong lepaskan dia," jawab Siron tak mengindahkan pertanyaan Leo. 

Amarah Leo memuncak, kini dirinyalah yang mencengkram kerah baju Siron. "Aku tidak membelinya sebagai barang, dan kau pikir aku butuh uangmu?"

"Apa bedanya? Kau membayar pamannya dan mengklaim Khania sebagai milikmu, bukankah sama saja kau perlakukan dia seperti barang?" balas Siron. 

"Kau!!!"

"Hentikan!" Kedua pria itu menoleh dan melihat Khania sudah berlinang air mata. Khania merasa harga dirinya hancur.

"Aku tidak peduli jika disebut sebagai barang milik siapapun! Yang jelas, aku akan menjaga harga diriku sebaik mungkin!" 

Leo dan Siron tersentak ketika mendengar suara begertar Khania. Kedua pria itu melangkah saling menjauh dan menatap gadis itu. 

Khania melihat Siron dan berkata, "Dan untuk Siron ... aku tidak bisa sesuka hati pergi karena perjanjian sudah dibuat."

"Tapi Khania, kebahagiaanmu lebih penting," ujar Siron lagi. 

Khania pun tersenyum. "Terima kasih, kau memang tidak berubah, tetap menjadi teman yang baik."

"Teman?" batin Siron sambil mengepalkan tangan.

Leo melihat ekspresi kecewa Siron. Seketika, Leo menduga bahwa sang sahabat menaruh rasa pada Khania. "Tapi, sejak kapan mereka saling kenal?" gumamnya.

Tak lama kemudian, Siron menghampiri Khania. Dengan tatapan sendu, dia berkata, "Datanglah padaku kapan pun kau mau, Khania. Aku akan selalu ada saat kau membutuhkanku."

Khania hanya tersenyum melihat ketulusan Siron. Baginya, pria itu adalah sosok yang sangat baik.

Siron pun melangkah pergi, saat melewati Leo dia berkata, "Jika terjadi sesuatu yang buruk padanya, aku tidak akan memaafkanmu."

Leo hanya tersenyum sinis dan melihat kepergian Siron dengan perasaan jengkel.

"Apa sudah saatnya?" tanya Khania sambil berjalan ke arah pintu. 

Leo menoleh dan melihat riasan di wajah gadis itu. Terlihat sedikit pudar karena tangisnya tadi. "Kau tidak apa-apa?"

"Apa pedulimu?" Khania menatap tajam ke arah Leo. Dia pun hendak pergi meninggalkan pria itu. 

GREP! 

"Aku peduli padamu," ujar Leo dengan nada rendah. "Sangat."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 27

    Suasana malam terlihat begitu indah dengan hamparan bintang juga bulan yang bersinar terang. Pemandangan yang cukup memanjakan mata sosok yang tengah terduduk dan menatap keluar jendela kamar. Manik hitamnya menatap ke atas langit. "Indah sekali," gumamnya. "Benarkah?." Suara berat itu lantas membuat Khania terlonjak kaget, diapun segera menoleh dan melihat Leo sudah memakai piyama. Penampilan pria itu sukses membuat wajah Khania merona. Dengan rambutnya yang masih basah dan baju piyama tanpa dikancing. "Rapikan bajumu, kenapa terlihat seperti itu?," tanya Khania sambil menoleh ke arah lain. Melihat respon sang istri membuat Leo tersenyum menyeringai. "Agar lebih erotis." "Astaga, dia memang serius tentang malam pertama!" batin Khania pasrah. Dengan penuh persiapan diri dan mental, Khania pun berjalan menuju tempat tidur lalu duduk. Gadis itu menutup mata dan menunggu Leo datang menghampiri. "Kau sedang apa?" tanya Leo bingung. "Jangan banyak bicara, ayo

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 26

    Seakan terkena petir di siang bolong, kini gadis itu terdiam seribu bahasa, membuat lawan bicaranya bingung."Bagaimana?" tanya Leo yang sedari tadi menunggu jawaban.Wajah cantik Khania semakin pucat, dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, baginya hal ini sungguh di luar dugaan."Itu ...""Hm?"Entah kenapa kini gadis itu merasa sebal dengan ekspresi sang suami yang sedang menggodanya."Aku tahu ini akan terjadi, tapi ... Kenapa terasa sangat memalukan?" jerit Khania dalam hati. "Lihat wajahnya! Menyebalkan!""Aku tidak ingin ada penolakan, kau mengerti?" bisik Leo dengan senyum menyeringai."HIIYYY!" Seketika tubuh Khania merinding saat mendengar ancaman itu. Dia tidak menyangka sampai seperti itu Leo menunjukkan keinginannya."Baiklah, jika sudah selesai akan aku antar kalian pulang," ujar Leo beranjak dari tempat duduknya. "Mari, nyonya." Sambungnya sambil mempersilahkan Khania berdiri."Mereka berdua sangat romantis.""Khania benar-benar beruntung.""Tuan Leo sangat gentle

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 25

    "Khania, semua ini ... Yang benar saja," ujar Rosi tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Berlian dengan berbagai ukuran dan warna berjejer di depan mereka, terlihat pula para pegawai toko tengah sibuk mencari stok lain karena Khania memintanya. "Pilihlah saja dulu, aku yang akan bertanggung jawab." Khania menjawab sambil melihat salah satu berlian dengan ukuran sedang. "Aku ingin, tapi ... Apa ini mimpi?" tanya Dina sambil mencubit pipinya. "Khania, semua ini, beneran tidak apa-apa?" tanya Rosi berulang kali. Khania menjawab keraguan teman-temannya dengan senyum manis. "Ya, sepertinya Leo memang sudah sengaja mempersiapkannya untuk kita." Keraguan Khania hilang saat mendapat pesan dari Leo, pria itu memberikan secarik kertas lewat pelayannya dan bertuliskan agar Khania tidak membatasi keinginannya, karena sebagai seorang Duchess, dia berhak mendapatkan itu semua. Di sisi lain Leo tidak mau dibilang suami yang pelit karena tidak memberikan kebebasan dalam hal keuanga

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 24

    "ARRGGHH! HENTIKAN!" Teriak sosok itu saat Leo mencengkram pergelangan tangannya semakin keras, satu orang lainnya hanya melihat kejadian itu dengan tatapan ngeri. "Hey! Ada apa ini?" "Ya ampun!" Dina dan Riki sangat kaget saat masuk ke dalam rumah Rosi dan melihat apa yang sedang terjadi. "Akan kupatahkan semua tulang-tulangmu," gumam Leo penuh amarah. "AARGHH!" "Leo! Hentikan!" teriak Khania merasa tidak tega. "Yah, aku tahu kau pasti berkata begitu," ujar Leo menghela napas, dengan cepat dia pun melepaskan tangan pria itu. "Sebenarnya siapa kalian berdua?" Khania pun menghampiri Leo dan menjelaskan apa yang terjadi. "Mereka adalah paman Rosi, kedatangannya kemari untuk mengambil alih rumah ini, padahal Rosi membayarnya dengan mencicil dan sudah berjalan selama lima tahun." "Pantas saja, jika dilihat dari sikap mereka yang berani, sepertinya mereka memiliki hak yang lebih kuat," batin Leo. "Aku tidak boleh gegabah." "Kalian orang luar jangan ikut campur, ini adalah urusa

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 23

    Terpaan angin lembut berhembus di padang rumput dan luas itu. Sinar mentari mulai naik menunjukkan eksistensinya, juga sebagai tanda makhluk hidup di bawahnya harus memulai aktivitas mereka. Suara decitan gir sepeda beberapa sosok itu menambah suasana pagi di sana menjadi lebih ramai, ada pula di antaranya selalu berhenti setelah melaju beberapa meter. "Rosi, sepertinya rantai sepedamu sudah gabisa dipakai," ujar Riki saat mencoba memperbaiki. Mendengar itu Khania pun segera menghampiri. "Rantainya putus?" Riki mengangguk. "Kau pakai punyaku saja, biar aku yang dorong sepedamu," ujar Riki pada Rosi. "Gausah ki, rumahku udah deket ko," ujar Rosi. "Rosi benar, sebaiknya kita dorong sepeda bersama-sama agar tidak ada yang tertinggal." Khania pun berjalan menghampiri Leo. "Kau tak keberatan kan?" "Tentu," jawab Leo sambil turun dan mendorong sepeda milik Khania. Beberapa menit mereka berjalan beriringan, melewati padang rumput itu hingga tiba di area sungai. Manik Khania menatap

  • Nyonya Satu Miliar   Bab 22

    "Khania! Sebelah sini!" Khania menolehkan wajah dan mendapati Dina dan tiga orang gadis sebaya dengannya sedang duduk di sebuah pondok kecil. Dia pun segera mengayuh sepedanya lalu menghampiri mereka. "Maaf aku terlambat," ujar sambil terengah. Ke empat sosok itu tertawa lepas saat melihat Khania yang kelelahan karena mengendarai sepeda. "Kau jarang olahraga ya?" tanya salah satu dari mereka. Khania hanya tersenyum malu, mereka sangat tahu dirinya sejak dulu, sebenarnya dia di kenal sebagai anak yang lincah dan tidak kenal lelah, tak heran jika kini mereka merasa asing saat tahu dirinya banyak berubah. "Ah benar juga, di mana suamimu? Bukankah kau mau ajak dia jalan-jalan juga?" tanya Dina. Khania menyimpan sepedanya lalu duduk di antara teman-temannya. "Sepertinya Leo tidak akan ikut, aku takut dia kelelahan karena baru selesai melakukan pekerjaan." Meski sudah mencoba untuk tidak egois, tapi tidak dipungkiri Khania sangat ingin kehadiran sosok Leo saat ini. Sejak kepergiann

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status