Share

Kembalinya Sang CEO

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-18 17:41:07

Suri berdiri di depan lemari, tangannya terampil memilih kemeja dan jas untuk Romeo yang akan kembali bekerja, setelah satu tahun absen dari kantor. Ia harus memastikan bahwa suaminya tampil dengan sempurna pada hari yang istimewa ini.

Romeo baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih lembap. Ia mengangkat satu alis, saat melihat istrinya begitu sibuk menyiapkan baju, bahkan lebih sibuk dari dirinya sendiri.

Dengan ekspresi serius, Suri memeriksa satu per satu jas yang tergantung rapi. Keningnya sedikit berkerut saat menilai potongan dan warnanya.

"Sebenarnya, kamu ingin aku terlihat seperti apa hari ini, hem?" goda Romeo dengan nada rendah, seraya mendekati istrinya yang tengah merapikan lipatan jas.

Suri melirik sekilas, lalu tersenyum tipis. "Seperti seorang CEO yang kembali ke tahtanya, setelah sekian lama menghilang," ujarnya ringan.

Usai menimbang-nimbang, Suri mengambil dasi cokelat tua dengan pola sederhana, kemudian menyamakan dengan kemeja cokelat muda
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bayangan Kematian

    Di gang sempit yang terhimpit antara bangunan tua dan rumah kontrakan sederhana, seorang pria berjalan tergesa-gesa. Ia mengenakan jaket hitam dengan topi yang sengaja ditarik rendah, menutupi wajahnya dari tatapan orang-orang yang mungkin mengenalnya.Udara di gang sempit itu terasa pengap, menyimpan aroma lembap dari tembok-tembok yang berlumut. Ivan berjalan dengan kepala tertunduk, sesekali menoleh ke belakang seperti seorang buronan.Pikirannya dipenuhi kecemasan yang terus menghantui, sejak ia melarikan diri dari apartemen. Tak ada tempat aman lagi baginya. Tak ada perlindungan.Di tangan lelaki itu, hanya tersisa uang lima puluh ribu rupiah—jumlah yang bahkan tak cukup untuk menyewa tempat persembunyian baru. Itu hanya bisa untuk membeli makanan hari ini, sekadar mengganjal perut yang sudah kelaparan. Ivan menelan ludah. Perutnya yang kosong berkontraksi, menciptakan rasa sakit yang merayap hingga ke dada.Ia berharap bisa menemukan warung murah di ujung gang, sekadar membeli

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Nenek dan Tante yang Baik

    Suri menarik napas dalam-dalam, lalu mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Sejenak, ia memejamkan mata, meredam debar di dadanya yang meningkat dua kali lipat.Benar saja. Begitu pintu terbuka, Romeo berdiri di hadapannya dengan senyum cerah.Satu lengan Romeo melingkar di bahu Aira —adik perempuan yang selama ini dikenal Suri sebagai sosok angkuh dan penuh percaya diri. Namun, gadis yang berdiri di hadapannya bukanlah Aira yang ia kenal dulu. Tubuh Aira tampak lebih kurus, wajahnya pucat, dan matanya kehilangan binar kesombongan. Sekilas, Suri menangkap kelelahan yang menguar dari raut wajah gadis itu, seakan beban yang ia pikul terlalu berat untuk tubuhnya yang ringkih. Di belakang mereka, Nyonya Valerie berdiri diam. Tidak seperti biasanya, perempuan paruh baya tersebut sedikit menunduk, tak mengucapkan sepatah kata pun.Suri segera menyadari kecanggungan yang menyelimuti mereka. Dengan seulas senyum lembut, ia menyapa Aira dan Nyonya Valerie. “Silakan masuk, Aira, Mama Valeri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjodohan Dini

    Aura kebahagiaan terasa menyelimuti seluruh ruangan apartemen. Suri dan Romeo lantas mengajak Nyonya Valerie ke kamar mereka untuk melihat Jeandra. Langkah mereka terasa ringan, seakan-akan beban masa lalu telah terangkat dari bahu mereka.Setibanya di kamar, Suri dengan cekatan mulai mengganti popok Jevandro, dibantu oleh Romeo yang memegang botol bedak bayi. Mereka berbagi tawa kecil saat Jevandro meronta-ronta, kakinya yang mungil menendang udara.Di sudut ruangan, Nyonya Valerie duduk di samping Aira yang masih menggendong Jeandra. Diam-diam, ia merasa bersyukur karena putrinya telah menemukan kasih sayang dalam kehangatan seorang bayi.Tatapan mata Nyonya Valerie melembut saat ia membelai kepala Jeandra, merasakan ketenangan yang mengalir dari kulit lembut sang cucu. "Ini adalah kebanggaan terbesar bagi keluarga Albantara," gumam Nyonya Valerie terharu, matanya menatap Jeandra dengan penuh kasih. "Dua cucu sekaligus. Keluarga kita kini semakin lengkap."Aira mengangguk, air mat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Hanya Kamu yang Ada di Hatiku (Season 2)

    Di ruang rapat utama Verdant Group, seluruh jajaran manajer dan dewan direksi telah duduk rapi, menunggu kedatangan pemimpin mereka. Presentasi dan laporan tahunan disiapkan dengan detail, dan para petinggi perusahaan nampak berbisik satu sama lain. Mereka membahas pencapaian luar biasa yang telah diraih perusahaan, di bawah kepemimpinan sang CEO muda.Jam digital di dinding menunjukkan pukul sembilan tepat, ketika pintu ruangan terbuka perlahan. Seorang pria tinggi dengan jas biru gelap melangkah masuk terlebih dahulu.Mateo, asisten pribadi sang CEO, memiliki perawakan tegap dengan rahang tegas. Matanya tajam seperti elang yang siap mengawasi segala situasi. Aura profesionalisme dan dedikasi terpancar dari setiap gerak-gerik lelaki itu.Tak berselang lama, sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul.Jevandro Albantara, CEO Verdant Group, melangkah masuk. Jas abu-abu tua yang terjahit sempurna, mempertegas posturnya yang tinggi dan atletis. Rambut hitam tebal serta bentuk hidung yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pria Impian Seperti Papa

    Setelah suapan terakhirnya, Liora meletakkan sumpit dengan anggun di tepi kotak makan siang, lalu menatap Jevandro dengan senyum lembut. "Aku harus pulang sekarang, nanti kita bertemu di butik, Sayang,” ujar Liora. “Sekalian, aku ingin mengatakan sesuatu yang penting."Jevandro mengangkat sebelah alis, mata hazelnya menyorot penuh rasa penasaran. "Apa itu?"Senyum manis terukir di wajah Liora. "Kalau kuberitahu sekarang, nanti tidak menarik lagi," balasnya sembari berjalan ke pintu. Wanita muda itu melambaikan tangan sebelum melangkah keluar dari ruang CEO, meninggalkan jejak wangi mawar yang khas. Begitu pintu tertutup, Jevandro menghela napas tipis, lalu kembali membenamkan diri dalam pekerjaan. Matanya menelusuri deretan angka dan laporan di layar komputer.Tak lama kemudian, suara ketukan terdengar di pintu ruangannya. "Masuk," kata Jevandro tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Mateo, asistennya, masuk dengan langkah cepat. Melihat wajah lelaki itu sedikit tegang, Jevandro s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Gadis yang Malang

    Di sebuah kamar yang diterangi cahaya siang, seorang gadis muda duduk dengan tenang, mengapit sebuah cello di antara pahanya. Ia bernama Serin.Dengan jemarinya yang lentik, Serin menggesek dawai-dawai cello itu penuh perasaan, menciptakan harmoni yang merasuk ke dalam setiap sudut ruangan. Nada-nada lembut dari lagu "The Sound of Silence" mengalun, membingkai keheningan siang dengan melodi yang sarat akan makna. Jari-jarinya menari di atas fingerboard, sementara busurnya bergerak naik turun, menekan dan menarik dengan ritme yang sempurna. Setiap gesekan memancarkan emosi mendalam, menciptakan resonansi yang menyimpan kesedihan tersembunyi. Matanya yang diselimuti kegelapan menatap lurus ke jendela, seolah melihat sesuatu yang tak dapat dijangkau oleh orang lain. Ia tidak membutuhkan penglihatan untuk memahami keindahan dunia, karena musik telah menjadi matanya. Musik adalah jendela jiwanya, satu-satunya cara ia dapat mengekspresikan emosi tanpa kata-kata.Namun, ketenangan itu teru

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pekerjaan untuk Orang Buta

    Dengan tangan yang gemetar, Serin berusaha mengumpulkan pecahan guci yang berserakan di lantai. Ia bahkan meraba serpihan porselen itu, tak peduli bila ujung-ujungnya yang tajam menorehkan luka baru di telapak tangannya. Bagi Serin, rasa sakit tidak ada artinya dibandingkan dengan kepedihan yang ia rasakan.Sembari menyapu, pikiran Serin melayang ke tabungan yang ia miliki. Masih ada sedikit uang yang selama ini ia kumpulkan dari hasil bermain cello. Akan tetapi, jumlahnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan sepuluh juta yang harus ia bayarkan dalam waktu seminggu. Selain itu, ada tabungan peninggalan Rani untuk biaya sekolah Tristan. Serin tidak mungkin menggunakannya, tidak akan pernah. Ia harus memastikan Tristan mendapatkan pendidikan terbaik, meski hidup mereka dipenuhi keterbatasan.Serin menghela napas berat. Ia harus menemukan cara lain. Mungkin dengan membuat kue dan menjualnya? Ia cukup pandai dalam hal itu. Atau mungkin ia bisa memberikan les cello lebih sering kepada

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Putra Bungsu

    Setelah menikmati masakan ibunya, Jeandra meletakkan sendok dengan perlahan. Wanita muda itu menyeka sudut bibirnya dengan serbet halus, sebelum menatap kedua orang tuanya."Papa, Mama, aku pamit kembali ke butik. Sebentar lagi, Liora akan datang untuk fitting gaun pengantin," ucap Jeandra, suaranya dipenuhi semangat dan dedikasi terhadap pekerjaannya.Suri, sang ibu, menatap putrinya dengan lembut. "Jam berapa nanti kamu pulang ke mansion, Sayang?"“Malam ini, aku akan menginap di apartemen, Ma. Aku harus menyelesaikan desain gaun pengantin pesanan Camila, putri walikota. Selain itu, ada lukisanku yang masih tertunda,” jawab Jeandra.Suri menghela napas pelan, lalu menyentuh tangan putrinya. "Jangan terlalu lelah, Sayang. Kesehatan lebih penting daripada pekerjaan.""Mama jangan khawatir. Aku tahu batasan diri."Jeandra bangkit berdiri, lalu mencium kedua pipi Suri dengan penuh kasih. Kemudian, ia beralih kepada sang ayah, Romeo, dan memeluknya erat sebelum melangkah pergi.Suri dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22

Bab terbaru

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ingin Menemanimu

    Meski sedikit kesulitan, Serin akhirnya berhasil membuka sendiri gaun pengantinnya yang rumit. Jemarinya sempat gemetar ketika menyentuh lapisan renda yang seharusnya menjadi simbol kebahagiaan. Ia melipatnya hati-hati dan meletakkannya di dekat rak, seakan enggan menjatuhkannya ke lantai karena rasa hormat terhadap keindahan gaun itu.Dengan gerakan cepat, Serin mengenakan gaun tidur merah muda yang tadi diserahkan oleh Jevandro. Bahannya lembut dan dingin di kulit, tetapi tidak mampu menyelimuti hatinya yang gamang.Sebelum keluar dari kamar mandi, Serin mencuci wajahnya dulu, membiarkan air membasuh sisa-sisa riasan yang tadi dipoles cermat oleh Jeandra. Pandangannya di cermin, kini memperlihatkan Serin yang lebih jujur dalam kesederhanaan tanpa lapisan kosmetik.Ketika ia keluar dari kamar mandi, pandangan Serin segera menemukan sosok Jevandro yang masih berdiri di balkon. Tubuh pria itu bersandar ringan pada pembatas logam hitam yang menghadap langit

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bulan Madu yang Tak Diharapkan

    Janji suci itu akhirnya terucap dari bibir Jevandro dengan nada datar. Ia bersikap seolah tengah membaca naskah kewajiban yang harus dituntaskan, bukan ikrar tulus yang lahir dari kedalaman hati. Kalimat-kalimat yang biasanya penuh makna bagi sepasang pengantin, kini hanyalah deretan kata yang kosong tanpa getaran. Meski wajah Jevandro tetap tenang, Serin bisa melihat mata itu menyimpan rasa kecewa yang tak bisa dipadamkan. Ia berdiri di sana, seperti aktor dalam pertunjukan yang tidak ingin ia mainkan. Jevandro menuntaskan tugasnya tanpa benar-benar merasai setiap ikrar yang ia lafalkan.Serin pun menyusul, mengucapkan sumpahnya dengan suara yang sempat tersendat di tengah. Ia buru-buru menyelesaikan kalimat terakhir, seakan takut suaranya akan pecah bila ia diam terlalu lama. Hatinya bergetar saat pendeta menyuruh mereka bertukar cincin. Di tangannya, cincin berlian itu terasa berat. Ia tahu persis, itu adalah cincin yang pernah dibeli Jevandro untuk dikenakan Liora. Cincin yang

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Luka yang Sama

    Dengan langkah perlahan namun pasti, Serin menaiki mobil pengantin yang menunggu di pelataran salon. Suri dan Raysa mendampinginya dengan penuh kesabaran dan ketenangan, memastikan gaun pengantin rancangan Jeandra itu tidak tersangkut. Sementara itu, veil halus yang masih menutupi wajah Serin berkibar tipis karena hembusan angin pagi. Di dalam mobil, atmosfer terasa sunyi dan penuh harap. Serin duduk di kursi tengah, menggenggam buket bunga pernikahannya dengan kedua tangan. Gadis itu mencoba mengalihkan perhatian dari rasa gelisah yang terasa kian menekannya.Suri duduk di samping kiri, sedangkan Raysa di sisi kanan, keduanya menjaga Serin dalam keheningan yang menyelimuti. Membiarkan momen sekali seumur hidup ini meresap perlahan ke dalam batin mereka.Tak berselang lama, pintu mobil terbuka lagi dan Jeandra masuk dengan langkah cepat. Napasnya masih terdengar sedikit memburu.Kali ini, Jeandra telah berganti penampilan sepenuhnya. Gaun panjang berwarna emerald green membalut tubuh

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menuju Pelaminan

    Langit tampak begitu jernih, seolah turut mendukung momen penting yang akan segera terjadi. Bias cahaya pagi menembus tirai tipis di jendela salon milik Jeandra, menyinari ruangan yang telah dipenuhi aroma bunga lili dan wangi kosmetik mahal. Hari yang dinanti telah tiba. Hari ketika langkah seorang wanita akan berubah untuk selamanya.Serin duduk diam di kursi rias, menanti sentuhan terakhir sebelum ia diantar menuju altar kehidupan barunya. Wajahnya tampak tenang, tetapi mata beningnya menyimpan gelombang kegugupan. Di belakang cermin, Clara dan seorang pegawai salon tengah bersiap untuk merias Serin. Namun belum sempat mereka menyentuhkan kuas pada wajah gadis itu, pintu ruangan rias terbuka.Suara langkah ringan terdengar, dan muncullah Jeandra—mengenakan celana jeans yang dipadukan dengan kemeja berwarna jingga. Rambutnya diikat tinggi dengan gaya sederhana, menandakan bahwa ia akan melakukan sebuah pekerjaan profesional.“Aku sendiri yang akan meriasmu, Serin,” pungkas Jeandra

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mempelai yang Tak Bahagia

    Di tengah kesunyian apartemen, Serin duduk sendirian di ruang tamu. Tak ada yang bisa mengalihkan pikirannya dari Jevandro selain musik. Karena itu, Serin memutuskan untuk membuka koper yang sudah lama ia abaikan. Dengan penuh perasaan, gadis itu mengeluarkan celo miliknya yang sedikit berdebu, seolah membebaskan alat musik itu dari penjara panjang yang mengurungnya.Serin meletakkan celo di pangkuannya dengan hati-hati, merasakan beratnya yang familiar. Kemudian, ia memetik busur dengan gerakan lembut.Seiring dengan gesekan pertama pada senar, melodi klasik mulai mengalun di ruang sunyi itu. Nadanya mengalir begitu natural, seolah membawa Serin ke dunia lain—dunia yang hanya ada dalam melodi musik.Ia memainkan bagian pertama dari sebuah lagu yang sudah lama ia kuasai. Membiarkan jari-jarinya menari di atas senar dengan ketelitian yang hanya bisa dicapai oleh pengalaman.Seiring berjalannya waktu, Serin tak bisa menahan konsentrasi yang mulai teralihkan. Tanpa sengaja, wajah Jevand

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kemesraan yang Tak Terduga

    Wangi dari uap teh yang baru diseduh memenuhi dapur apartemen, menyatu dengan harumnya mentega yang mulai meleleh di atas wajan panas. Serin, yang sudah terbangun sejak pukul enam pagi, sedang berdiri di dapur bersama Bi Janti.Meski sudah berulang kali dilarang untuk membantu, gadis itu tetap bersikeras ingin membuat roti panggang. Berdalih agar Bi Janti bisa lebih cepat menyiapkan keperluan Tristan, sebelum berangkat ke sekolah.“Kalau hanya begini, saya masih sanggup, Bi… daripada saya diam saja,” ujar Serin pelan, sambil mengoleskan selai hazelnut ke selembar roti. Gerakannya begitu teratur dan cekatan, menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan dapur. Bi Janti menghela napas, mengalah, walau pandangannya masih khawatir menatap Serin. Perempuan paruh baya itu lantas menuju ke kamar tamu untuk memandikan Tristan.Di tengah kesibukannya, Serin mendengar langkah kaki berat yang mendekat dari arah koridor. Detik berikutnya, sosok Jevandro muncul, masih dalam balutan kaus

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa yang Tumbuh

    Tepat pukul dua belas siang, Jeandra berjalan keluar dari ruang rapat dengan langkah tegap. Ia lebih dulu melangkah menuju lift, tak ingin menoleh ke belakang meski ia tahu dua pria itu—Kenan dan Gavin—masih tertinggal.Jeandra berdiri di dalam lift, merapikan setelan kerja yang tadi sempat kusut karena duduk terlalu lama. Namun, ketika pintu mulai menutup, Kenan dan Gavin masuk menyusul.Jantung Jeandra berdetak lebih kencang ketika Kenan memilih berdiri di sisinya, begitu dekat hingga ia bisa mencium parfum mahal yang biasa digunakan pria itu. Diam-diam, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya yang mulai resah.Setiba di lantai kantor eksekutif, Jeandra buru-buru menuju meja kerjanya. Tangannya bergerak membuka wadah makan siangnya, yang sudah disiapkan oleh pelayan mansion sejak pagi. Namun, ia sengaja belum menyentuhnya, menunggu kemungkinan Kenan dan Gavin keluar lagi untuk makan bersama. Tak disangka, hanya Gavin yang keluar—dengan senyum simpul dan ekspresi

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diam-diam Jatuh Hati

    Sinar matahari yang mulai condong ke barat, mengiringi langkah Serin keluar dari rumah sakit. Gadis itu memakai pakaian sederhana dan scarf tipis yang menutupi lehernya. Tubuhnya masih sedikit lemah, tetapi rona pucat di pipinya mulai tergantikan dengan semburat lembut kehidupan. Di sisinya, berdiri Jevandro—dengan tatapan penuh kewaspadaan. Gerakan tangan lelaki itu sigap dan kokoh, memberikan semacam ketenangan yang sulit dijelaskan.Jevandro sempat melirik ke arah jalanan, memastikan bahwa mobil yang dikemudikan sopir pribadinya sudah terparkir tepat di depan lobi. Ia menggamit lembut tangan Serin, membimbingnya menuju mobil hitam berkelas yang pintunya telah dibukakan sopir.Sesaat setelah keduanya duduk di dalam mobil, Jevandro memerintahkan sopir untuk menjalankan kendaraan. Namun, baru beberapa blok meninggalkan rumah sakit, pria itu tiba-tiba mengangkat tangan, memberi isyarat kepada sopirnya.“Berhenti di toko buah di depan,” titahnya tegas.Serin menoleh ke arah Jevandro de

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh pada Pesonanya

    Hampir satu jam setelah kejadian memalukan tadi pagi, Jeandra duduk dengan tenang di balik meja kerjanya. Ia berusaha menenggelamkan diri dalam laporan-laporan dan data pendukung untuk meeting.Ia merasa sedikit lega—paling tidak Kenan belum juga memanggilnya. Tidak ada perintah, tidak ada ketukan pintu, dan tidak ada suara panggilan lewat interkom. Kedamaian itu memberi ruang bagi Jeandra untuk menata kembali hati dan pikiran. Namun, ketika jarum jam menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, Jeandra mendengar derap langkah kaki yang mendekat, membuatnya mengangkat wajah.Pintu ruang CEO terbuka lebar, dan keluarlah Kenan dengan penampilan rapi dan ekspersi tenang, diikuti Gavin yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Tanpa menoleh, Kenan langsung memberi perintah, nadanya pendek tetapi tegas.“Jeandra, ikut saya ke ruang meeting.”Jeandra pun segera berdiri, mengangguk sopan. “Baik, Pak.”Dengan cekatan, ia mengambil iPad-nya, dua berkas presentasi, pena digital, dan buku a

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status