Share

Sekarang!

Author: Risca Amelia
last update Huling Na-update: 2024-11-06 17:45:16

Begitu tiba, Suri berjalan cepat memasuki lobi Hotel Orion.

Gaun merah yang ia kenakan berayun mengikuti gerakan tubuhnya, menarik perhatian tamu dan staf hotel.

Namun, Suri tidak peduli. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya malam ini—mengakhiri pernikahan dengan Romeo.  

Ia langsung menuju meja resepsionis dan bertanya, “Di mana letak restoran?”  

“Di sebelah kanan lobi, Nyonya.”

Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis, Suri mengayunkan langkah. Begitu sampai di depan pintu restoran, ia berhenti sejenak, mengatur napas. 

Dari celah pintu kaca, Suri langsung menangkap sosok Romeo yang duduk di meja besar bersama seorang pria berjas hitam. Ia menebak pria itu adalah Tuan Thomas. Sementara di samping Romeo, ada Diva yang terlihat cantik dengan gaun model sabrina berwarna hitam. 

Suri mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergap hatinya. Ia melihat mereka berbincang akrab, seperti tak ada beban. Sejenak, ia ingin berbalik dan pergi, tetapi ia sudah terlalu jauh. Ini bukan waktunya untuk mundur.  

Melihat Romeo masih terlibat pembicaraan serius, Suri memilih duduk di meja lain yang agak jauh dari mereka. Membiarkan pandangan Romeo tetap fokus pada obrolannya. Ia memesan segelas jus jeruk dan menunggu dengan sabar.

Ketika jus yang dipesan Suri sudah diantar oleh pelayan, Diva berdiri dari kursinya. Perempuan itu melangkah anggun mendekati Suri, dan menyunggingkan senyum ramah yang dibuat-buat. Sekilas, Suri menangkap raut wajah Diva yang tak suka melihat penampilannya. 

“Hai, Suri,” sapa Diva dengan nada manis. "Kenapa kamu datang kemari? Kak Romeo sedang sibuk, percuma kamu berusaha menarik perhatiannya. Kalau dia melihatmu, pasti dia akan menyuruhmu pulang."

Suri tersenyum tipis, lalu menatap Diva dengan dingin. “Kamu tidak perlu banyak bertanya, Diva. Ini urusan antara suami istri.”

Mendengar jawaban Suri yang begitu tegas, Diva tersenyum mengejek dan menyilangkan tangannya. 

“Oh, baru kali ini aku dengar Kak Romeo menganggapmu sebagai istri. Bukankah selama ini kamu lebih mirip pelayan di keluarga Albantara?” tanya Diva sarkastis.

Suri menahan diri, menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku tidak peduli bagaimana Romeo memperlakukanku selama ini. Yang penting, aku adalah istri sahnya, di mata hukum dan publik. Bukan wanita yang berusaha merayu dan tidur dengan pria yang sudah menikah.”

Wajah Diva memerah, dan matanya menyipit penuh amarah. Ia tidak menyangka Suri yang terkesan lemah dan pendiam berani melontarkan sindiran setajam itu. Tanpa aba-aba, Diva tiba-tiba berdiri dan mendorong tubuh Suri ke belakang. 

Suri hampir hampir kehilangan keseimbangan, tetapi ia berhasil berpegangan pada kursi di sebelahnya. Tatapan mata Suri berubah tajam, siap untuk menegur tindakan kasar Diva. Namun, wanita itu justru bertindak lebih ekstrem. 

Diva meraih gelas jus di atas meja Suri, lalu menyiramkan isinya ke gaunnya sendiri. Jus jeruk yang berwarna kuning meninggalkan noda mencolok di gaun Diva. Tanpa menunggu, Diva langsung menjatuhkan diri ke lantai, seolah-olah ia baru saja diserang dan diperlakukan dengan kasar. 

Keributan kecil itu menarik perhatian semua orang di restoran. Romeo yang melihat kegaduhan tersebut akhirnya berdiri, mengakhiri pembicaraan dengan Tuan Thomas, dan segera menghampiri meja Suri. Ia terkejut melihat Diva tersungkur dengan gaun bernoda dan wajah penuh air mata.

“Diva, apa yang terjadi?” tanyanya lembut sambil membantu Diva berdiri, mengambil tisu dan mengelap noda di baju wanita itu.

“Aku... aku hanya ingin menyapa Suri dan bertanya kenapa dia tiba-tiba datang ke sini, Kak. Tapi… dia malah menyiramku dengan jus dan mendorongku hingga jatuh,” ucap Diva pura-pura ketakutan.

Romeo menatap Suri tajam.

Ada kilatan keterkejutan di mata lelaki itu saat menyadari penampilan sang istri yang berbeda malam ini.

Suri yang berdiri di hadapannya bukanlah Suri yang ia kenal.

Malam ini, istrinya tampil memukau dengan gaun merah berpotongan rendah, rambut tergerai rapi, dan wajah yang dirias sempurna.  

Hanya saja, rasa kagum itu segera tersapu oleh kemarahannya kala menyadari potongan dada yang rendah memperlihatkan sesuatu yang harusnya jadi milik Romeo seorang.

“Suri, bisakah kamu menjaga sikap? Jangan kasar pada Diva, apalagi di tempat umum seperti ini.”

Hati Suri berdenyut nyeri mendengar tuduhan itu.

Ia mencoba mengatur napas, menahan diri agar tidak terpancing emosi. Ia sudah tahu reaksi Romeo, tetapi tak pernah menduga akan sepedih ini ketika melihat suaminya lebih membela wanita lain.

Tanpa pikir panjang, Suri mengeluarkan map cokelat dari tasnya dan meletakkannya di atas meja, di hadapan Romeo dan Diva. Sorot matanya tenang dan dingin, seperti es yang siap membekukan siapa saja.  

“Jika kamu ingin tahu siapa yang berbuat kasar, kamu bisa memeriksa CCTV di restoran ini. Dan, kedatanganku bukan untuk mengganggu makan malam romantismu dengan Diva,” kata Suri dengan nada datar. “Sebaliknya, aku datang untuk memberikan kalian kebebasan.”  

Romeo terdiam, rahangnya mengeras. Lain halnya dengan Diva yang menyandarkan tubuh di kursi, seolah menikmati adegan yang sedang berkembang di depan matanya.  

Suri melanjutkan, “Ini surat cerai. Kamu tinggal tanda tangan, dan aku akan pergi.”  

Romeo meraih amplop itu dengan kedua alis yang melengkung tajam. Ia membuka dan membaca isinya sekilas, matanya menyipit, wajahnya berubah dingin.

Di sampingnya, Diva diam-diam tersenyum tipis, penuh kemenangan.  

“Aku minta maaf, Suri. Tolong jangan salah paham,” ucap Diva tiba-tiba. Suaranya lembut tetapi penuh kepura-puraan. 

“Kedatanganku dari luar negri bukan untuk merusak pernikahan kalian. Lebih baik, kamu batalkan saja niat ini. Aku tidak ingin menjadi penyebab keretakan rumah tangga kalian.”  

Suri tertawa kecil, sinis. “Diva, kamu tidak perlu bersedih. Aku tahu apa yang kamu inginkan.”  

Diva memasang ekspresi terluka, lalu menundukkan wajahnya ke arah Romeo. “Aku hanya ingin Kak Romeo bahagia …,” bisiknya pilu, "seperti pesan kakakku."

Romeo segera merangkul bahu Diva, berusaha menenangkan wanita itu. “Sudahlah, jangan menangis. Aku akan selalu melindungimu, seperti yang Morgan minta padaku dulu.”

Mendengar nama Morgan, mendiang sahabat Romeo yang juga kakak Diva, rasa sakit semakin menekan dada Suri.

Ia tak sanggup melihat drama ini, tetapi ia tidak akan menangis—tidak lagi.  

“Cepat tanda tangan, Romeo,” ucap Suri dengan dingin. “Agar kamu bisa menikahi Diva dan membuatnya berhenti menangis.”  

Romeo menggertakkan giginya, tatapannya penuh amarah. Ia melepaskan pelukan dari Diva dan berbalik menghadap Suri. 

“Cukup!” bentaknya, suaranya memecah suasana di sekitar mereka.  

Romeo lantas beralih menatap Diva yang masih terisak pelan. “Diva, pulanglah ke apartemen bersama Yonas, dan gantilah bajumu yang basah. Aku harus menyelesaikan sesuatu dengan Suri.”  

Diva memandang Romeo dengan mata memelas, seolah tidak percaya bahwa ia diusir begitu saja. “Kak Romeo, kamu serius…?” tanyanya dengan suara pelan, hampir berbisik.  

Romeo memberi isyarat tegas pada Yonas, asistennya, yang sudah berdiri di dekat pintu restoran. Yonas segera menghampiri dan membantu Diva berdiri, membimbingnya keluar meskipun Diva masih berusaha menahan langkahnya.  

Ketika Diva akhirnya pergi dengan terpaksa, Romeo bergegas menghampiri Suri. Tanpa peringatan, ia meraih pergelangan tangan Suri dengan keras dan menariknya mendekat.  

“Lepaskan aku, Romeo!” seru Suri, berusaha meronta agar dilepaskan.  

Romeo tidak peduli. “Kalau kamu ingin aku menandatangani surat cerai itu,” bisiknya dengan nada berbahaya, “ikut aku sekarang, Istriku!”  

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Amelia Lase
novel bodoh
goodnovel comment avatar
Eka Wuryaningsih
masak iya harus buka kunci pakai iklan ya sudah selesai saja baca nya cerita belum selesai
goodnovel comment avatar
Helda Wati
klo setiap lanjut membaca harus.buka kunci sebaiknya aku delet sj aplikasinya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Pengakuan Jeandra

    Matahari belum tinggi ketika Jeandra memacu mobilnya, menembus jalanan menuju kediaman keluarga Albantara. Di balik kemudi, pikirannya tak henti berputar, penuh harap dan cemas, seperti ombak yang datang dan pergi menghantam pantai. Jemarinya sesekali menggenggam kemudi lebih erat. Di dalam hati, Jeandra memanjatkan doa, semoga semuanya berjalan sesuai harapan. Semoga tidak ada badai baru yang menggulung kebahagiaan yang tengah ia perjuangkan.Ketika mobilnya memasuki halaman depan mansion, Jeandra menarik napas panjang, seakan ingin menenangkan riak emosi yang menderu di dalam dada.Setelah memarkirkan mobil, ia turun dengan kepala tegak biarpun hatinya tengah bergolak hebat. Langkah Jeandra membawanya ke koridor utama mansion, hingga akhirnya berhenti di depan kamar utama orangtuanya. Pintu kamar itu terbuka lebar, dan dari balik celah, ia bisa melihat sang ayah sedang berdiri di depan cermin. Sementara ibunya sedang merapikan jas biru tua yang akan dikenakan sang suami dengan pen

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berpisah untuk Bersatu

    Menjelang senja, Jeandra dan Kenan sudah meninggalkan gedung perkantoran Pradipta Group. Di dalam mobil, Jeandra menyandarkan kepala pada kaca jendela, menatap lalu lintas yang padat.Di sebelahnya, Kenan memutar kemudi dengan santai, sesekali melirik sang istri dengan senyum menggantung di sudut bibir.“Sebelum pulang, kita mampir dulu ke supermarket,” ujar Jeandra sambil menoleh. “Aku ingin memasak makan malam.” Kenan mengangkat alis, penuh ragu. “Tuan putri keluarga Albantara bisa masak?”Merasa diremehkan, Jeandra berkacak pinggang dengan gaya penuh percaya diri. “Kamu akan tahu setelah aku terjun ke dapur. Mamaku sangat ahli dalam hal memasak dan dia mengajariku secara langsung.”“Pantas saja dulu Om Sagara jatuh cinta pada mamamu. Ternyata bukan cuma cantik, tapi juga punya banyak keahlian,” puji Kenan.“Iya,” Jeandra mengangguk, senyum kecil menyelip. “Sayangnya, yang menang waktu itu tetap Papa.”Kenan menoleh cepat dan terkekeh. “Tapi sekarang aku yang menang, karena berhas

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sebatas Pemuas Ranjang

    Serin berdiri terpaku di ujung ranjang, lututnya gemetar, seakan terpaku di lantai marmer yang dingin. “S-sya pergi ke Universitas Asta Mandala untuk mendaftar kuliah, persis seperti yang saya katakan,” jawabnya gugup, jarinya menekap tepi rok hitam hingga kusut.Jevandro merengkuh napas dalam, sebelum berjalan mendekat. Langkahnya berat tetapi presisi, tiap pijakan kian mengikis jarak di antara mereka. “Hanya itu?” tuntutnya, nada rendah menggigit.Tatapan membara dari mata hazel Jevandro menyelam ke iris Serin. Gadis itu mundur setapak demi setapak hingga betisnya bersentuhan dengan kasur king size. Tak ada ruang yang tersisa untuk menghindar.Jevandro menunduk, bayangan kelam mematri garis keras rahangnya. “Jawab aku, Serin,” desisnya. Napas hangat Jevandro terembus hangat di atas kening gadis itu. “Benarkah kau hanya mendaftar kuliah? Setelah keluar dari kampus, ke mana kau pergi?” tanya Jevandro dengan nada tinggi.Tubuh Serin menggigil dalam keraguan dan ketakutan. Melihat su

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Membuatnya Jera

    Tak tahan melihat pemandangan di depannya, Jevandro pun meninggalkan kafe itu. Kopi pahit yang tak tersentuh masih mengepulkan aroma di mejanya. Di dalam hati Jevandro tumbuh satu ikrar gelap : ia akan membuat Serin jera mendekat pada lelaki mana pun selain dirinya. Emosinya mengeram, menunggu waktu untuk meledak ketika mereka kembali bertatap muka di apartemen.Sementara itu, di bawah payung yang mulai merunduk diterpa angin, Serin menepuk bibirnya dengan tisu terakhir. “Terima kasih, Kak Luis. Aku benar-benar kenyang,” ujar Serin, tersenyum tulus. Luis menyelipkan dompet ke saku celana, menatap Serin dengan sorot mata penuh sayang. “Kamu sekarang tinggal dengan siapa, Serin? Masih bersama ibu tirimu?”Jemari Serin teranyam gugup di pangkuan. “Aku tinggal bersama suamiku di apartemen. Aku… sudah menikah." “Menikah? Kenapa?” Luis memelankan nada, iris matanya melebar seketika. “Kamu masih terlalu muda, Serin.”Gadis itu menunduk dan menatap pasir buatan yang ada di bawah kakinya.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Boleh Bersama Pria Lain

    Di balik penampilannya yang menawan dan tatapan matanya yang tenang, Jeandra berusaha memusatkan perhatian. Dia harus menyeimbangkan perannya sebagai sekretaris CEO dan sebagai istri yang sedang bersiap melepaskan jabatannya.Jeandra duduk di balik meja kerjanya dengan punggung tegak dan jemari yang cekatan menari di atas papan ketik. Kertas-kertas tertata rapi, jadwal rapat sudah tersusun, dan balasan email sudah ia kirimkan. Tidak ada satu pun tugas yang tertinggal.Namun, satu hal tak luput dari perhatiannya: Gavin.Asisten pribadi Kenan yang biasanya santai dan bersahabat, hari ini seperti berubah menjadi patung berjalan. Berkali-kali lelaki itu keluar-masuk ruang kerja Kenan dengan ekspresi yang sulit dibaca. Setiap kali melewati meja Jeandra, ia hanya menundukkan kepala singkat, memberikan anggukan sopan tanpa satu kata pun terucap.Jeandra mengerutkan kening. Tidak biasanya Gavin bersikap sungkan begini. Ia menatap punggung lelaki itu yang menghilang di balik pintu, lalu menari

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Melamar Seorang Wanita

    Di lobi gedung Pradipta Group, suasana yang biasanya tertib dan tenang kini dipenuhi bisik-bisik tak tertahankan. Mata para karyawan—terutama yang wanita—membulat dengan rasa iri dan kagum. Sedangkan yang pria, tanpa malu-malu, berhenti berjalan demi memperjelas pandangan. Semua kepala serempak menoleh ke satu arah yang sama: ke lorong utama yang menghubungkan lobi dengan lift khusus CEO.Di sana, langkah Kenan yang tegas dan angkuh tampak tak berubah sedikit pun. Namun, yang membuat kantor nyaris mendidih bukanlah gaya berjalannya. Melainkan tangannya yang menggenggam tangan seorang wanita.Sang CEO yang terkenal dingin bak salju abadi, nyaris tak tersentuh oleh siapapun, kini memperlihatkan sisi yang begitu asing. Beberapa orang bahkan mengerjapkan mata, seolah tak percaya. Tatapan mereka tertuju pada perempuan yang berada di samping Kenan—tinggi semampai, berkulit bening, dan memiliki garis wajah yang nyaris sempurna.Semula mereka mengira pasangan Kenan adalah aktris atau model

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tersulut Api Cemburu

    Taksi melambat di depan gerbang megah Universitas Asta Mandala, lalu berhenti tepat di bawah pepohonan rindang yang tumbuh di sisi halaman. Serin membuka pintu dan melangkah turun.Ia berusaha mengusir kekalutan yang masih melekat dari peristiwa semalam. Tatapan matanya mencoba mencari ketenangan pada arsitektur megah universitas, yang seakan memberi semangat baru.Tanpa ingin larut dalam pikiran yang melelahkan, Serin melangkah ke dalam lobi utama. Dengan sopan, ia bertanya pada petugas dan diarahkan menuju kantor administrasi. Langkah gadis itu mantap memasuki ruangan pendaftaran mahasiswa baru. Setelah mengisi beberapa formulir identitas, ia diarahkan untuk melakukan pendaftaran ulang secara digital melalui perangkat yang disediakan. Jemari Serin bergerak cekatan di atas layar sentuh komputer. Ia memasukkan data diri, memilih jurusan bisnis sebagai pilihan studinya, dan mengunggah dokumen-dokumen yang sudah ia siapkan. Hati kecilnya berdoa agar langkah ini menjadi awal dari kehid

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Duka di Balik Senyum

    Kepala Jevandro terasa seperti dihantam palu besi. Berat, berdenyut, dan dipenuhi kabut yang menggantung. Lelaki itu mengerang pelan di bawah selimut yang membungkus tubuhnya. Dengan satu tangan, ia memegangi pelipis, mencoba menenangkan denyutan yang seakan memukul-mukul dari dalam. Napasnya tertahan ketika mencoba duduk, punggungnya bersandar pada kepala ranjang yang dingin dan kokoh.Pandangan Jevandro berkunang sebentar, lalu kembali fokus. Dalam benaknya, satu demi satu potongan memori tadi malam bermunculan seperti kilatan cahaya. Denting gelas anggur, wajah Mr. Kenshiro, lalu tubuhnya yang digiring pulang ke apartemen oleh Mateo dalam keadaan setengah sadar.Ketika Jevandro menyibakkan selimut, dadanya terasa ditekan sesuatu yang tidak kasatmata. Tubuhnya polos, tanpa sehelai benang pun.Dengan cepat, mata hazel pria itu menelusuri permukaan tempat tidur yang acak-acakan, lalu berhenti pada satu titik kecil yang tak bisa diabaikan—noda merah samar yang tercetak di atas sprai.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Indah Tapi Menyakitkan

    Sembari menggigit ujung kukunya, Serin memutuskan untuk membantu Jevandro. Perlahan ia membungkuk, membelai lengan pria itu dengan ragu.“Kak Jevandro,” bisiknya, menyentuh pipi Jevandro yang hangat, “saya bantu ke kamar, ya? Kakak harus istirahat.”Pria itu hanya menggumam, mata setengah terpejam, tubuhnya nyaris tak bergerak.Serin menghela napas sekali lagi, lalu menunduk lebih dalam dan meraih lengan Jevandro yang berat untuk diletakkan di atas bahunya sendiri. Satu lengannya melingkar di pinggang pria itu, mencoba menopangnya agar berdiri.Langkah demi langkah, ia menyeret tubuh suaminya dengan susah payah. Tubuh Jevandro yang tegap dan tinggi menjulang membuat Serin terseok, seperti menahan beban yang terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Sesekali kaki Serin tergelincir di lantai marmer yang licin. Peluh mengembun di pelipisnya, tetapi ia tidak menyerah.“Kita sudah hampir sampai… sedikit lagi,” gumamnya lirih.Ketika mereka tiba di ambang ranjang, tubuh Serin sudah

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status