Usai menemani Arsen hingga tertidur, Mischa keluar dari kamar hanya untuk sekedar memastikan bahwa Xander sudah beristirahat.
Dibukanya pintu kamar Xander pelan-pelan dan betapa terkejutnya Mischa saat lagi-lagi dirinya tak menemukan keberadaan Xander di dalam kamar itu.
Mischa melongok ke kamar sebelah, yaitu kamar ke dua orang tuanya yang sedikit terbuka, saat itu dia hanya melihat keberadaan Hindun di sana. Sementara sang Ayah tak tahu dimana rimbanya. Mendadak, perasaan cemas kembali menggelayuti hati Mischa.
Dan kecemasan itu kian sirna saat dia mendengar suara dua orang laki-laki yang sepertinya sedang bercakap di teras.
Saat Mischa mengintipnya melalui jendela ruang tamu, dilihatnya Xander dan Suroto sedang asik bercengkrama sembari bermain catur.
Melihat tawa yang menghiasi wajah Suroto saat dirinya berhasil mengalahkan Xander, Mischa benar-benar terharu. Pemandangan langka itu membuatnya tak bisa menahan titik-titik air matanya. Saking bah
Dua hari kemudian...Percayalah apa yang sudah kamu lewatkan akan membawa hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupanmu di masa depan.Dalam satu hari kita diberi waktu selama 24 jam untuk melakukan segala aktifitas kehidupan. Hitungan waktu itu akan terus berputar setiap detik dan menit. Bagi sebagian orang, perputaran waktu itu sangatlah berharga. Karena waktu itu tidak akan mau menunggu, tidak bisa berhenti, dan tak akan terulang. Terkadang waktu digambarkan sebagai pedang. Barang siapa yang menyia-nyiakan waktu, maka ia akan rugi.Dulu, Xander adalah salah satu manusia yang hanya mementingkan waktunya untuk mengejar karir dan kesuksesan. Meski dia tahu semua yang dikrjarnya itu tak membuat hidupnya bahagia. Tapi kini, dia tahu betul apa yang harus dia kejar untuk membuat hidupnya bahagia. Yaitu, kebersamaannya bersama Mischa dan Arsen. Sebuah cikal bakal keluarga kecil yang akan dia pimpin di
Flashback On...Satu hari sebelum akad nikah Mischa dan Xander...Bertempat di kediaman Utama keluarga Bharata Yuda, sebuah mobil mewah memasuki pintu gerbang dan bergerak menuju halaman rumah tersebut.Mobil itu terhenti.Seorang wanita berambut bondol, berpakaian serba hitam turun dari arah depan untuk membukakan pintu mobil pada sang Nyonya besar."Kita sudah sampai Nyonya," ucapnya dengan suara yang terdengar tegas.Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam mobil dengan menyunggingkan senyum penuh arti. Lalu dia berjalan menuju pintu utama rumah tersebut.Tiga kali bel dibunyikan.Tergopoh-gopoh, seorang pelayan tua keluar untuk melihat siapa orang yang hendak bertamu."Selamat Siang, apa Nyonya Diana ada di rumah?" tanya sang tamu tak di undang."S
Acara pernikahan Xander dan Mischa memang tidak berlangsung lama namun semuanya berjalan dengan sangat lancar dan sesuai rencana.Usai ijab dan kabul terlaksana, lalu para hadirin memberikan selamat pada sang calon mempelai, acara itu selesai tanpa ada resepsi berkelanjutan.Bahkan Mischa sudah berniat mengganti kebaya pengantinnya dengan pakaian biasa ketika waktu Ashar hampir tiba.Lagi-lagi dia dibantu Aliana untuk melepas semua aksesori yang melekat di tubuhnya kala itu."Apa yang kamu rasakan Mischa?" tanya Aliana yang mendadak kepo. Dia berdiri di belakang Mischa yang duduk berhadapan dengan meja rias sambil membuka sanggul di kepala Mischa.Mischa tersipu, ditanya seperti itu pipinya langsung merona. "Menurutmu?" tanyanya balik sambil sibuk dengan kembennya."Yang pasti aku bisa melihat pancaran kebahagiaan dari wajahmu, hari ini, kamu benar-benar cantik Mischa, aku
Lagi dan lagi, semua halnya sudah diatur secara sempurna oleh Jarvis setelah Xander memintanya untuk memesankan sebuah kamar hotel kelas VVIP di sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat kota Surabaya. Dikarenakan urusan kantor yang tak bisa ditinggal terlalu lama, sore itu Jarvis dan Aliana pamit untuk kembali ke Jakarta. Dan Xander menjadikan alasan untuk mengantar Jarvis dan Aliana kepada ke Ibu dan Bapak mertuanya agar dirinya berkesempatan memiliki me time bersama Mischa. Untungnya Arsen tidak rewel ingin ikut. Anak itu sepertinya sangat memahami apa yang diinginkan sang Papah. Usai melaksanakan shalat Maghrib bersama, Xander dan Mischa beserta Jarvis juga Aliana mohon undur diri menuju Bandara. Hindun, Suroto dan Arsen mengantar kepergian mereka sampai di teras. Mereka pergi mengendarai mobil ma
Sepanjang perjalanan menuju hotel Xander terus tersenyum. Bayangan tubuh Mischa dengan pakaian dalam pilihannya terus berputar di kepalanya. Membuat dia semakin tidak sabar untuk cepat-cepat menuntaskan apa yang memang seharusnya dia tuntaskan. Malam ini. "Sudah, jangan cemberut terus..." goda Xander saat dirinya dan Mischa baru saja keluar dari lift hotel. Sesekali Xander melirik jahil ke arah sang istri yang terus saja memasang wajah masam. Bahkan saat tangan Xander hendak merangkulnya, Mischa langsung menghindar. Mischa masih belum terima atas pemaksaan yang dilakukan Xander terhadapnya di dalam kamar pas tadi. Bahkan saat tubuh Mischa sudah hampir naked dihadapan Xander, laki-laki itu justru menggodanya dengan sebuah siulan dan lebih gilanya lagi, Xander juga melarang Mischa untuk melepas pakaian dalam itu, bahkan dengan santainya Xander memunguti pakaian dalam Misc
Mischa berbaring dipelukan Xander.Tubuh mereka masih sama-sama polos berbalut selimut tebal. Efek perih itu masih terasa di kedua pangkal pahanya setelah bertubi-tubi dirinya dihujani kenikmatan oleh Xander. Untuk itulah dia sengaja merapatkan kedua kakinya. Sementara kedua tangannya melingkar di atas dada Xander, sesekali memilin gemas lingkaran puting Xander yang berukuran mini. Wajah manisnya terus memulas senyum. Tatapannya tak sama sekali beralih dari wajah Xander yang tampak lelah."Sudah hampir pagi, kamu tidak tidur Mischa? Sampai kapan kamu akan memperhatikan aku terus seperti itu?" ucap Xander dengan kedua matanya yang sudah terpejam meski dia tidak tidur betulan.Mischa tersenyum lebar. Ditariknya wajah Xander agar menghadap ke arahnya, membuat si pemilik wajah kembali membuka mata. Hingga tatapan keduanya saling beradu satu sama lain dengan jarak yang terbilang cukup dekat.
Sore harinya, Mischa dan Xander kembali ke kediaman Mischa setelah sebelumnya mereka menghabiskan waktu berdua seharian dengan berkeliling kota Surabaya.Hari itu Mischa terlihat sangat bahagia, sama halnya seperti Xander. Mereka pulang dengan begitu banyak tentengan belanjaan yang kebanyakan berisi mainan.Itu adalah salah satu cara Xander untuk menyuap Arsen supaya bocah itu tidak merajuk karena terlalu lama ditinggal pergi kedua orang tuanya.Arsen sangat senang setelah melihat betapa banyak mainan baru yang dibelikan sang Papah untuknya. Dia langsung sibuk dengan mainan-mainan itu."Ini ponselmu, Nak Xander, tadi siang seorang kurir yang mengantarnya ke sini," beritahu Hindun seraya memberikan benda pipih di tangannya pada sang menantu.Xander tahu, pasti Jarvislah yang telah mengirimkan ponsel miliknya itu melalui jasa pengiriman barang."Terima kasih Bu," ucap Xander
Setibanya di Jakarta siang tadi, Jarvis dan Aliana langsung mendatangi bekas kediaman keluarga Denis di daerah kebayoran.Mereka hendak menggali informasi lebih lanjut mengenai almarhum ayah Denis yang sempat bekerja sebagai pembunuh bayaran setelah sebelumnya mereka berusaha mencari informasi dari beberapa rekan dan kerabat jauh dari keluarga Denis sendiri.Rumah itu memang sudah lama tak berpenghuni. Tak ada satu pun keluarga Denis yang berani menempati rumah itu setelah apa yang terjadi menimpa keluarga Denis di dalam rumah itu. Bahkan ketika mereka berusaha untuk menjualnya, sampai detik ini, tak ada satu pun orang yang berniat membelinya.Di temani seorang anggota keluarga Denis, Jarvis dan Aliana sempat mengobrak-abrik isi rumah itu dimana perabotan di sana masih terlihat utuh meski sangat berdebu.Setelah berkutat kurang lebih tiga jam, tak ada satu pun bukti yang bisa mereka jadikan pegangan untuk