Home / Romansa / ONE NIGHT STAND / 2. CINTA BUTA SEPASANG SAHABAT

Share

2. CINTA BUTA SEPASANG SAHABAT

Author: Herofah
last update Last Updated: 2021-06-21 17:43:15

Seorang wanita berlari tertatih dengan kaki setengah pincang, menyusuri lorong gelap dan sepi. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan ekspresi cemas dan takut.

Wanita itu terus berlari sekencang dia bisa.

"ALIANA! TUNGGU! JANGAN COBA-COBA KABUR DARIKU LAGI ALIANA! JIKA KAMU TIDAK MAU MATI!"

Teriak sebuah suara lelaki di ujung lorong.

Aliana mempercepat langkahnya saat si laki-laki itu mulai semakin cepat mengejarnya.

Setelah berhasil keluar dari lorong gelap itu dan sampai di trotoar pejalan kaki yang cukup ramai oleh lalu lintas dan para pedagang kaki lima, Aliana melihat dua orang polisi yang kebetulan sedang berpatroli di lampu merah.

Aliana masih terus berlari dengan susah payah. Sadar bahwa sosok Denis pasti akan terus mengejarnya. Denis tidak akan berhenti meskipun dirinya berlari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, satu-satunya cara yang bisa membuatnya selamat dari kejaran Denis saat ini hanyalah meminta pertolongan pada sang petugas keamanan agar bersedia mengantarnya menuju kediaman sahabatnya yang bernama Mischa.

*****

Seorang wanita masih tergugu di atas toilet duduk di dalam kamar mandi kostnya, ketika dia mendapati dua garis merah tertera jelas pada alat tes kehamilan yang dia pegang.

Tangan wanita itu gemetar dengan tangisnya yang seketika pecah.

Kenyataan bahwa kini dirinya tengah hamil membuat wanita itu sangat syok.

Beberapa bulan lagi dia skripsi dan lulus sebagai sarjana ekonomi seperti yang selama ini dicita-citakan sang Ayah di kampung halamannya. Lantas, mana mungkin dirinya kini bisa melanjutkan kuliah dalam keadaan hamil tanpa suami?

Apa kata orang nanti?

Dia harus lekas memberitahukan hal ini pada Ibunya di kampung.

Dia tidak bisa menerima cobaan seberat ini sendirian.

Bagaimana pun keluarganya harus tahu.

Setelah membuang tes pack ke dalam tempat sampah, wanita itu meraih ponselnya di nakas dan mulai menelepon.

Tak lama panggilannya langsung dijawab.

"Halo Mischa? Apa kabar sayang? Tumben telepon malam-malam begini?" sapa sebuah suara lembut seorang wanita di seberang.

"Halo Bu?" ucap wanita bernama Mischa itu, lirih.

"Ada apa Mischa? Kamu menangis Nak?" tanya sang Ibu yang terdengar khawatir.

Mischa menutup mulutnya agar isak tangisnya teredam. "Tidak, Bu. Aku tidak menangis," katanya berusaha untuk tenang.

"Ini sudah hampir tengah malam sayang, kenapa belum tidur? Besok masih hari kerja loh, jangan sampai kamu telat ke kantor. Kamukan sedang magang di perusahaan terbesar di Indonesia, perusahaan Malik Grup, Ayah dan Ibu benar-benar bangga padamu Mischa. Tidak sia-sia kami di sini berlelah diri mencari uang demi membiayai pendidikanmu di Jakarta. Setidaknya, walau pun masih berstatus sebagai anak magang, tapi kamu bisa merasakan bagaimana rasanya bekerja di perusahaan besar," celoteh sang Ibu ditelepon.

Tangis Mischa kian pecah. Dia benar-benar bingung harus memulai semuanya darimana.

Apa yang harus dia katakan sekarang?

Haruskah dia menghancurkan semua impian ke dua orang tuanya dengan mengatakan bahwa dirinya kini tengah berbadan dua?

Lantas, jika nanti sang Ibu bertanya siapa laki-laki yang telah menghamilinya, Mischa tidak mungkin bisa menjawabnya.

Tidak.

Dia tidak bisa!

Atau, dia gugurkan saja kandungan ini?

Mischa masih bergulat dengan kekalutannya ketika pintu kamar kostnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang dari luar.

Mischa pun buru-buru mengakhiri teleponnya dengan sang Ibu.

Saat pintu kamar kost itu dibuka, Mischa mendapati Aliana sahabatnya bertamu. Keadaan Aliana tampak kacau dengan wajah babak belur dan luka lecet di ke dua lututnya.

"Pasti gara-gara Denis lagi?" todong Mischa langsung.

Aliana masuk dan langsung mengunci rapat-rapat pintu kamar kost Mischa.

"Kamu tidak bisa hidup seperti ini terus Al! Denis itu gila! Kamu harus mengakhiri hubunganmu yang tidak sehat ini! Kalau perlu kamu laporkan dia ke polisi," cecar Mischa saat itu. Dia duduk di samping Aliana lalu mengambil kotak P3K di laci nakas. Dia membantu Aliana mengobati luka-lukanya.

Aliana tidak berkomentar. Dia lelah dan sangat ingin istirahat. Terlebih besok dia masih harus masuk kerja bersama Mischa.

Menjadi karyawan Magang disebuah perusahaan bonafit yang pemiliknya adalah seorang lelaki berhati dingin nan kejam bernama Alexander Gavin Malik.

Lucunya, lelaki itu adalah idola Mischa sahabatnya.

Satu alasan seorang Mischa memilih perusahaan Malik Grup untuk tugas akhir semester mereka, bukan karena perusahaan itu bagus melainkan karena disanalah lelaki yang dia sukai berada.

Meski, sosoknya hanya bisa dinikmati dari kejauhan saja.

Jangankan berdekatan dengan sosok Xander, bahkan hanya sekedar menatap lelaki itu ketika dia lewat saja tak ada karyawan yang berani. Semua karyawan langsung menundukkan kepalanya setiap kali sang bos besar pemilik Malik Grup itu lewat.

Sosoknya yang dominan dengan wajah bengis dan tatapannya yang menusuk membuat nyali siapapun ciut jika sudah berhadapan dengan Xander.

Tak ada satu pun karyawan di sana yang pernah melihat Xander tersenyum secara langsung kecuali di TV ketika dia sedang tampil bersama kekasih-kekasihnya yang kebanyakan berasal dari kalangan selebriti.

"Hei! Kamu mendengar ucapanku tidak! Malah bengong!"

Aliana tersadar dari lamunannya ketika Mischa menekan lututnya yang lecet. Dia meringis kecil lalu tertawa.

"Iya-iya, aku dengar. Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Besok juga luka-luka ini sembuh," kata Aliana yang tak ingin mengambil pusing tentang apa yang selama ini dia alami.

"Tapi mau sampai kapan kamu seperti ini terus Al?" tanya Mischa prihatin.

"Aku mencintai Denis, Misch. Nanti kalau pengaruh alkoholnya sudah hilang, Denis pasti baik lagi padaku. Dia beginikan jika dia sedang mabuk saja. Sudah ah, aku mau istirahat," Aliana bangkit dari sisi tempat tidur hendak berganti pakaian ke kamar mandi.

Saat sedang mengganti pakaian, tanpa sengaja tatapan Aliana tertuju pada tes pack di dalam tong sampah di kamar mandi. Dia mengambil alat tes kehamilan itu dengan kerutan dikeningnya yang tercetak jelas.

Sekelebat ingatan tentang kejadian satu bulan yang lalu kembali merasuk dalam ingatannya.

Malam di mana sahabatnya Mischa menghabiskan waktunya bersama Xander di tempat tidur.

Aliana tahu segalanya sebab Mischa yang telah menceritakan hal itu padanya.

Tak ada rahasia apapun diantara mereka selama ini, karena hubungan persahabatan mereka terjalin sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.

Jika tes pack ini milik Mischa, itu artinya, sahabatnya itu kini tengah hamil anak hasil one night standnya dengan sang pemilik Malik Grup.

Sebab, setahu Aliana, Mischa itu tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelum ini.

Jangankan sampai tidur dengan seorang lelaki, bahkan berpacaran pun Mischa tidak pernah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
udah tau kandang Macan tpi tetep didekati tanggung resikonya
goodnovel comment avatar
Azlina Ibrahim Lastar
Menarik untuk diikuti.
goodnovel comment avatar
Jessica Jimenez
wowwwwwww!!!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ONE NIGHT STAND   TRUTH OR DARE (SPINNOF ARSEN)

    Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "

  • ONE NIGHT STAND   PROLOG THE BRYDAL SHOWER (SPINNOF ARSEN)

    Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu

  • ONE NIGHT STAND   135. EPILOG

    Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.

  • ONE NIGHT STAND   134. SEBUAH AKHIR

    Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.

  • ONE NIGHT STAND   133. KEAJAIBAN

    Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it

  • ONE NIGHT STAND   132. IN THE MORNING

    Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status