SERAHKAN ALIANA PADAKU, JIKA TIDAK, LELAKI INI AKAN MATI!" ancam Denis seraya menarik pelatuk senjatanya tepat ke arah kepala Xander.
"Oke! Baik-baik, aku akan menyerahkan wanita ini padamu, tapi lepaskan Bosku," ucap Jarvis cepat. Dilihat dari gelagatnya, si penodong itu jelas tidak main-main dengan ancamannya. Untuk itulah Jarvis lekas tangkas menahan maksud gila si lelaki itu. Nyawa Xander dalam bahaya dan Jarvis tidak mungkin tinggal diam begitu saja.
Jarvis menarik lengan Aliana dan menggiring Aliana mendekat ke arah di mana Denis berdiri.
Aliana tercekat. Dia benar-benar ketakutan. Tapi dia juga tidak ingin menyaksikan nyawa orang lain harus melayang akibat ulah Denis.
"Denis, jangan lakukan itu, aku mohon... Aku tidak mau kamu membunuh lagi," pinta Aliana saat dirinya sudah berdiri berhadapan dengan Denis.
Jarvis menarik tubuh Xander menjauh dari Denis yang fokusnya mulai terba
Semoga suka ya... Jangan lupa jejaknya...
Aldrian telat sampai di lokasi syuting. Dia sempat terkena omelan sang sutradara karena di anggap tidak disiplin. Tapi bukan Aldrian namanya jika dia tidak bisa menuntaskan masalahnya dengan mudah. Syuting hari ini berjalan cukup lancar. Aldrian tidak terlalu banyak melakukan kesalahan sehingga dia memiliki waktu luang lebih banyak untuk beristirahat. Aldrian baru saja hendak menghubungi Mischa, namun hal itu urung dia lakukan saat dia mendengar sebuah sapaan hangat dari seseorang. Tepatnya seorang wanita. Wanita yang terlihat sangat menawan di mata Aldrian. Bahkan dengan leluasanya, wanita itu kini mengecup pipi kanan dan kiri Aldrian tanpa sedikit pun perduli dengan keadaan sekitar.
Xander baru saja memparkirkan kendaraannya di kediaman utama keluarga Malik. Setelah beristirahat sejenak di kediaman pribadinya, Xander hendak meminta penjelasan sang Omah mengenai apa yang telah dilakukan Sarah terhadap Mischa. Selain itu, Xander juga berniat untuk membawa Arsen tinggal di kediaman pribadinya. Xander benar-benar kecewa atas sikap Sarah yang dianggapnya sangat keterlaluan. Meski dia sendiri tak mampu menutupi rasa belas kasihnya pada Sarah, mengingat kondisi kesehatan Sarah yang semakin menurun akhir-akhir ini. Bahkan, Xander sendiri yang meminta Denis untuk tidak membawa nama Omahnya dalam kesaksian lelaki itu pada pihak berwajib. Xander menjanjikan sesuatu pada Denis, bahwa dirinya akan menjaga Aliana dengan baik sampai Aliana sembuh. Untuk itulah Denis bersedia menutup mulutnya dengan tidak membawa serta Sarah sebagai tersangka dalam kasus Mischa. Denis bersedia menanggung semua hu
"Apa kamu mencintai Xander, Mischa?" tanya Diana mengulang pertanyaannya tanpa memalingkan tatapannya dari wajah Mischa, sedikit pun. Mischa mencoba mengalihkan perhatian, dia mengambil sendok yang jatuh di bawah kaki Diana dengan tangan yang gemetar. Bertahan sebentar di sana untuk menetralkan perasaannya yang kian dilanda rasa gugup. Mischa menarik napas panjang saat dia kembali bangkit dan duduk berhadapan dengan Diana. Mischa tersenyum tipis. "Maaf, sendoknya jatuh Tante, aku cuci ke toilet dulu ya?" ucap Mischa yang langsung bangkit dan berjalan cepat menuju toilet. Diana masih terus menatap Mischa saat itu. Mischa yang tak menjawab pertanyaannya. Sebagai seorang wanita, Diana bisa membaca bahasa tubuh Mischa saat dia mendengar nama Xander disebut. Mischa terlihat begitu gugup. Persis seperti dirinya dulu, setiap kali mendengar nama Dirga disebut.
Xander dan Arsen sudah tiba di rusun saat hari sudah gelap. Tapi Lulu bilang Mischa pergi bersama Aldrian sejak tadi pagi dan belum pulang sampai saat ini. Lulu hanya memberikan kunci serep rusun milik Mischa yang dia simpan pada Xander dan Arsen agar ke dua orang itu bisa menunggu Mischa di dalam rusun Mischa. Xander yang pada awalnya merasa begitu semangat menyiapkan surprise untuk Mischa sebagai tanda permintaan maafnya, merasa moodnya jadi tidak karuan saat lagi dan lagi dirinya harus mendengar nama Aldrian disebut. Ada hubungan apa antara Mischa dengan Aldrian sebenarnya? Apa mereka benar-benar berpacaran? Pertanyaan itu terus menggelayut dikepala Xander sejak tadi. Bahkan saat mereka sudah selesai menata makanan di atas meja makan yang mereka beli di jalan. Selesai menata makanan, dibantu Arsen, X
Mischa dan Aldrian sudah berada di dalam mobil pribadi milik Aldrian. Masih di parkiran gedung rumah sakit. Saat itu, Aldrian tidak langsung menyalakan mesin mobil, dia hanya diam dengan ke dua tangan yang terangkat dan melingkar di atas setir mobilnya. Ke dua matanya menatap arah dashboard, setengah menunduk. Beribu pikiran tentang Mischa dan Xander kian berputar dikepalanya, mengganggunya. "Al? Ada apa?" tanya Mischa yang jadi menoleh dan menatap Aldrian dengan wajah bingung. Aldrian menoleh pelan dan tersenyum tipis. Ditatapnya lekat wajah manis Mischa saat itu. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu Mischa," ucap Aldrian meski hatinya masih diliputi keraguan akan apa yang ingin dia utarakan pada Mischa, namun lagi dan lagi, Aldrian terus dirundung rasa takut, jikalau dirinya kali ini akan kembali menelan kekalahan akibat ulah laki-laki brengsek macam Xander. Xander sudah mencur
Karena Mischa tak kunjung menjawab telepon dan membalas pesan yang Xander kirimkan, jadilah kini Xander dan Arsen terpaksa menunggu kepulangan Mischa di lapangan bawah rusun yang letaknya berdekatan dengan lahan parkir. Xander hanya ingin mencari angin, setelah dia berada di dalam rusun Mischa yang panas dan pengap selama berjam-jam. Saat itu, Xander bergabung dengan beberapa pemuda rusun yang sedang bermain bola basket di lapangan. Kebetulan, sewaktu sekolah dulu, Xander itu pernah masuk menjadi tim basket nasional dan sudah beberapa kali memenangkan perlombaan. "Yeay.. Papah hebat..." teriak Arsen dengan gembira seraya bertepuk tangan saat Xander berhasil memasukkan bola basketnya ke dalam ring. Arsen duduk di sisi lapangan sambil menonton pertandingan sang Papah dan menikmati secup es krim coklat favoritnya. Xander tersenyum lebar ke arah Arsen. Peluh di pelipisnya sudah bercucuran
Mischa turun dengan langkah tergesa saat dirinya melihat dari lantai tiga rusun bahwa Xander dan Aldrian tengah terlibat aksi baku hantam di lapangan parkir rusun. Karena kondisi sudah malam, tak banyak warga rusun yang menyaksikan kejadian itu. Hanya ada beberapa security yang terlihat sedang berusaha untuk melerai perkelahian tersebut. "LO NGGAK AKAN MENDAPAT APAPUN DARI MISCHA BRENGSEK!" umpat Aldrian saat pihak security rusun mencoba untuk menahan aksinya untuk tetap melukai Xander. Sementara Xander yang saat itu berada dalam posisi terkulai di atas aspal parkiran dengan wajahnya yang sudah babak belur hanya terdiam dan berusaha untuk bangkit dengan susah payah. "LEPASIN GUE!" teriak Aldrian lagi. Kedatangan Mischa pun membuat para security itu mengerti titik permasalahannya. Mereka berpikir, dua lelaki itu berkelahi karena memperebutkan satu wanita, dan itu adalah hal yang biasa
Xander masih terduduk di trotoar pinggir jalan yang letaknya tak jauh dari rusun Mischa. Saat itu, Xander hendak menghubungi Jarvis agar menjemputnya ke rusun, namun ternyata saat dia mengecek ponselnya lowbet. Sementara sejak tadi, Xander tak melihat ada satu pun taksi yang lewat. Dan Xander masih di sana. Masih dalam posisinya yang sama. Duduk tepekur di tepi trotoar seperti seorang gelandangan. Kepalanya menunduk menatap ke bawah aspal jalanan. Kepala Xander penuh dengan hal-hal menyedihkam sehingga membuat tubuhnya terasa begitu lemah. Xander masih di sana. Saat tiba-tiba, seseorang menghampirinya.