Share

[ 16 ]

Aku menarik nafas yang dalam sebelum membuangnya dihadapan kedua mata Ben.

“Ben, aku segitu bodohnya ya di mata kamu?”

“Nata, please ngomong pakai hati kamu. Jangan pakai emosi.”

“Hati? Jadi kamu pikir kamu cukup tahu hati aku seperti apa?”

Dia mencoba menjangkau tanganku. Kutepis. Sambil melihat ke sekeliling. Takut gerakan kami berdua terlalu mencolok dan menarik perhatian orang-orang. Lagi.

“Nata, aku tahu kita bisa ngobrol dengan tenang. Nggak pakai emosi.”

“Kamu yang bisa. Aku nggak. Ben, apapun itu, tolong nggak sekarang.” Aku memohon. Menatap matanya lebih dari lima detikpun aku belum mampu. Apa lagi dibujuk-bujuk. Nggak bisa.

“Apa yang nggak sekarang?”

“Ini. Apapun ini. Jangan sekarang.”

“Nggak. Ini harus sekarang.” Ngototnya.

“Ben, kayaknya tenaga dan mental aku belom pulih deh dari semua kegilaan kamu kemaren. Kamu tahu nggak rasanya kayak apa? Kaya naik Roller Coaster. Terlalu cepat sampai aku mual.”

“Aku tahu, makanya aku di sini. Untuk minta maaf, untuk jelasin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status