"Kamu mau mati?" Terdengar suara Jonathan yang mengancam di telepon. Devanda menarik napas dalam-dalam, hatinya berdebar kencang di dalam dadanya. Dia tahu bahwa menolak Jonathan berarti menghadapi bahaya nyata, tetapi dia juga tahu bahwa hidupnya tidak lagi boleh ditentukan oleh ketakutan. Dalam upayanya untuk mengubah takdir, Devanda memilih untuk menikahi Andriyan, sepupu Jonathan yang dianggapnya lebih aman. Namun, cinta tidak bisa diprediksi. Andriyan, yang awalnya hanya menjadi pion dalam permainannya, berubah menjadi obsesi yang membara. Setiap langkah yang diambil Devanda diawasi dengan cemburu yang membuncah. Sementara itu, Jonathan tidak akan berhenti sebelum meraih kembali yang menurutnya miliknya. Dihantui oleh ancaman yang mengerikan dari masa lalunya dan terbelenggu oleh kenyataan pahit saat ini, Devanda harus memilih antara melindungi dirinya sendiri atau membuka hatinya untuk cinta sejati. Di dunia di mana cinta bisa menjadi senjata terkuat atau bahkan kutukan terbesar, jalan mana yang harus Devanda pilih?
Lihat lebih banyakLangkahnya semakin cepat dari biasanya. Dia tidak ingin menimbulkan masalah karena alkohol yang membuat kesadarannya menurun. Dia khawatir namanya dan nama keluarganya akan tercemar. Sehingga, dia memutuskan untuk menghindar dari keramaian dan mencari tempat sepi untuk menghirup udara segar.
"Tunggu! Tolong, tunggu sebentar, Pak! Tunggu!"
Dia mendengar suara itu, tapi sengaja mengabaikannya dan terus berjalan.
"Andriyan Prakarsastra!"
Dia terpaksa berhenti. Perempuan itu pasti sangat nekat sampai berani memanggil namanya.
"Maaf, bukannya saya bermaksud lancang, Pak Andriyan, tapi bisakah Anda membantu kami? Kami sudah mencari-cari orang yang lewat di lorong ini, tapi hanya menemukan Pak Andriyan," ucapnya.
Dia menoleh dan melihat perempuan itu dengan wajah panik. Dia tidak menjawab apa-apa, hanya menatapnya dingin.
"Emm, nyonya saya mengeluh pusing dan tubuhnya lemas. Saya tidak tahu harus berbuat apa karena saya tidak kuat membopongnya sendirian. Saya sangat khawatir dengan keadaan beliau, tapi tidak ada orang baik yang mau membantu kami. Saya takut kalau nyonya malah menerima bantuan dari pria-pria hidung belang itu."
Dia menghela napas panjang. Perempuan itu semakin ketakutan.
"Harapan kami besar terhadap Anda?"
Dia akhirnya berbalik dan berjalan tegas ke arah perempuan itu. Perempuan itu terkesima melihat wajahnya yang tampan dan anggun. Dia seperti reinkarnasi pangeran Eropa. Semua fitur wajahnya sempurna, mulai dari kulit, alis, hingga bibirnya. Dia merasa Tuhan menciptakannya dengan senyum dan kebanggaan.
Jadi ini yang bernama Andriyan Prakarsastra? Keturunan Keluarga Prakarsastra yang paling tampan. Walau keluarga itu memang memiliki pengaruh besar di negara ini, tapi Andriyan paling unggul karena wajahnya mencuri banyak perhatian. Bahkan banyak perempuan yang bersedia untuk sujud di kakinya. Sekarang aku bisa mengerti mengapa nyonya sangat memuja pria ini sampai tidak bosan membicarakannya setiap saat, batin Senka.
Kalau ada nominasi pria paling tampan di negara untuk tahun ini, pasti dimenangkan Andriyan Prakarsastra. Jika ada yang membicarakan Keluarga Prakarsastra, pasti yang diingat adalah Andriyan yang fenomenal.
“… jadi saya ulangi sekali lagi, ada yang bisa saya bantu?”
Wajah Senka langsung memerah malu saat sadar bahwa dia terlalu fokus memperhatikan wajah Andriyan sampai mengabaikan ucapannya. “Ah, maaf! Emm, jadi saya sedang menunggu seorang pria baik dan bertanggung jawab yang lewat untuk membantu. Ini semua demi keamanan nyonya saya. Tapi tidak ada siapa pun yang lewat dari tadi, jadi saya semakin mencemaskan kondisi nyonya saya. Sekarang akhirnya saya bertemu dengan Bapak. Bisakah Anda membantu untuk memapah nyonya saya ke hotel mana pun yang terdekat? Saya tidak percaya siapa pun untuk menyentuh tubuh beliau.”
Trik murahan yang bisa dengan mudah dibaca, pikir Andriyan yang memasukkan tangannya ke salah satu saku celana sembari menyunggingkan senyuman.
Senka pun mempersilakan Andriyan agar mengikutinya. Sampai di tempat yang sedikit jauh dari aula acara dan sangat sepi, seorang perempuan yang dikuasai pengaruh alkohol itu menyambut Andriyan dengan penuh rasa lapar. Andriyan akan menjadi makanan penutup yang sangat berkesan baginya.
“Beliau adalah Bu Agnes Prananta,” ucap Senka.
Agnes Prananta … Andriyan tau nama itu.Baru-baru ini bisnis yang dimiliki oleh keluarga mereka memiliki peningkatan yang signifikan sehingga disebut perintis beruntung. Kebetulan sekali usaha mereka melejit karena promosi atau iklan mereka viral di sosial media. Akan sangat merugikan jika seorang Agnes Prananta, putri bungsu dari Keluarga Prananta, diekspos di sosial media sedang mabuk berat dan menggoda pria. Begitu nekat sekali anak ini, pikir Andriyan.
“Situasi yang sangat genting, ya,” ucap Andriyan yang sebenarnya sengaja bersikap sarkastik, namun Senka yang hanya asisten tanpa memiliki kecakapan intelektual, tidak paham dengan tutur Andriyan. Ia pun berjalan mendekati Agnes yang duduk sambil bersandar pada pilar. “Permisi.”
Agnes tentu langsung menoleh. Pria tampan ini … dia harus mendapatkannya malam ini. “Ya?” “Anda sudah mabuk. Bolehkah saya membantu Anda ke tempat yang lebih aman? Pelayan Anda sudah sangat mencemaskan Anda.”Senka menepuk bahu Andriyan beberapa kali. “Pak, saya akan memesankan hotelnya terlebih dahulu. Anda dan Bu Agnes bisa menyusul ke sana, ya. Saya akan pergi ke Hotel Harrington lebih dulu,” pamitnya.
Andriyan membalas dengan senyuman, yang membuat Senka pun langsung salah tingkah di tempat. Kalau dia masih di sini dalam waktu lama, mungkin sudah keburu mimisan. Maka ia harus segera bergegas memberikan kesempatan atasannya berduaan dengan Andriyan.
Setelah kepergian Senka, Andriyan mengulurkan tangannya pada Agnes. “Ijinkan saya membantu Anda, Nyonya.”
Tanpa menunggu lama, Agnes langsung memberikan tangannya. Dia naik ke gendongan Andriyan dan memeluk erat leher pria itu. Andriyan pun otomatis menahan paha Agnes agar tetap stabil di atas gendongannya. Diam-diam Agnes tersenyum, kapan lagi dia punya kesempatan mendekati Andriyan begini?
“Anda benar-benar sehebat yang orang ceritakan. Tubuh Anda yang kekar ini layak untuk dibanggakan,” ucap Agnes.
Di dalam hati, Andriyan mempertanyakan kondisi Agnes yang katanya mabuk dan tidak berdaya. Nyatanya sepanjang jalan, wanita itu tidak berhenti menyebutkan rentetan kelebihan Andriyan. Bahkan terus mengagung-agungkan Keluarga Prakarsastra.
“Anda memiliki wawasan yang bagus,” balas Andriyan sebagai apresiasi terhadap berbagai hal yang sudah diceritakan Agnes.
“Itu semua karena sebenarnya saya sangat mengagumi Anda, Pak. Anda itu layaknya berlian. Walau kakek Anda merupakan salah satu yang berjasa di negara ini, tapi Anda pun tidak menjadikannya alasan untuk menguasai politik di pemerintahan dan lebih fokus pada bisnis yang Anda bangun. Berbeda dengan sepupu Anda yang lain, yang hingga saat ini masih berkampanye dan memonopoli media massa,” ujar Agnes. Itu pujian yang bagus, Andriyan ingin memberikan emas lidah wanita itu.
“Sebagai Prakarsastra, saya belajar bahwa ada kewajiban yang setara dengan hak kehormatan yang diperoleh. Maka saat ini pun saya memiliki peran yang penting untuk membantu negara dalam meluaskan lapangan kerja.
Memberdayakan masyarakat dan membantu perekonomian mereka. Setidaknya itu adalah beberapa janji yang ingin ditepati kakek saya, tapi belum berhasil dipenuhi karena kematian mendahuluinya,” kata Andriyan yang membuat tatapan kagum Agnes semakin menjadi-jadi. “Untuk berada di posisi paling terhormat, harus memikul tanggung jawab yang paling berat. Itu adalah kalimat yang selalu dikatakan oleh—mmh!”
Agnes langsung melumat bibir Andriyan, tanpa aba-aba dan berapi.Siapa yang tidak mengidamkannya? Hanya orang gila, pikir Agnes yang semakin memperdalam pagutannya.
Pria yang memiliki segalanya, Andriyan Prakarsastra.
Mengikuti permainan perempuan ini, Andriyan melepaskan gendongannya lalu menghimpit tubuh Agnes di salah satu pilar. Ia membalas lumatan perempuan itu dan menarik salah satu pahanya agar memeluk pinggangnya. Sementara Agnes masih erat memeluk tengkuk leher Andriyan. Merasa napas keduanya habis, mereka melepas ciuman itu. Agnes belum menyerah, dia langsung mengecupi leher dan telinga Andriyan. Keganasan mereka dapat dilihat dari lipstik perempuan itu yang sudah menghiasi bibir Andriyan tak beraturan.
Usia 27 tahun, masa kejayaan Andriyan dalam menikmati para wanita yang siap memberikan tubuh mereka kapan saja.
“Hahah … Pak Andriyan ….” Wanita itu terus membusungkan dadanya yang besar agar Andriyan terpancing menyentuhnya. Melihat wanita ini tidak berhenti menggoda dan merayu Andriyan, ia jadi terkekeh geli. Memang ya perempuan mana yang tidak ingin disentuh Andriyan?
Ah, mungkin ada. Hanya satu, perempuan itu.
“Tunangan Anda terlalu biasa, Pak. Dia itu seperti mayat hidup. Berdandan saja tidak pernah. Saya yakin Anda tidak akan bisa merasakan kenikmatan seperti yang bisa saya berikan jika menjadi istri Anda. Apa Anda tidak muak jika kalian tinggal satu rumah lalu melihat wajah mengerikan wanita itu? Kalau saya jadi Anda, melihat keberadaannya akan membuat suasana hati saya menjadi berantakan,” ucap Agnes.Apa yang dikatakan Agnes memang benar. Ia tidak mengada-ada tentang hal ini.
“Kalau memang wanita pilihan Anda sangat sempurna sampai saya maupun perempuan lain mengakuinya, kami bisa merelakan Anda dan mundur untuk menghargainya. Tapi bagaimana mungkin kami diam saja ketika melihat siapa yang menjadi calon istri Anda? Ini sangat menyebalkan dan tidak adil, Pak,” ucap Agnes lagi.
Tap! Tap! Tap!
“Devanda, putri sulung Keluarga Kusumawirya itu sangat tidak cocok dengan Anda. Dia yang kaku dan membosankan sangat tidak pas untuk bersanding dengan Anda.”
Tubuh Andriyan langsung membatu di tempat. Bola matanya terbelalak ketika seseorang muncul dari ujung lorong yang lampunya mengalami gangguan. Tidak pernah terpikirkan baginya bahwa dia akan dipergok secara langsung begini karena biasanya perempuan itu hanya mendengar lewat gosipan saja.
“Va—Vanda?” gumam Andriyan.
Selama menjadi tunangan perempuan itu, ini adalah kali pertama Devanda berhasil memergoki Andriyan. Namun di luar ekspektasi Andriyan, wajah Devanda tampak datar tanpa ekspresi. Tidak terlihat terkejut atau sakit hati. Ini yang semakin menyebalkan bagi Andriyan.
“Om Aji memanggilmu ke ruangannya,” ucap Devanda. Itu saja, setelahnya dia berbalik kembali tanpa menanyakan apa pun.
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen