بيت / Romansa / Obsesi Dosen Tampan / S2-80. Suara Pagi Menggelegar.

مشاركة

S2-80. Suara Pagi Menggelegar.

مؤلف: Amaleo
last update آخر تحديث: 2025-12-08 08:04:14

Zelda menatap Noah lama—mungkin terlalu lama. Kalimat “kau mau ikut aku kembali?” menggantung di udara, seperti asap tipis yang perlahan memasuki dadanya hingga membuat napasnya tercekat.

“Kembali … ke kota itu?” suara Zelda merendah, seolah hanya menyebut kotanya saja sudah menghidupkan semua trauma.

Noah mengangguk pelan.

Hening mendadak memenuhi kamar kecil itu. Tangan Zelda yang berada di atas dada Noah tiba-tiba gemetar halus. Hampir tak terlihat—tapi Noah langsung menangkapnya. Ia menggenggam tangan Zelda, menenangkannya, ibu jarinya mengusap punggung tangan Zelda dengan ritme lembut.

“Aku mengerti,” ucap Noah pelan. “Kau masih takut. Dan aku tidak akan memaksamu untuk ikut.”

Zelda menghela napas dengan suara kecil, lalu tersenyum lirih—senyum yang lebih mirip luka yang dibersihkan perlahan.

“Aku tahu ini terdengar egois.” Zelda menatap Noah dengan mata
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق
الفصل مغلق

أحدث فصل

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-108. Chloe Vayne dan Delusional-nya

    “Ini mengenai kecurigaan Christopher Vayne yang terlibat dalam pencucian uang.” Noah terkejut bukan main. “Apa …?” suaranya rendah, tapi Zelda bisa mendengar nada itu—campuran antara kaget dan sesuatu yang lebih gelap. Halden melanjutkan tanpa jeda, suaranya tetap tenang tapi mendesak. “Mereka ingin pertemuan langsung secepatnya. Anda diminta sebagai saksi kunci sekaligus rekan investasi yang terlibat langsung dengan perusahaan keuangan dinasti Vayne.” “Skandal Chloe belakangan ini membuka celah—mereka menemukan jejak transaksi mencurigakan yang mengarah ke Christopher. Ini kesempatan untuk menutup semua pintu keluarnya.” Noah menegang. Matanya menyipit, otaknya berputar cepat. Ia baru mengetahui bahwa Christopher Vayne dicurigai terlibat dalam pencucian uang—skala internasional, jelas bukan hal kecil. Ia mengangguk pelan—meski Halden tak bisa melihatnya. Napasnya agak berat, tapi suaranya tetap terkendali. “Atur waktu dan lokasi yang tepat,” ucap Noah dingin. “Ini raha

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-107. Malam yang Hangat.

    Zelda merasakan jantungnya seperti jatuh ke perut. Wajahnya langsung memanas, mata membulat panik. Ia menatap Sarah dengan ekspresi ‘Sarah, bunuh aku sekarang juga!’Kevin mendelik terkejut, mulutnya terbuka sedikit, seolah dalam hati berteriak ‘Aku tak dengar apa-apa! Aku tak tahu apa-apa!’Sarah langsung membeku, wajahnya merah padam seperti tomat matang. Tangannya melambai cepat di udara, seperti orang mencoba memadamkan api yang baru saja ia nyalakan sendiri.“B-Bukan itu maksudku!!” jerit Sarah tergesa, suaranya nyaris melengking. “Maksudnya … eh … m-mereka berjodoh dalam arti … eh … takdir akademik!” Sarah mengangguk mantap. “Ya! Takdir akademik!”Ariana masih menunjuk Zelda dengan jari gemetar, mata melebar seperti baru saja melihat hantu. “T-tapi … Sarah, kau bilang ‘berjodoh’! Dan ‘ditakdirkan bersama’! Itu—”Zara langsung mengangkat tangan—gerakan tegas, tapi lembut, seperti dosen yang sedang menenangkan kelas gaduh.“Tenang, anak-anak,” ucap Zara dengan suara yang kembali

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-106. Keluar dari Papan Catur.

    “Jadi … kau yang akan menanggung akibatnya, Noah.” Asap cerutu menggantung di antara mereka. Noah tidak mundur. Tidak pula membalas senyum itu. Ia menatap Christopher lurus—tatapan seseorang yang sudah berhenti berharap pada belas kasihan. “Akibat?” ulang Noah pelan. “Aku sudah hidup dengan akibat sejak lama.” Christopher mengangkat alis, seolah tertarik. “Oh?” “Ayahku dipenjara. Namaku dicemarkan. Wanita yang kucintai hampir mati di meja operasi.” Suara Noah tetap rata. “Kalau itu semua belum cukup, maka aku tidak tahu lagi apa definisi ‘akibat’ menurut Anda.” Christopher terkekeh kecil. “Dramatis sekali.” “Tidak,” Noah menyela. “Ini fakta yang aku alami sendiri, Sir.” Noah melangkah sedikit ke samping, mengitari meja billiard—tidak mendekat, tidak menjauh. Posisi aman. Terkontrol. “Kau mengira menyerahkan Chloe akan membuatmu bersih?” tanya Christopher santai. “Hukum hanya alat, Noah. Dan alat selalu punya pemilik.” Noah berhenti. Menoleh. “Kau salah,” katanya. “H

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-105. Resiko dari Pilihan.

    Gudang Halden terasa dingin di malam itu. Lampu neon di langit-langit berkedip pelan, menciptakan bayangan panjang di lantai beton yang basah oleh tetesan air hujan dari atap bocor. Bau besi dan debu menggantung di udara. Di tengah ruangan, tiga sosok diikat di kursi besi. Sosok pria bernama Nick—tubuhnya babak belur, wajah bengkak, darah mengering di sudut bibir. Kepalanya tertunduk lemas, napasnya pendek dan tersengal. Ia sudah tak berdaya—tubuhnya penuh memar karena mencoba melawan saat ditangkap. Chloe duduk di sebelahnya, senyum tipis menggantung di bibirnya—senyum psikopat yang sudah terlalu sering Zelda lihat di mimpi buruknya. Mata Chloe berkilat gila, tapi tubuhnya tetap tenang, seperti ratu yang tahu tahtanya sudah runtuh tapi masih pura-pura kuat. Noelle di kursi paling ujung. Wajahnya pucat pasi, mata merah karena nangis. Tubuhnya gemetar, tapi matanya masih menyimpan sisa-sisa harga diri Grimm yang sudah retak. Noah berdiri di depan mereka, jas hitamnya rapi, tan

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-104. Cahaya di Ujung Terowongan.

    “Aku tidak akan melepaskan mereka," ucap Noah dingin.Zelda tidak menjawab. Ia hanya mengusap punggung tangan Noah dengan ibu jarinya—pelan, berulang, seolah menenangkan. Gestur kecil itu jauh lebih kuat dari kata-kata apapun.“Terima kasih …” bisiknya akhirnya. “Karena selalu mengkhawatirkanku, Noah.”Ia membuka mata dan menatapnya—lelah, tapi penuh rasa. “Terima kasih juga … karena kau selalu mengusahakan agar aku aman.”Noah terdiam.Matanya turun ke wajah Zelda—ke selang di tubuhnya, ke bekas luka yang tersembunyi di balik perban, ke napasnya yang masih belum sepenuhnya stabil.Lalu, tanpa berkata apa-apa … ia mencondongkan tubuhnya. Bibir Noah menyentuh bibir Zelda.Dalam.Lama.Penuh rasa takut yang akhirnya dilepaskan. Zelda tidak membalas dengan tenaga—tubuhnya belum sanggup. Tapi, ia membalas dengan kehadiran. Dengan tetap di sana. Dengan tetap hidup.Noah menarik sedikit, dahinya menempel di dahi Zelda.“Jangan berterima kasih,” bisiknya serak.Ia mencium bibir Zelda lagi—l

  • Obsesi Dosen Tampan   S2-103. Tangis Kebahagiaan.

    Kesadaran itu datang perlahan. Bukan seperti bangun dari tidur—melainkan seperti ditarik paksa dari dasar laut. Gelap lebih dulu. Lalu cahaya putih menembus kelopak matanya—menyilaukan, menusuk. Suara-suara berdengung samar, bercampur dengan bunyi ‘bip’ yang ritmis dan asing. Zelda mencoba bernapas. Dadanya terasa … berat. Sakit. Nyeri tajam menjalar dari bahu ke dada, lalu merayap turun ke perut—menusuk, menghantam, membuat napasnya tercekat di tenggorokan. Tubuhnya refleks bergerak. Dan rasa sakit itu meledak. “Akh —!” Jeritan kecil itu keluar pecah, nyaris tak bersuara. Tenggorokannya kering, suaranya patah, seolah tubuhnya belum sepenuhnya kembali menjadi miliknya. Jari-jarinya gemetar. Dan saat itulah … ia merasakan sesuatu. Hangat. Sebuah genggaman. Tangan seseorang yang mencengkram tangannya erat—terlalu erat untuk dilepaskan. Zelda mengerjapkan mata. Pandangan buram itu perlahan membentuk satu wajah. “Zelda …?” Suara itu bergetar hebat. Matanya be

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status