Home / Romansa / Obsesi Gila Sang Mafia / BAB 2 Malam Pertama

Share

BAB 2 Malam Pertama

Author: Dydy Ailee
last update Last Updated: 2025-03-06 10:00:32

Aurora duduk diam di dalam mobil hitam yang melaju di jalanan gelap Milan. Tangannya bertaut di pangkuan, gaun pengantinnya masih terpakai dengan sempurna, tetapi jantungnya berdegup kencang.

Di sampingnya, Damian Velasco duduk diam. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya sejak mereka meninggalkan gereja.

Suasana dalam mobil terasa begitu dingin, membuat Aurora menegakkan punggungnya dengan kaku.

“Ke mana kita pergi?” Ia akhirnya memberanikan diri bertanya.

Damian menoleh sekilas, lalu kembali menatap ke depan. “Rumah.”

Rumah. Bukan hotel, bukan tempat resepsi, hanya rumah.

Tentu saja, pernikahan mereka bukan pernikahan biasa. Tidak ada pesta, tidak ada ucapan selamat, hanya sebuah transaksi.

Damian tidak mengatakan apa pun lagi, dan Aurora tidak berani bertanya lebih jauh. Ia hanya menggenggam ujung gaunnya erat, mencoba mengendalikan kegelisahannya.

Setelah beberapa saat, mobil memasuki sebuah gerbang tinggi dengan penjagaan ketat. Aurora menatap ke luar jendela dan mendapati sebuah mansion besar dengan arsitektur klasik Italia, berdiri megah di atas bukit. Cahaya lampu yang temaram membuat bangunan itu terasa lebih misterius.

Pintu mobil terbuka, dan seorang pria tinggi dengan jas hitam segera mendekat.

“Selamat datang, Signora Velasco.”

Aurora terkejut mendengar nama itu. Signora Velasco. Gelar yang kini melekat padanya.

Damian turun lebih dulu, lalu menoleh ke arahnya. “Turun.”

Aurora ragu, tetapi akhirnya mengikuti. Udara malam terasa menusuk, tetapi bukan itu yang membuat tubuhnya menggigil—melainkan kenyataan bahwa ia sekarang benar-benar berada di dalam dunia pria ini.

Saat mereka melangkah masuk ke dalam mansion, Aurora menoleh ke sekeliling. Interiornya luas dan elegan, dengan nuansa klasik yang kental. Tetapi yang paling membuatnya merasa tidak nyaman adalah betapa sepi tempat ini.

“Di mana keluargamu?” Aurora akhirnya bertanya.

Damian berhenti di tangga, lalu menoleh dengan tatapan tajam. “Aku tidak punya keluarga.”

Aurora terdiam.

Damian kembali melangkah. “Kamar pengantin ada di lantai dua. Aku punya urusan lain malam ini, jadi kau bisa tidur lebih dulu.”

Aurora merasakan perasaan aneh saat mendengar itu. Jadi, bahkan setelah menikah, ia tetap sendirian?

Seseorang mendekat dan membungkuk hormat. “Saya akan mengantar Nyonya ke kamar.”

Aurora mengangguk pelan dan mengikuti pelayan itu.

Setelah beberapa menit berjalan melewati koridor panjang, mereka tiba di sebuah pintu besar. Pelayan itu membukanya, memperlihatkan kamar luas dengan nuansa emas dan putih.

Setelah memastikan Aurora masuk, pelayan itu menutup pintu, meninggalkannya sendirian.

Aurora berdiri di tengah ruangan, menatap cermin besar di depannya. Wajahnya masih terlihat sama—tetapi hidupnya kini telah berubah total.

Ia meraih veil di kepalanya dan melepaskannya perlahan. Kemudian, matanya menatap cincin pernikahan di jarinya.

Pernikahan ini tidak nyata. Ini hanya kesepakatan.

Tetapi saat ia mengingat tatapan dingin Damian, Aurora tahu bahwa pria itu bukan hanya sekadar mafia biasa.

Dan sekarang, ia adalah istrinya.

******

Aurora berdiri di depan jendela besar kamarnya, menatap pemandangan kota Milan yang berkilauan di kejauhan. Angin malam berhembus pelan dari celah jendela yang sedikit terbuka, tetapi dinginnya tak sebanding dengan hawa dingin yang menyelimuti hatinya.

Ia baru saja menikah. Seharusnya, seorang pengantin baru merasakan kebahagiaan, tetapi yang ia rasakan hanyalah kekosongan dan ketakutan akan masa depan yang tak pasti.

Di mana Damian?

Ia menghilang begitu saja setelah mengantarnya ke rumah ini, meninggalkannya sendirian di dalam kamar yang begitu luas dan mewah, tetapi terasa seperti penjara emas.

Aurora menghela napas, lalu duduk di tepi ranjang besar dengan seprai sutra yang terasa asing.

Saat itulah suara langkah kaki terdengar dari luar. Langkah kaki yang berat, stabil, dan penuh wibawa.

Aurora langsung menegang.

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Damian Velasco yang masih mengenakan jasnya. Cahaya dari lorong menyinari wajahnya yang tampan tetapi penuh ketegasan.

Aurora menelan ludah. “Kau kembali.”

Damian tidak langsung menjawab. Ia hanya melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya, lalu berjalan menuju meja kecil di sudut ruangan. Dengan tenang, ia melepas jasnya dan menggulung lengan kemeja putihnya, memperlihatkan lengan yang kuat dan penuh bekas luka samar.

Aurora menatapnya dengan waspada.

“Kita sudah menikah,” katanya akhirnya, suaranya rendah tetapi tajam. “Tapi aku tidak ingin kau salah paham.”

Aurora mengernyit. “Salah paham?”

Damian berbalik, menatapnya dengan mata abu-abu yang dingin. “Pernikahan ini bukan tentang cinta. Aku tidak menginginkan istri yang terlalu berharap. Kau hanya perlu menjalankan peranmu dengan baik.”

Aurora mengepalkan tangannya. Ia sudah tahu ini. Sudah mengira dari awal. Tapi mendengar langsung dari mulut pria itu tetap saja menusuk hatinya.

Damian berjalan mendekatinya, dan tanpa sadar Aurora mundur sedikit. Pria itu memperhatikan reaksinya lalu menyeringai tipis.

“Kau takut padaku?” tanyanya.

Aurora menegakkan punggungnya, menolak terlihat lemah. “Haruskah aku?”

Damian tertawa kecil—bukan tawa hangat, tetapi lebih seperti ejekan samar. “Setidaknya kau cukup pintar untuk tidak bertanya hal bodoh.”

Ia lalu berbalik, berjalan menuju pintu lain di dalam kamar itu. Aurora baru sadar bahwa itu adalah pintu menuju ruang terpisah.

“Ada kamar lain di dalam sini. Aku akan tidur di sana.”

Aurora mengerutkan kening. “Kita tidak tidur di ranjang yang sama?”

Damian menoleh sekilas. “Kau ingin tidur bersamaku?” tanyanya dengan nada yang membuat Aurora merinding.

Ia buru-buru menggeleng. “Tidak.”

“Bagus.” Damian membuka pintu, tetapi sebelum masuk, ia menoleh lagi. “Satu hal lagi, Aurora.”

Aurora menahan napas. “Apa?”

Damian menyipitkan matanya, sorotnya berubah dingin dan tajam. “Jangan pernah mencoba kabur.”

Darah Aurora membeku.

Damian tersenyum tipis, tetapi senyum itu penuh ancaman. “Kau tidak akan suka akibatnya.”

Kemudian, tanpa menunggu jawaban, ia masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu.

Aurora masih terpaku di tempatnya, jantungnya berdebar kencang.

Ia tidak punya pilihan selain tetap di sini.

Tetapi yang lebih menakutkan adalah…

*********

Aurora menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Damian. Suara langkah kaki pria itu menghilang, meninggalkan keheningan yang mencekam di dalam kamar.

Jadi, seperti ini kehidupannya sekarang?

Menjadi istri dari seorang pria yang bahkan tidak menganggapnya lebih dari sekadar alat transaksi?

Aurora menghela napas panjang. Rasa marah dan frustrasi membuncah di dadanya. Ia mengangkat tangannya, mencengkeram rok gaunnya yang berat, lalu berdiri dengan mantap.

Ia tidak akan menjadi boneka yang bisa diatur seenaknya.

Dengan tekad itu, Aurora mulai melepas perhiasan di tubuhnya. Ia menanggalkan kalung berlian yang diberikan keluarga Velasco untuk pernikahan, lalu melemparkannya ke atas meja dengan suara klak yang tajam.

Matanya beralih ke cermin besar di depannya.

Aurora Calleste—atau sekarang Aurora Velasco—menatap bayangannya sendiri. Mata hazelnya berkilat dengan emosi yang sulit dijelaskan. Ia tampak seperti seorang ratu dalam gaun putih ini, tetapi jauh di dalam hatinya, ia merasa seperti burung dalam sangkar emas.

“Apa aku terlihat seperti seorang istri mafia?” gumamnya pelan.

Ia tidak tahu harus tertawa atau menangis.

KRIIIT!

Aurora tersentak ketika pintu yang menghubungkan kamar mereka terbuka lagi.

Damian muncul dengan ekspresi datar, satu tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, sementara tangan lainnya membawa sebotol anggur merah.

Aurora langsung menegakkan punggungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Gila Sang Mafia    BAB-6 Bahagia diatas Penderitaan

    Pagi itu datang terlalu cepat. Sinar matahari menyusup masuk melalui sela-sela tirai kamar Aurora, memaksa matanya membuka meski tubuhnya masih enggan bergerak.Ia bangkit perlahan dari ranjang, perasaan gelisah masih menyelimuti dada. Ingatan tentang darah di baju Damian semalam masih segar di benaknya. Tapi lebih dari itu, ekspresi pria itu—tenang, dingin, dan sedikit... terhibur—yang terus menghantuinya.Aurora menyentuh perutnya, mencoba meneguhkan tekad.Hari ini ia harus mulai menggali informasi. Ia harus tahu siapa Damian Velasco sebenarnya, dan apa yang sedang ia hadapi.Setelah mandi dan mengenakan gaun sederhana dari lemari mewah itu, Aurora berjalan keluar kamar. Seorang pelayan muda yang tampak gugup menyambutnya di lorong."Señorita... Tuan Velasco ingin Anda sarapan bersamanya di taman," ucapnya pelan.Aurora mengerutkan kening. Sarapan... bersamanya?Ia nyaris bertanya apakah ini semacam jebakan. Tapi ia hanya mengangguk dan mengikuti pelayan itu.Taman belakang rumah D

  • Obsesi Gila Sang Mafia    BAB 5

    Aurora tidak mengatakan apa-apa lagi. Kata-kata Damian masih menggema di kepalanya, menciptakan kekacauan yang sulit ia kendalikan. Keluarganya menjual informasi. Mereka mengingkari perjanjian. Mereka mengorbankannya demi menyelamatkan diri mereka sendiri. Aurora merasa mual. Tanpa menoleh ke arah Damian lagi, ia berbalik dan berjalan menuju kamar. Ia tidak peduli apakah Damian mengawasinya atau tidak. Ia tidak ingin berdebat, tidak ingin menantangnya lebih jauh untuk malam ini. Pikirannya terlalu penuh. Begitu memasuki kamar yang telah ditentukan sebagai ruang pribadinya, Aurora menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya pada kayu yang dingin. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debaran jantungnya. Ruangan itu luas dan mewah, jauh dari apa yang pernah ia miliki sebelumnya. Jendela besar menghadap taman dengan air mancur klasik di tengahnya, dindingnya dihiasi ukiran dan lukisan mahal. Ranjang empat tiang dengan seprai sutra berwarna emas mendominasi ruangan, s

  • Obsesi Gila Sang Mafia    Bab 4 Permainan Yang Dimulai

    Damian sepertinya sadar akan tatapan Aurora. Ia tersenyum kecil. “Kau tampak penasaran.” Aurora tidak menampiknya. “Aku hanya bertanya-tanya… seberapa dalam dunia yang sedang aku masuki.” Damian menghentikan langkahnya, menatap Aurora dengan tatapan yang lebih serius. “Dunia ini tidak seperti yang kau bayangkan.” Aurora membalas tatapannya. “Lalu bagaimana?” Damian tidak menjawab langsung. Ia malah melangkah mendekat, mendekatkan wajahnya ke arah Aurora hingga jarak di antara mereka semakin menipis. Aurora menahan napas. Pria ini memang berbahaya—bukan hanya karena statusnya sebagai mafia, tetapi juga karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat Aurora ingin melawan, tetapi di sisi lain juga menantang instingnya sendiri. Senyuman Damian melebar. “Kau akan mengetahuinya sendiri.” Aurora mengepalkan tangannya. “Aku tidak takut padamu, Damian.” Damian menatapnya lama, lalu mengangkat satu alis dengan ekspresi penuh hiburan. “Oh ya?” Tiba-tiba, sebuah suara tembakan

  • Obsesi Gila Sang Mafia    BAB 3 Wanita Yang Tak Mudah Ditaklukan

    Tanpa berkata apa pun, Damian berjalan ke meja, menuangkan anggur ke dalam gelas, lalu menyesapnya perlahan. Pandangannya bertemu dengan milik Aurora melalui cermin. “Kau tidak tidur?” tanyanya, suaranya terdengar santai tetapi tetap mengintimidasi. Aurora membalikkan badan, menatapnya langsung. “Aku tidak lelah.” Damian menaikkan alis. “Kau tidak lelah setelah seharian menikah dengan pria yang bahkan tidak kau kenal?” Aurora tersenyum tipis, tetapi senyumnya penuh ketegangan. “Aku sudah terbiasa dengan kejutan dalam hidup. Ini bukan yang terburuk.” Damian memperhatikan ekspresinya. Ada sesuatu dalam diri wanita ini yang membuatnya berbeda. Ia tidak menangis, tidak memohon, tidak juga terlihat terlalu ketakutan. Ada keberanian dalam sorot matanya, meskipun jelas ada ketakutan yang coba ia sembunyikan. Menarik. “Kau tidak seperti yang kubayangkan,” ucap Damian akhirnya. Aurora menyilangkan tangan di depan dada. “Memangnya kau membayangkan aku seperti apa? Wanita lemah y

  • Obsesi Gila Sang Mafia    BAB 2 Malam Pertama

    Aurora duduk diam di dalam mobil hitam yang melaju di jalanan gelap Milan. Tangannya bertaut di pangkuan, gaun pengantinnya masih terpakai dengan sempurna, tetapi jantungnya berdegup kencang. Di sampingnya, Damian Velasco duduk diam. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya sejak mereka meninggalkan gereja. Suasana dalam mobil terasa begitu dingin, membuat Aurora menegakkan punggungnya dengan kaku. “Ke mana kita pergi?” Ia akhirnya memberanikan diri bertanya. Damian menoleh sekilas, lalu kembali menatap ke depan. “Rumah.” Rumah. Bukan hotel, bukan tempat resepsi, hanya rumah. Tentu saja, pernikahan mereka bukan pernikahan biasa. Tidak ada pesta, tidak ada ucapan selamat, hanya sebuah transaksi. Damian tidak mengatakan apa pun lagi, dan Aurora tidak berani bertanya lebih jauh. Ia hanya menggenggam ujung gaunnya erat, mencoba mengendalikan kegelisahannya. Setelah beberapa saat, mobil memasuki sebuah gerbang tinggi dengan penjagaan ketat. Aurora menatap ke luar jendela dan m

  • Obsesi Gila Sang Mafia    BAB 1- Tumbal Keluarga Calleste

    Malam itu, hujan turun deras di Milan. Rintiknya menghantam kaca jendela dengan ritme yang seolah menambah ketegangan di dada Aurora Calleste. Ia duduk di kursi panjang di ruang keluarga, kedua tangannya mengepal di atas pangkuan. Di sekelilingnya, orang-orang yang seharusnya menjadi keluarganya justru tampak seperti musuh. Giovanni Calleste, ayahnya, berdiri di dekat perapian dengan wajah serius. Isabella, ibu tirinya, hanya duduk di sofa dengan tangan terlipat di dada, sementara Bianca, kakak tirinya, tampak gelisah. “Mengapa aku?” Suara Aurora bergetar saat ia akhirnya berbicara. Ayahnya menghela napas panjang, seolah bosan dengan pertanyaan itu. “Karena kau yang paling tidak berharga.” Aurora merasakan dadanya mencengkung, tetapi ia tidak kaget. Sejak kecil, ia tahu bahwa dirinya hanyalah kesalahan—anak haram yang tidak pernah diinginkan. Namun, mendengar ayahnya mengatakan itu secara langsung tetap membuat hatinya hancur. “Aku bahkan tidak mengenalnya,” lanjutnya, menc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status