Share

MENIKAH

Penulis: Aphrodite
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-17 11:56:19

Rasanya seperti lepas dari mulut buaya dan masuk ke sarang harimau. Isabella berusaha menyembunyikan gemetar yang mengguncang tubuhnya, yang mustahil dilakukan saat berada dalam satu ruangan dengan pria yang kehadirannya begitu mengintimidasi dan menakutkan.

Malam ini ia mengalami kejadian paling menghancurkan dalam hidupnya. Ayahnya sendiri menjualnya. Dan kakak laki-lakinya… alih-alih melindunginya justru menghilang meninggalkannya.

Seolah ia tidak berarti apa-apa.

Panas di belakang matanya terasa menyakitkan, tapi Isabella sudah terlalu lelah hari ini. Tenaganya terkuras habis oleh sentakan emosi dan besarnya tekad yang dibutuhkan untuk berjuang.

Meraih kebebasannya.

Hanya untuk kembali terpengkap dalam cengkeraman lainnya.

Isabella menatap siluet pria yang sudah menyelamatkannya. Atau mungkin memerangkapnya. Ia masih belum tahu tujuan pria itu datang untuknya.

Dia ingin menikahimu, kau lupa?

Isabella membersihkan tenggorokannya. “Ap-apa aku tidak bisa pergi saja?” tanyanya putus asa. Ia lelah dijadikan pion oleh orang lain.

“Kau tahu berapa harga yang harus kukeluarkan untuk mengeluarkanmu dari tempat itu?” suaranya berat, penuh otoritas.

“A-aku tidak tahu, ta-tapi aku akan membayar dan—“

“Bahkan uang yang berhasil kau kumpulkan seumur hidupmu tidak akan mampu membayar setengah dari harga itu,” ucapnya dingin.

Isabella ingin bertanya, berapa uang yang dikeluarkan untuk menariknya dari tempat mengerikan itu, tapi ia ragu ingin mendengar jawabannya. Helaan napas berat berembus dari bibir tipisnya.

“Kenapa kau ingin menikahiku? Kita bahkan tidak saling mengenal.”

Tidak ada jawaban dan Isabella bahkan tidak terkejut lagi karenanya. Semua orang menganggapnya tidak cukup berarti untuk peduli padanya, jadi kenapa pria itu harus berbeda? Isabella tersenyum sedih.

“Kau milikku. Dan aku menjaga apa yang menjadi milikku.”

Isabella mendongak. “Bagaimana bisa aku jadi milikmu?”

Saat pria itu akhirnya membalas tatapannya, kesiap lirih lolos dari bibirnya. “Kau!”

Isabella langsung mengenalinya. Tidak mungkin ia melupakan wajah itu. Si pria bertopeng. Seperti itulah Isabella menamainya karena pertemuan pertama mereka sama sekali tidak membuatnya tahu siapa nama pria itu.

Pria dengan bekas luka di wajahnya. Separuh sisi kirinya dihiasi luka yang tampak seperti topeng yang tidak bisa dilepas. Kulitnya berparut, menelusuri pelipis hingga rahang. Namun, luka itu gagal menutupi ketampanannya. Ada sesuatu yang nyaris memabukkan dalam ketidaksempurnaannya, membuat pria dingin itu terlihat semakin berbahaya, sekaligus memikat.

Perpaduan sempurna untuk mengikat korbannya.

Seperti kau?

“Aku mulai berpikir ada yang salah dengan otakmu.”

Apa maksudnya itu?

Sebelum Isabella bertanya lebih jauh mobil yang ditumpanginya mulai memasuki jalanan berkerikil. Di depan, gerbang besi tinggi perlahan terbuka, memperlihatkan jalan panjang yang diapit pepohonan rindang di kedua sisi.

Mobil melaju lebih jauh, hingga di ujung pandangan barulah rumah itu muncul, besar, megah, berdiri kokoh di tengah halaman luas yang bisa digunakan untuk bermain sepak bola. Beberapa pria berdiri di sebagaian tempat dengan posisi siaga.

Tempat apa ini?

Seorang pria akhir 40-an bergegas datang begitu melihat kedatangan mereka.

“Semua berkas sudah disiapkan,” ucapnya cepat.

Laki-laki di sampingnya mengangguk.

“Ayo!”

Isabella tidak langsung bergerak.

“Kecuali kau lebih suka ke tempat men—“

“Baiklah, tidak perlu mengancam seperti itu!” rutuknya dongkol.

Mereka berjalan dan menuju apa yang tampaknya seperti ruang tamu. Tiga pria bersetelan yang sedang duduk, berdiri begitu melihat kedatangan pria yang datang bersamanya.

“Semuanya sudah siap, kalian hanya perlu menandatanganinya.”

Pria itu mengangguk, tanpa kata membubuhkan tanda tangan pada berkas apa pun itu yang diserahkan padanya.

“Giliranmu.”

Isabella mengerjap.

Laki-laki itu membuang napas kasar, terlihat tidak sabar. “Cepat.”

Isabella menggerutu, tahu ia tidak punya pilihan selain melakukan apa yang diperintahkan. Sekejap, pandangannya terpaku pada nama yang ada di samping namanya.

Dominic Volkov.

“Sekarang kalian resmi suami istri.”

Dan hanya seperti itu, dari seorang anak yang tidak berharga ia sekarang menjadi istri dari pria misterius yang hanya tahu bagaimana memberi perintah dan mengancam orang lain.

Sempurna.

Begitu tamu-tamunya pergi, Dominic mengayunkan tangan padanya. “Ayo, aku akan menunjukkan kamarmu.”

Kamarmu?

Itu berarti mereka akan tidur di kamar berbeda?

Prospek itu membuatnya nyaris tersenyum. Isabella mengangguk, berusaha menyembunyikan rasa senangnya. Mereka menaiki tangga menuju lantai dua, sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga…

“Dasar bajingan!”

Isabella hampir terjatuh mendengar makian itu. Siapa yang begitu berani mengumpat pada Domi? Bahkan Isabella yang baru mengenalnya tahu hanya orang yang cukup berani atau cukup gila yang mau memancing kemarahan seorang Dominic.

Saat berbalik, Isabella melihat seorang wanita paruh baya mendekat dengan wajah marah. Ia melirik Domi dan melihat pria itu memutar bola mata.

“Kau menikah dan kau bahkan tidak repot-repot memberitahuku?”

“Grace tenanglah. Kau berlebihan!”

“Berlebihan!” raung Grace marah hingga membuatnya tampak seperti macan betina.

“Aku tidak percaya kau melakukan ini.”

Melihat Grace seperti ingin melayangkan pukulan, Isabella akhirnya berdeham untuk menarik perhatiannya. Tentu saja berhasil karena Grace kini memusatkan perhatian padanya. Kali ini dengan tatapan penuh minat tanpa setitik pun kemarahan atau emosi menakutkan lainnya.

Isabella menelan ludah, tidak yakin harus melakukan apa. Ia membuka mulut, tapi Grace lebih dulu mengejutkannya saat wanita tua itu menariknya ke dalam pelukannya yang hangat. Isabella begitu terkejut hingga ia tidak mampu berkata-kata.

“Aku akan membuat makanan untuk menyambutmu.” Grace melepaskan pelukannya, matanya berkaca-kaca.

“Tidak perlu,” balasnya, merasa malu dengan perhatian menyentuh itu.

“Coba saja hentikan aku.” Grace tersenyum lembut dan kembali mengejutkannya saat dia tiba-tiba menariknya mendekat kemudian mencium puncak kepalanya. Layaknya seorang ibu.

Astaga.

Isabella membeku. Napasnya tertahan ditenggorokan. Seumur hidup tidak ada yang pernah menyambutnya dengan begitu hangat, seolah kehadirannya benar-benar diinginkan. Seolah mereka bahagia hanya dengan kedatangannya. Ada sesuatu yang bergetar dalam dadanya, emosi asing yang mendorong air matanya menyeruak. Tapi sebelum hal itu terjadi Grace melepaskan pelukannya, menatapnya dengan penuh pemahaman seolah wanita itu bisa melihat gejolak emosi yang membanjirinya.

Dan begitu saja, wanita itu pergi tanpa sepatah kata.

Ia bisa merasakan kehadiran Dominic di belakangnya saat laki-laki itu mendekat.

“Kenapa kau menangis?”

Isabella menatap air mata yang jatuh di telapak tangannya. “Katakan…” bisiknya parau. “Sampai kapan aku terjebak di sini? Sampai kapan kau menahanku di rumah ini?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    SIAPA DOMINIC?

    Isabella mengutuk dalam hati saat ia berbalik dan mendapati Dominic, sepenuhnya bangun dan kini berbaring menyamping. Lengan menopang kepala, sedang menatapnya. “Hai!” ucapnya riang sambil melambaikan tangan. Dominic mendengus. “Tiga kali usaha melarikan diri yang semuanya gagal tidak memberimu pelajaran ternyata. Kau tidak bisa melarikan diri, Isabel.” Semua sikap pura-pura Isabella selama ini menghilang mendengar pernyataan Dominic. “Apa itu tantangan?” “Aku tidak tahu, kau yang tahu jawabannya.” Isabella mendekat dengan wajah menantang. Dengan dagu terangkat ia membalas, “Aku pernah melakukannya dan berhasil. Kenapa yang ini tidak?” Wajah Dominic berubah. “Kau pernah melakukannya? Kenapa?” Karena ini bukan pertama kalinya ia berusaha melarikan diri, tapi Isabella tidak akan mengatakannya. Menjawab pertanyaan itu seperti mengorek luka yang berusaha ia abaikan. Ia tidak akan mengatakan kalau ini bukan pertama kalinya ia akan dijual. “Aku akan melarikan diri,” ulangnya, men

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    MELARIKAN DIRI

    “Kita kehilangan barang itu, Dom. Orang-orang Irlandia mencegat sopir kita dan mengambil alih situasi.” Dominic mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. “Bagaimana mereka tahu kapan dan di mana harus menunggu, Jax?” tanya Dominic, menatap caponya. Alisnya kemudian terangkat saat matanya menggelap. “Ada yang membocorkannya.” Jax mengangguk singkat. Dominic menggerakkan kepalanya ke samping. Bekas luka di dekat matanya membuat tatapannya terlihat mengerikan saat kemarahan berkilau bagai lidah api di matanya. Ada pengkhianat di kelompoknya. Dominic memejamkan mata sejenak. Setelah semua yang terjadi, apa orang-orang bodoh itu tidak belajar sama sekali? “Temukan siapa pelakunya. Jangan membunuh mereka, aku yang akan menangani mereka, Jax.” Kedua bola mata Jax membulat, terkejut mendengar ucapannya. “Apa yang akan kau lakukan jika ternyata ini gerakan yang terorganisir?” Dominic menyeringai “Akan ada pertumpahan darah. Keberanian seperti itu pantas mendapat penghargaan.” Jax mengangg

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    MENIKAH

    Rasanya seperti lepas dari mulut buaya dan masuk ke sarang harimau. Isabella berusaha menyembunyikan gemetar yang mengguncang tubuhnya, yang mustahil dilakukan saat berada dalam satu ruangan dengan pria yang kehadirannya begitu mengintimidasi dan menakutkan.Malam ini ia mengalami kejadian paling menghancurkan dalam hidupnya. Ayahnya sendiri menjualnya. Dan kakak laki-lakinya… alih-alih melindunginya justru menghilang meninggalkannya.Seolah ia tidak berarti apa-apa.Panas di belakang matanya terasa menyakitkan, tapi Isabella sudah terlalu lelah hari ini. Tenaganya terkuras habis oleh sentakan emosi dan besarnya tekad yang dibutuhkan untuk berjuang.Meraih kebebasannya.Hanya untuk kembali terpengkap dalam cengkeraman lainnya.Isabella menatap siluet pria yang sudah menyelamatkannya. Atau mungkin memerangkapnya. Ia masih belum tahu tujuan pria itu datang untuknya.Dia ingin menikahimu, kau lupa?Isabella membersihkan tenggorokannya. “Ap-apa aku tidak bisa pergi saja?” tanyanya putus a

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    DIJUAL

    Dua bulan kemudian“Siapa pria itu?” Dominic menunjuk ke arah seorang pria tua yang sedang tertawa terbahak-bahak ditengah kerumunan. Suaranya keras, kasar dan mengganggu. Orang-orang disekitarnya hanya menatap dengan pandangan bosan, beberapa bahkan berpaling.“Dia belum pernah ke sini,” ujar Dominic datar. Ia hapal setiap wajah yang datang ke klubnya, dan pria itu bukan salah satunya.“Namanya Richard,” jawab Victor dari belakangnya. “Dan dia punya uang.”Dominic mendengus pendek. “Tapi tidak punya otak.”Ia memperhatikan pakaian pria itu sekilas. Bukan pakaian mewah, tapi dari ekpresinya, laki-laki tua itu terlihat seperti orang yang memiliki segalanya. Dominic sama sekali tidak menyukainya.“Awasi dia. Aku tidak ingin ada kekacauan malam ini.”Victor mengangguk. Dominic hendak melangkah keluar ketika suara keras menggelegar dari balik punggungnya.“Malam ini aku akan mentraktir kalian!”Sorakan dan tawa meledak. Dominic berhenti sejenak, menatap wajahnya lebih lama. Laki-laki tua

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    PEMBALASAN

    Saat ini. “Aku akan membunuhmu.” Dominic menarik rambut laki-laki itu keras, hingga jerit kesakitan memenuhi ruangan gelap yang mengelilingi mereka. “Kesempatan untuk membunuhku sudah lewat, Tupak,” bisiknya di depan wajah pria itu. "Sekarang waktunya untuk pembalasan.” Tatapan Tupak menjadi liar, penuh dengan kebencian yang akan membuat siapa pun ketakutan, tapi Dominic adalah pengecualian untuk segala hal yang bisa membuat Tupak puas. Sebagai gantinya ia menyeringai. Laki-laki tua bangka itu mungkin mencoba terlihat kuat, tapi ia bisa melihat ketakutan di matanya, tak peduli seberapa keras usaha untuk menyembunyikannya. Dan itu memberinya kepuasan liar. Ketakutan adalah sumber kehancuran dan ia akan pastikan Tupak hancur sampai ke ujung neraka. “Seharusnya kau mati! Kau dan keluargamu seharusnya membusuk di neraka.” Tupak meludah di wajah Dominic, meski yang keluar bukan air liur melainkan darah. Dominic menjauh sambil berdecak jengkel. “Paman, apa kau tidak punya standar? Mel

  • Obsesi Gila Suami Mafiaku    TRAGEDI

    Trigger Warning Harap diperhatikan bahwa cerita ini mengandung konten yang mungkin membuat beberapa pembaca terganggu, seperti, penyebutan tentang kematian keluarga dekat, serta deskripsi yang sangat grafis mengenai kekerasan, penyiksaan dan adegan berdarah. ****Lima belas tahun lalu Langkah Dominic bergema pelan di halaman rumah mereka yang berlapis kerikil. Malam itu sunyi, hanya diselingi suara dedaunan yang berbisik ditiup angin dinihari. Jam tangannya menunjukkan pukul dua lewat seperempat. Ia pulang larut. Lagi. ia menarik napas dalam, membayangkan wajah ibunya yang akan mengerut sebelum mengomel panjang lebar begitu tahu putra sulungnya pulang di jam segila ini. “Suatu hari, kau akan membuat aku dan ayahmu terkena serangan jantung,” suara ibunya terngiang jelas di telinganya. Tangannya menyentuh gagang pintu, menariknya dengan hati-hati sebelum menutupnya sepelan mungkin. Ia berbalik—berhenti mendadak saat melihat ayahnya, Ivan, duduk di kursi menatapnya tajam. “Kau tahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status