Share

Bab.7 Berdua

Author: Love Star
last update Last Updated: 2025-07-25 17:27:56

Malam minggu tiba, Raka untuk kali ini menepati janjinya untuk mengajak jalan Aria, namun tak merubah tekad Aria untuk menghancurkan selingkuhan dan suaminya itu.

Pasalnya kini Nadine bersama Adrian dan dua anaknya berada di pasar malam, membuat Aria curiga jika suaminya berniatan untuk janjian dengan selingkuhan dengan alasan jalan bareng keluarga.

Aria mengepal kuat apa lagi melihat Raka sangat akrab sekali dengan Nadine, sedangkan Adrian sibuk mengurusi anak-anaknya yang tengah bermain.

Sebuah tangan mendarat di paha kiri Aria, membuat Aria kaget dan refleks menoleh ke kiri. Disana ia melihat Samudra sudah menyusul dan duduk di sampingnya.

Mata Aria melotot menatap Samudra. Apa-apaan coba itu tangan!! Batin Aria mencubit tangan Samudra.

Samudra sedikit mendekat lalu berbisik, “Cemburu?” tanyanya dengan nada meledek.

Aria tak terima ia mencubit tangan Samudra semakin kuat, “Sialan!!” ucapnya tanpa suara.

Samudra menyeringai dan semakin kuat mencengkeram paha kiri Aria.

Aria melirik suaminya yang masih mengobrol dengan Nadine, “Mas?” panggil Aria.

“Kenapa Sayang?”

“Kita keliling yuk?” ajaknya untuk menghindari Samudra.

Namun Raka malah menolak dengan alasan ia cape jika harus keliling, sedangkan Nadine dengan sengaja menyentuh lengan Raka.

“Rak, besok lembur,” ujar Nadine dengan suara yang di buat-buat lembut.

Mata kiri Aria berkedut tanda geram sekali, ia ingin sekali mencekik wanita jalang itu agar cepat mati saja.

Samudra terkekeh dan menyeruput es tehnya, hatinya berbunga-bunga melihat Aria diabaikan oleh Raka.

“Mama!” teriak Avan berlari menuju ke arah mereka.

Nadine kira anaknya memanggil namanya dan berlari ke arahnya, tapi kenyataannya Avan berlari menuju Aria yang duduk di antara Samudra dan Raka.

Avan melewati Raka lalu meminta Aria untuk memangkunya.

Alan pun tak mau kalah, dia berlari dan mendorong Raka dari kursi kayu, hingga lutut Raka terkena kaki meja.

Dua anak kembar itu duduk di pangkuan Aria membuat Nadine melotot kaget.

“Alan, Avan!! Mama disini! Kenapa kalian ke Tante Aria?” kesal Nadine berbicara dengan nada tinggi.

“Biarkan saja mereka bersama Aria!!” ucap Adrian berjalan mendekat lalu duduk disamping Nadine—seberang Aria.

Raka dan Nadine sekilas saling tatap dengan kaget, mengapa Aria dan Adrian saling kenal? Bahkan dua anak Nadine malah memanggil Aria dengan sebutan ‘Mama?’

“Gimana kabar kamu, Aria?” tanya Adrian.

“Baik, Pak Adrian,” jawab Aria dengan senyum ramah.

Ia dan Adrian sudah sepakat jika bertemu, anggap saja seperti orang pada umumnya.

“Panggil saja Mas, jangan Pak. Saya bukan Bos kamu! Tapi saya Bos suami Kamu!!” ucap Adrian melirik Raka sinis.

Samudra meletakan gelas plastik es di meja, “Kelihatannya... Anak Pak Adrian dan Bu Nadine sangat dekat sekali ya dengan Aria? Apa lagi memanggil Aria dengan sebutan ‘Mama’,” ucapnya memiliki arti lain dalam setiap katanya.

Aria melirik Samudra tajam. Bisa gak sih lo itu jangan ikut campur!! Batin Aria kesal.

“Ka Samudra bisa aja. Mungkin... Alan sama Avan menganggap saya sebagai Mamanya karena sayang baik dan setia!” ujar Aria bercanda namun memiliki arti menyindir Nadine.

“Kamu benar, Ar. Anak-anak saya lebih suka dekat dengan kamu ketimbang istri saya yang kerja hingga lembur! Padahal saya sendirilah pemilik pabrik itu!!” ucap Adrian yang mulai curiga dengan istrinya. Karena ia baru ngeh, kenapa istrinya selalu beralasan untuk kerja lembur dan pergi-pergian entah ke mana.

“Mas!” Nadine tak terima jika dirinya di banding-bandingkan dengan Aria.

“Kenapa? Apa ada yang salah dalam bicaraku?” tanya Adrian tajam.

Nadine hanya bisa bungkam tak bisa menjawab, ia lupa jika selalu beralasan seperti itu pastinya bakal ketahuan juga.

“Oh iya, Raka! Apa benar kamu suka lembur di pabrik saya?” tanya Adrian menatap tajam pada Raka. Tatapan itu penuh interogasi.

“I-iya, Pak,” jawab Raka gugup.

“Oh ya? Kapan saya menetapkan karyawan saya harus lembur sampai jam lima dini hari?” tanya Adrian.

“I-itu...” Raka ikut bungkam dengan pertanyaan dari Bosnya langsung.

Bodohnya dia kenapa mau-mau saja di ajak bertemu Nadine bersama Adrian, dan lebih parahnya ia bersama Aria dan Samudra. Jika nantinya ke bongkar, bisa-bisa Aria akan menceraikannya.

“Iya! Bapak sendirikan yang menyuruh suami saya buat lembur,” Jawab Aria membuat Raka dan Nadine mematung.

Adrian menatap Aria panik, “Tidak-tidak, saya tak pernah menyuruh suami mu lembur. Kalo pun lembur, pastinya semua karyawanku yang lain pun ikut lembur,” tutur Adrian membuat Raka semakin terpojok.

Aria menoleh dan menatap Raka, “Jadi... Selama tiga bulan itu... Kamu ke mana aja, Mas? Dengan alasan lembur kamu?” tanyanya.

“Sa-sayang, dengerin Mas dulu. Mas itu...” Raka menggantungkan ucapannya.

Ia bingung untuk beralasan apa.

“Tapi... Ide Raka bagus juga. Gimana kalo mulai Senin besok diadakan lembur saja buat kamu, Rak?!” ucap Adrian.

Aria tersenyum samar, ia menang kali ini untuk memojokkan Raka.

Kita lihat, Mas. Sampai kapan kamu bertahan dalam lingkaran Selingkuhan mu itu!! Batin Aria menatap Raka dan Nadine secara bergantian.

Lima belas menit kemudian—Adrian kembali menemani anak-anaknya bermain, sedangkan Raka izin ke toilet, Nadine beralasan jika ia akan keliling untuk membeli sesuatu, namun arah Nadine mengarah ke jalan yang barusan Raka lewati.

“Tck! Saking gak sabarnya pengen berhubungan sampe-sampe ninggalin keluarga masing-masing!!” kesal Aria memukul meja.

“Darling... Kamu lupa masih ada aku di sini?” ucap Samudra berbisik di telinga Aria.

Aria menoleh dengan cepat, ia lupa jika masih ada makhluk satu pengganggu satu ini.

“Ka Samudra, kenapa gak jalan keliling pasar malam?” tanya Aria dengan nada tertahan.

"Ayo, nanti kita juga mampir ke Hotel," celetuk Samudra membuat seluruh tubuh Aria merinding.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 16 Sejak Awal

    Siang itu, setelah makan bersama dan membereskan dapur, suasana rumah mulai kembali normal. Ibu Saima dan Pak Narto tengah duduk di meja makan, sibuk membicarakan rencana acara keluarga dua hari lagi. Aria sedang menata gelas di rak ketika Raka muncul dari kamar dengan pakaian rapi—kaos polos biru tua dan celana jeans."Aria," panggilnya sambil meraih kunci motor di meja. "Aku mau ketemu Dodi, teman kerja. Ada urusan sedikit."Aria menoleh, menatap wajah suaminya yang tenang-tenang saja. Senyum tipis ia pasang, meskipun di dalam hati, ia sudah tahu persis bahwa ‘Dodi’ hanyalah kedok. Bukan Dodi yang akan ditemui Raka, tapi perempuan itu—selingkuhannya—di sebuah hotel yang pasti sudah mereka sepakati.Ia tidak ingin membuang energi untuk bertanya atau memprotes. Aria hanya menjawab pelan, "Oh, hati-hati di jalan."Raka mengangguk singkat, lalu pergi tanpa menoleh lagi. Suara motor menjauh, meninggalkan kesunyian yang terasa menyisakan perasaan sesa

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 15 Godaan Dipagi Hari

    Pagi itu, rumah sudah kembali pada rutinitasnya. Aria sudah berada di dapur sejak pukul empat subuh, mengerjakan tugasnya seperti biasa. Ia mencoba untuk bersikap senormal mungkin, tetapi ada luka yang perih di dalam hatinya dan rasa nyeri yang nyata di bagian bawah perutnya. Setiap gerakan terasa kaku, pengingat dari kejadian semalam yang tak ingin ia kenang. Pukul tujuh pagi, Ibu dan Ayah mertua sudah selesai sarapan. Mereka berdua berpamitan hendak pergi ke pasar. "Aria, kami berangkat dulu ya. Nanti makan siang jangan lupa dihangatkan," ujar Ibu sambil menepuk bahu Aria. Aria hanya tersenyum tipis. "Iya, Bu. Hati-hati di jalan." Setelah pintu utama tertutup, suasana kembali hening. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring saat Aria menyelesaikan sarapannya sendiri. Pikirannya melayang pada Samudra. Pria itu, kakak iparnya, masih terlelap. Begitu pula dengan Raka. Untungnya Raka sudah terlelap setelah pukul 11 malam, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi sem

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 14 Dikamar Sebelah

    Raka masih duduk santai, menghisap rokoknya pelan, sesekali mengeluarkan asap sambil berceloteh soal kerjaan. Samudra mendekatkan wajahnya sedikit ke telinga Aria. Napasnya hangat, membuat bulu kuduk Aria meremang. Dengan suara yang nyaris tak terdengar, ia berbisik, "Kamu tau nggak… bibir kamu kemarin itu masih kerasa manis sampai sekarang." Aria menahan napas, tangannya yang memijat bahu Raka sempat berhenti sepersekian detik. Untung Raka tidak sadar, malah sibuk memainkan ponselnya. Samudra menambahkan, kali ini suaranya makin rendah. "Kalau nggak ada dia di sini, udah dari tadi aku ambil lagi." Aria menggertakkan giginya, mencoba terlihat tenang. “Kamu… jangan gila,” desisnya pelan, sambil berpura-pura merapikan letak bantal di belakang Raka. Samudra tertawa kecil, senyum miringnya penuh tantangan. “Aku nggak gila… aku cuma ketagihan,” bisiknya lagi. Raka menoleh sebentar. “Ngomong apa kalian berdua?” tanyanya santai, matanya bergantian memandang Aria dan Samudra. Aria cep

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 13 Pengganti Rokok

    Beberapa hari kemudian, Nadine pulang lebih awal dari biasanya. Jam dinding di ruang tamu baru menunjukkan pukul delapan malam, tapi rumah terasa… sepi. Adrian sedang duduk di sofa, ponsel di tangannya, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Ngapain senyum-senyum sendiri?” Nadine langsung duduk di sampingnya, nada suaranya setengah bercanda, setengah curiga. Adrian kaget sedikit, lalu cepat-cepat mengunci layar ponsel. “Nggak, cuma baca chat grup kantor,” jawabnya datar. Nadine menatapnya lama. Selama ini, Adrian bukan tipe orang yang menutup-nutupi isi ponsel. Dan senyum itu… bukan senyum orang yang sedang bercanda dengan rekan kerja. Beberapa hari terakhir, Nadine memang merasa Adrian sedikit berubah. Tidak lagi menanyakan dia ada di mana kalau pulang larut, tidak lagi mengirim pesan “hati-hati di jalan” seperti dulu. Bahkan, tatapan Adrian terasa lebih dingin. “Anak-anak udah tidur?” Nadine mencoba membuka topik lain. “Udah,” jawab Adrian singkat. “Tadi Aria main ke sini sebentar,

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   12. Manipulasi Pikiran

    Seminggu berlalu sejak malam itu. Aria berusaha tampil biasa saja di depan semua orang—senyum seperlunya, obrolan seadanya—namun diam-diam, kenangan akan hangatnya bibir Samudra terus menghantui pikirannya. Seakan setiap kali ia menyentuh gelas minum, ia kembali merasakan sentuhan itu.Samudra pun sama saja. Ada rindu yang menumpuk, ada keinginan yang mendesak untuk mengulang, tapi rumah terlalu ramai dengan saudara-saudara yang mondar-mandir. Kesempatan tidak pernah datang. Mereka hanya bisa saling curi pandang singkat, tanpa kata.Sore ini, Aria duduk di sebuah kafe yang cukup terkenal—Star Café. Aroma kopi bercampur wangi kue hangat memenuhi udara.Di hadapannya duduk Adrian, lelaki berwajah tegas namun terlihat letih, bersama dua bocah kembar berusia lima tahun, Alan dan Avan.Adrian adalah suami Nadine—wanita yang entah dengan keberanian macam apa mau menjadi selingkuhan Raka, suami Aria sendiri. Dan kedua bocah lucu itu adalah anak kandung Nadine.Aria tersenyum lembut, matanya

  • Obsesi Liar Kakak Iparku   Bab. 11 Mati Lampu

    Begitu Raka selesai makan, ia berdiri dari meja. “Aku duluan, ya. Ngantuk banget.” Tanpa menunggu jawaban, Raka berjalan menuju kamar dan menutup pintu. Suara langkahnya semakin menjauh… lalu hilang. Aria menelan ludah, tangannya sibuk membereskan piring sambil berusaha menghindari kontak mata dengan Samudra. Namun begitu ia mengangkat kepala, Samudra sudah bersandar santai di kursinya, menatapnya dengan ekspresi seperti kucing yang baru menemukan tikus kecil di pojok ruangan. “Nah… katanya kita bebas mau ngapain…” ucapnya pelan, senyumnya melebar. Aria mendengus. “Bebas itu buat aku nyapu atau masak, bukan buat ngeladenin Kakak aneh-aneh.” Samudra berdiri, melangkah pelan mendekat. “Sayang sekali, Darling… aku maunya bebasnya beda.” Aria mundur selangkah, tapi Samudra justru semakin dekat. “Kak, aku lagi banyak kerjaan…” elaknya sambil memegang tumpukan piring, berharap itu bisa jadi alasan. Tapi Samudra malah mengambil satu piring dari tangannya, meletakkannya di meja, lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status